Kembali ke Surabaya, sepanjang perjalanan naik kereta malam Semarang-Surabaya, Merri terkenang saat-saat bersama Dante. Jum’at malam , Merri berangkat dari Surabaya naik kereta malam, tiba di Semarang langsung ke apartemen Dante yang waktu itu penghuninya masih di rumah sakit, kemudian mengirim pesan melalui ponselnya ke Dante.
‘Merri : Sayang, aku sudah di apartemenmu. Kapan pulang?’
Rupanya Dante sibuk, baru centang satu, batin Merri.
Merri mencari jas kamar yang selalu dia simpan di apartemen Dante.Ada kesepakatan mereka setiap tiga bulan saling berkunjung. Dante ke Surabaya, nginap di hotel setelah Merri reservasi atau Merri ke Semarang nginap di apartemen Dante.
Akhir-akhir ini Dante jarang ke Surabaya, alasannya sibuk dengan segala macam alasan, sibuk operasi, ikut symposium di Jakarta, Bali bahkan baru-baru ini symposium dokter bedah di Korea.
Ponsel Merri berdenting.
‘Dante : Baru saja selesai operasi,aku masih harus tunggu sampai pasien stabil baru ke apartemen.’
‘Merri: Aku nagih janjimu, katanya ada oleh-oleh dari Korea.’
‘Dante: memberikan emoji tangan maaf.’
‘Merri : Dasar janji palsu.’
Tidak ada balasan, Merri mencoba menelpon langsung, jawabannya ,Tuut…Tuut..
“Beginilah kalau pacaran dengan dokter bedah, waktunya lebih banyak untuk pasien daripada dengan pacarnya. Huh! Bagaimana kalau kami menikah, aku pasti kesepian sering ditinggalkan.” Kata Merri bermonolog dengan dirinya sendiri.
Dua jam menunggu, antusiasmenya bertemu dengan Dante mulai memudar setelah mandi menunggu kedatangan Dante. Rindu yang ditahannya setelah lima bulan tidak bertemu, Merri berinisiatif menjenguk Dante di Semarang, besok hari ketiga tahun mereka berpacaran, ingin dirayakan dengan bersama Dante.
“Aku ingin membuatnya meleleh, memanggil namaku, kalau dia terangsang baru dia menyatakan cintanya, Merri love you, My love, make me crazy , you are the best reliever of my stress, bla..bla…Aku semakin blingsatan di bawah belenggu tubuhnya, tubuhku bagai dipasung dalam kenikmatan yang kami nikmati bersama.” Merri kembali berbicara dengan dirinya sendiri membaringkan dirinya di satu-satunya sofa panjang yang menjadi saksi di awal permainan cinta mereka, sambil menikmati lagu kesayangan Dante, Fire on fire , suara Sam Smith mendayu lembut.
Tiba-tiba sebuah tangan menutup matanya dari belakang. Harum parfum khas lelaki menyentuh hidung Merri. Ia hapal betul siapa pemilik parfum itu.
“Maaf. Aku baru saja mengoperasi pasien. Operasinya berat dan lama.”Bisik Dante mesra di telinga Merri.
Merri menoleh, pura-pura memasang wajah cemberutnya, yang kemudian sirna melihat tangan Dante memegang sebuket bunga, memberikan buket bunga anyelir merah, mengusap lembut rambut Merri yang menunggunya sejak tadi.
“Happy anniversary,terima kasih sabar menungguku untuk melamarmu.”Ujar Dante ,mencium kening Merri dengan mesra.
“Happy Anniversary, my love.”Bisik Merri memegang tangan Dante yang sedang memegang buket anyelir.
Merri meraih buket anyelir menciumnya sepintas, “Hmm.. harum.”
“Hum, aku mandi dulu, baru kita melepaskan rindu.” Kata Dante sambil melangkah ke kamar mandi.
“Aku menunggumu.”Kata Merri , memperbaiki jas kamarnya mencari vas bunga untuk meletakkan buket bunga anyelir , memasukkan ponselnya ke dalam kantong jas kamar kemudian menuju ke kamar tidur.
“Kamu sudah makan?” Tanya Dante keluar kamar mandi , handuk membalut tubuhnya yang kekar membuat Merri menatapnya penuh gairah.
“Hum, makan siang? Belum.” Jawab Merri ,matanya tidak lepas dari tubuh yang menjulang tinggi di pinggir tempat tidur .
Rindu, hasrat dan gairah memenuhi kedua makhluk yang sedang menatap satu sama lain, kemudian bibir mereka saling melumat dilanjutkan dengan tubuh saling berpagut, desahan dan erangan memenuhi kamar sempit apartemen.
Tiga tahun menjalin kasih, mereka telah melakukan hal-hal yang melanggar norma agama ketika Merri mengunjungi Dante ke Semarang. Dia rela menyerahkan keperawannya pada Dante, pria yang dicintainya dan diyakini juga mencintainya.Untuk mengikat Dane yang over dosis dicintainya, Merri merelakan apa saja demi Dante.
Merri mengetahui asal usul Dante yang identitas dirinya misterius, siapa orangtuanya, siapa keluarganya, tidak diketahui bahkan Dante tidak mengetahui asal usulnya. Merri menulikan telinganya ketika orangtuanya mencibir tidak kunjung dilamar Dante.
“Papa dan mama sebenarnya mempermasalahkan silsilah keluarga Dante, tapi karena kamu sangat mencinta pria doktermu , papa dan mama mencoba berdamai dengan hati .Yang penting kamu bahagia. Sudah tiga tahun kalian berpacaran, datang ke rumah inipun dia jarang, malah kalian kalau ketemu di panti asuhan, di café, di mall bahkan kamu sering ke Semarang.” Gerutu papanya Andrew Krsitanto.
“Mer, jawab mama dengan jujur,”
“Apa ma?”
“Kamu selama dengan Dante, dia memberlakukanmu dengan sopan?”Tanya mamanya, Anna Siswono Kristanto.
“Iyalah mam,”
“Maksud mama, apakah kalian tidak melewati batas?”
“Mum, Merri menjaganya.”Jawab Merri mengalihkan matanya dari tatapan tajam mamanya, takut mamanya bisa membaca matanya yang telah berbohong.
Bahkan temannya, Rissa, Stella dan Donna selalu menanyakan apakah Dante serius berpacaran dengannya.
“Mer, kamu itu cantik, banyak lho yang ingin mendapatkanmu. Yonas juga naksir kamu, aku katakan kamu sudah punya pacar.”
“ Mereka tidak tahu aku juga resah dan bingung, apakah Dante benar mencintaiku? Apakah dia hanya menginginkan tubuhku, memenuhi hasrat liarnya ? Mudah-mudahan Dante tidak melupakan bahwa aku telah menemaninya, memberi support sehingga dia bisa menjadi dokter spesialis bedah.” Bisik Merri lirih, kemudian memejamkan matanya.
Wajah Dante melintas di matanya yang sedang terpejam, dua malam bersama Dante yang sangat piawai memainkan titik-titik nikmat membuat Merri liar.”Dua malam penuh kegilaan cinta kami. Cinta? Nafsu?”Bisiknya lagi memegang lehernya , Dante menyesap lehernya meninggalkan kissmark di sana.
Merri mencari syal kemudian membelit di lehernya yang jenjang untuk menutupi kissmark yang dicetak Dante di lehernya, takut terlihat mama dan papanya jika dia pulang ke rumah.
Sampai di rumah, perjalanan panjang dan melelahkan dari Semarang ke Surabaya, Merri bermaksud beristirahat sebentar kemudian berangkat kerja. Memasuki ruang tamu rumah besar yang belum menampakkan kesibukan di pagi hari, keinginannya naik tangga ke kamarnya di lantai dua, suara bariton khas milik papanya menyambutnya.
“Baru tiba?”
Merri segera menoleh, ayahnya duduk di sofa, tangannya memegang cangkir pasti berisi kopi hitam pahit.
“Papa sudah bangun?” tanya Merri.
“Hum, bagaimana Dante?” Papanya meletakkan cangkir ke meja kopi di sampingnya.
“Jangan berdiri bingung di sana. Sini, duduk di samping papa.”
Merri mengernyitkan keningnya, otomatis tangannya memperbaiki syal yang masih melilit di lehernya.
“Apakah kamu menanyakan kapan Dante melamarmu?”
Merri menunduk, ada ketakutan mendengar pertanyaan papanya.
“Kalian sudah pacaran hum.. tiga tahun lebih, ada niat sih Dante menikahimu?”
“Ada, tapi Dante katakan dia akan mengumpulkan duit dulu baru melamar aku.”
“Mengumpul duit? Apakah dia tahu gantungngin anak gadis sampai tiga tahun tanpa ada kejelasan hubungan bukan sikap gentleman. Lagian umurnya sudah mapan untuk menikah.Waktu papa tanya kapan dia melamarmu, kamu katakan kalian belum siap. Siap apanya? Duit? Papa akan membiayai seluruh biaya pernikahan kalian bahkan bulan madu kalian!”
“Pa, aku belum tiga puluh. Dante baru tiga puluh dua , kami masih sama-sama sibuk berkarir dulu, menikah sih gampang, apalagi tadi papa katakan siap membiayai pernikahan dan bulan madu aku dan Dante.”
Ayah Merri menghela napasnya panjang, sudah beberapa kali dia menanyakan keseriusan Dante masih mendapatkan jawaban yang sama, belum siap, masih ingin berkarir dan mengumpulkan duit. Sebagai orangtua dia merasa wajib menanyakan kemajuan hubungan anaknya, masa depan anak gadisnya, takut anak gadisnya nanti kebablasan.
Setelah beristirahat sejenak, mandi di bawah shower Merri merasa segar kembali. Memulas wajahnya yang cantik dengan make up natural, Merri turun ke bawah. Papa dan mamanya baru selesai sarapan sedang duduk di sofa menonton televisi.“Morning,” sapa Merri riang.“Pagi, mmm.. wajahmu sumringah banget.” Ujar mamanya.“Mama ini kayak tidak kenal masa muda . Dia baru ketemu pujaan hati yang belum ada rencana mau melamar anak gadis kita.”“Sabar pa, nanti mas Dante akan melamarku pada saat yang tepat, waktu yang tepat dan hari yang tepat.” Jawab Merri langsung mengambil gelas berisi juice jeruk, menyesapnya sebentar lalu meneguknya sampai habis.“Sarapan dulu nduk, mama bikin omelet kesukaanmu.”“Hum, tinggal lima belas menit lagi, aku harus berangkat ke kantor. Takut macet.”Ujarnya mencomot roti , dengan garpu memotong sedikit omelet menyatukan dengan roti.“Pa, kepriye carane bocah wadon sampeyan,menakutkan. Pantas Dante menunda-nunda melamarmu, makan kok asal mencomot saja.” Ujar mamany
Tiga bulan kemudian.Acara Dream Wedding Exhibition berjalan sukses. Pak Marco memberikan mereka bonus dan istirahat selama dua hari setelah bekerja habis-habisan pagi sampai malam mempersiapkan peragaan gaun pengantin .Merri berbaring sambil memegang ponselnya karena panggilannya ke dokter Dante tidak mendapat respons, teringat kembali percakapannya dengan teman-temannya ketika Merri menelpon dokter Dante berkali-kali dan tidak mendapat respons. “Aku tidak nyuruh kamu curigain dokter Dante, Mer.Sebaiknya kamu selidiki apa yang dilakukannya jika kamu tidak ada di Semarang. Kamu tiba-tiba datang ke Semarang tanpa mengabarinya atau tanpa disuruh Dante.Selama kita berteman aku melihat kamu waktu pertama kali pacaran dengan dokter Dante wajahmu selalu sumringah, dua tahun terakhir kesumringahmu mulai memudar, ada sedikit beban di wajahmu yang cantik. Jangan terlalu mempercayai lelaki yang selalu menunda melamarmu dengan seribu alasan.” Kata Stella.Merri menghela napas, “Aku sanga
“Aku bahkan ngancam kalau dia betul-betul mencintaiku, besok dia harus ke Surabaya, melamarku di depan mama dan papa kemudian merencanakan pernikahan kilat. ” Stella kaget mendengar perkataan Merri, menoleh ke arah Merri yang memasang wajah datar menatap lurus ke depan. Merri tahu Stella tidak menyetujui keputusannya, “Ella,Kebohongan Dante membahagiakan aku , ternyata kebahagiaan sesaat yang aku dapatkan itu rapuh , tidak tahan lama. Kebahagiaan berakhir dengan sakit hati, kekecewaan, merobek kepercayaan dan menghancurkan masa depanku.” “Mer, sebaiknya kamu jangan ambil keputusan di situasi hatimu yang sedang labil, bisa fatal jadinya.” “Apa yang sudah kuputuskan, tetap menjadi keputusanku sekalian melihat apakah Dante benar-benar mencintaiku. Hubungan kami sudah terlanjur jauh,aku harus mempertahankan Dante, mungkin bukan cinta yang kupertahankan tapi masa depanku. Pria mana yang mau menjadikanku isterinya jika aku tidak lagi perawan? Pria bangsa kita masih menomor satukan keper
Dokter Dante melemparkan ponselnya ke ranjang lalu merebahkan dirinya, ada kegelisahan di hatinya. Pereselingkuhannya dengan dokter Anjel kepergok Merri. Untung Merri tidak membuat keributan. Mendengar teriakan Merri ,”Brengsek!” Dante mengenal suara Merri, langsung usahanya untuk mencapai puncak kenikmatan bersama dokter Angel kandas di tengah jalan, terkulai lemas di atas tubuh dokter Anjel yang terus mencengkeram pundaknya.“Aku belum selesai…”Tanpa mengatakan sepatah katapun, dokter Dante langsung turun dari ranjang mencari pakaiannya yang berhamburan di lantai, keluar kamar tidur mencari Merri. Tidak ada Merri di ruang tamu, kegelisahan menghampiri dirinya, dengan gerak cepat keluar kamar apartemen , menunggu lift yang sedang turun ke bawah, tidak sabar menuju tangga darurat dengan gerak cepat agar dapat menyusul Merri.Berapa kecewanya ketika sampai di lobbi tidak menemukan Merri, ditatap resepsionis dengan tatapan curiga,” Mas, kamu lihat adikku yang dari Surabaya?”“Iya dok
Suara Sam Smith, lagu fire on fire mendayu lembut.Merriana berdiri mematikan musik dari ponselnya, mencari piringan hitam di antara deretan piringan hitam yang tertata rapi. Mencari piringan hitam dengan cover Andrea Bocelli , memilih lagu "Can't falling in love.""Mengapa ganti lagunya?" tanya Dante."Hem, aku sekarang tidak suka dengan penampilan Sam Smith yang berpenampilan lebih feminin, aku suka penampilannya yang lama lebih manly. Dia rupanya menandai dirinya sebagai Queer." Jawab Merriana."Tidak usah dibahas, yang penting kamu masih suka laki-laki, aku masih suka perempuan, apalagi perempuan seperti kamu ," bisik Dante.“Mum, perempuan seperti aku? " bisik Merriana manja, menatap Dante penuh gairah, mengajak mata mereka bercumbu sebelum tubuh mereka bercumbu, dilanjutkan dengan bibir yang tidak mau kalah ikut bercumbu, saling mengulum. Merriana membelai dada pria yang dipujanya, membiarkan bibir mereka saling mengulum, memagut, saling mengait membuat Merriana terjebak
Latar belakang dokter Dante Pramudya Saksono, menyimpan identitas tersembunyi, mengenai dirinya, asal usulnya tidak diketahui. Yang diketahui dia dibesarkan di panti asuhan milik para biarawati Katolik. Dia ditemukan oleh tukang kebun biara pagi hari di antara semak-semak bunga di taman biara. Suara bayi menangis mencuri perhatian bapak Saksono yang akan membabat rumput di taman, dikagetkan dengan boks bayi lengkap kaleng susu formula di sampingnya, ada secarik kertas,”Suster peliharalah bayiku, dia tidak berdosa, sayalah yang berdosa. Saya percaya pada janjinya akan mengawiniku tapi dia memilih perempuan lain.Nama bayiku Dante, berarti teguh dan abadi. Semoga anakku bisa teguh dan abadi..”Biara langsung gempar ditemukan bayi mungil yang masih merah, membuka matanya menatap orang di sekelilingnya membuat para biarawati gemas, langsung memandikannya, membungkus dengan selimut karena popok yang dipakainya telah basah dengan kencing.Kepala biara segera memanggil dokter untuk memeriksa
Dokter Dante melemparkan ponselnya ke ranjang lalu merebahkan dirinya, ada kegelisahan di hatinya. Pereselingkuhannya dengan dokter Anjel kepergok Merri. Untung Merri tidak membuat keributan. Mendengar teriakan Merri ,”Brengsek!” Dante mengenal suara Merri, langsung usahanya untuk mencapai puncak kenikmatan bersama dokter Angel kandas di tengah jalan, terkulai lemas di atas tubuh dokter Anjel yang terus mencengkeram pundaknya.“Aku belum selesai…”Tanpa mengatakan sepatah katapun, dokter Dante langsung turun dari ranjang mencari pakaiannya yang berhamburan di lantai, keluar kamar tidur mencari Merri. Tidak ada Merri di ruang tamu, kegelisahan menghampiri dirinya, dengan gerak cepat keluar kamar apartemen , menunggu lift yang sedang turun ke bawah, tidak sabar menuju tangga darurat dengan gerak cepat agar dapat menyusul Merri.Berapa kecewanya ketika sampai di lobbi tidak menemukan Merri, ditatap resepsionis dengan tatapan curiga,” Mas, kamu lihat adikku yang dari Surabaya?”“Iya dok
“Aku bahkan ngancam kalau dia betul-betul mencintaiku, besok dia harus ke Surabaya, melamarku di depan mama dan papa kemudian merencanakan pernikahan kilat. ” Stella kaget mendengar perkataan Merri, menoleh ke arah Merri yang memasang wajah datar menatap lurus ke depan. Merri tahu Stella tidak menyetujui keputusannya, “Ella,Kebohongan Dante membahagiakan aku , ternyata kebahagiaan sesaat yang aku dapatkan itu rapuh , tidak tahan lama. Kebahagiaan berakhir dengan sakit hati, kekecewaan, merobek kepercayaan dan menghancurkan masa depanku.” “Mer, sebaiknya kamu jangan ambil keputusan di situasi hatimu yang sedang labil, bisa fatal jadinya.” “Apa yang sudah kuputuskan, tetap menjadi keputusanku sekalian melihat apakah Dante benar-benar mencintaiku. Hubungan kami sudah terlanjur jauh,aku harus mempertahankan Dante, mungkin bukan cinta yang kupertahankan tapi masa depanku. Pria mana yang mau menjadikanku isterinya jika aku tidak lagi perawan? Pria bangsa kita masih menomor satukan keper
Tiga bulan kemudian.Acara Dream Wedding Exhibition berjalan sukses. Pak Marco memberikan mereka bonus dan istirahat selama dua hari setelah bekerja habis-habisan pagi sampai malam mempersiapkan peragaan gaun pengantin .Merri berbaring sambil memegang ponselnya karena panggilannya ke dokter Dante tidak mendapat respons, teringat kembali percakapannya dengan teman-temannya ketika Merri menelpon dokter Dante berkali-kali dan tidak mendapat respons. “Aku tidak nyuruh kamu curigain dokter Dante, Mer.Sebaiknya kamu selidiki apa yang dilakukannya jika kamu tidak ada di Semarang. Kamu tiba-tiba datang ke Semarang tanpa mengabarinya atau tanpa disuruh Dante.Selama kita berteman aku melihat kamu waktu pertama kali pacaran dengan dokter Dante wajahmu selalu sumringah, dua tahun terakhir kesumringahmu mulai memudar, ada sedikit beban di wajahmu yang cantik. Jangan terlalu mempercayai lelaki yang selalu menunda melamarmu dengan seribu alasan.” Kata Stella.Merri menghela napas, “Aku sanga
Setelah beristirahat sejenak, mandi di bawah shower Merri merasa segar kembali. Memulas wajahnya yang cantik dengan make up natural, Merri turun ke bawah. Papa dan mamanya baru selesai sarapan sedang duduk di sofa menonton televisi.“Morning,” sapa Merri riang.“Pagi, mmm.. wajahmu sumringah banget.” Ujar mamanya.“Mama ini kayak tidak kenal masa muda . Dia baru ketemu pujaan hati yang belum ada rencana mau melamar anak gadis kita.”“Sabar pa, nanti mas Dante akan melamarku pada saat yang tepat, waktu yang tepat dan hari yang tepat.” Jawab Merri langsung mengambil gelas berisi juice jeruk, menyesapnya sebentar lalu meneguknya sampai habis.“Sarapan dulu nduk, mama bikin omelet kesukaanmu.”“Hum, tinggal lima belas menit lagi, aku harus berangkat ke kantor. Takut macet.”Ujarnya mencomot roti , dengan garpu memotong sedikit omelet menyatukan dengan roti.“Pa, kepriye carane bocah wadon sampeyan,menakutkan. Pantas Dante menunda-nunda melamarmu, makan kok asal mencomot saja.” Ujar mamany
Kembali ke Surabaya, sepanjang perjalanan naik kereta malam Semarang-Surabaya, Merri terkenang saat-saat bersama Dante. Jum’at malam , Merri berangkat dari Surabaya naik kereta malam, tiba di Semarang langsung ke apartemen Dante yang waktu itu penghuninya masih di rumah sakit, kemudian mengirim pesan melalui ponselnya ke Dante.‘Merri : Sayang, aku sudah di apartemenmu. Kapan pulang?’Rupanya Dante sibuk, baru centang satu, batin Merri.Merri mencari jas kamar yang selalu dia simpan di apartemen Dante.Ada kesepakatan mereka setiap tiga bulan saling berkunjung. Dante ke Surabaya, nginap di hotel setelah Merri reservasi atau Merri ke Semarang nginap di apartemen Dante.Akhir-akhir ini Dante jarang ke Surabaya, alasannya sibuk dengan segala macam alasan, sibuk operasi, ikut symposium di Jakarta, Bali bahkan baru-baru ini symposium dokter bedah di Korea.Ponsel Merri berdenting.‘Dante : Baru saja selesai operasi,aku masih harus tunggu sampai pasien stabil baru ke apartemen.’‘Merri: Ak
Latar belakang dokter Dante Pramudya Saksono, menyimpan identitas tersembunyi, mengenai dirinya, asal usulnya tidak diketahui. Yang diketahui dia dibesarkan di panti asuhan milik para biarawati Katolik. Dia ditemukan oleh tukang kebun biara pagi hari di antara semak-semak bunga di taman biara. Suara bayi menangis mencuri perhatian bapak Saksono yang akan membabat rumput di taman, dikagetkan dengan boks bayi lengkap kaleng susu formula di sampingnya, ada secarik kertas,”Suster peliharalah bayiku, dia tidak berdosa, sayalah yang berdosa. Saya percaya pada janjinya akan mengawiniku tapi dia memilih perempuan lain.Nama bayiku Dante, berarti teguh dan abadi. Semoga anakku bisa teguh dan abadi..”Biara langsung gempar ditemukan bayi mungil yang masih merah, membuka matanya menatap orang di sekelilingnya membuat para biarawati gemas, langsung memandikannya, membungkus dengan selimut karena popok yang dipakainya telah basah dengan kencing.Kepala biara segera memanggil dokter untuk memeriksa
Suara Sam Smith, lagu fire on fire mendayu lembut.Merriana berdiri mematikan musik dari ponselnya, mencari piringan hitam di antara deretan piringan hitam yang tertata rapi. Mencari piringan hitam dengan cover Andrea Bocelli , memilih lagu "Can't falling in love.""Mengapa ganti lagunya?" tanya Dante."Hem, aku sekarang tidak suka dengan penampilan Sam Smith yang berpenampilan lebih feminin, aku suka penampilannya yang lama lebih manly. Dia rupanya menandai dirinya sebagai Queer." Jawab Merriana."Tidak usah dibahas, yang penting kamu masih suka laki-laki, aku masih suka perempuan, apalagi perempuan seperti kamu ," bisik Dante.“Mum, perempuan seperti aku? " bisik Merriana manja, menatap Dante penuh gairah, mengajak mata mereka bercumbu sebelum tubuh mereka bercumbu, dilanjutkan dengan bibir yang tidak mau kalah ikut bercumbu, saling mengulum. Merriana membelai dada pria yang dipujanya, membiarkan bibir mereka saling mengulum, memagut, saling mengait membuat Merriana terjebak