Share

Terbakar

Penulis: Ai Ueo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-07 14:11:26

"Kamu belum ngerjain tugas?" tanyaku pada anak pak bos.

"Udah semua, kemarin dibantuin tante Najwa," jawabnya dan hal itu membuatku sedikit kesal. Bukankah tadi bapaknya bilang kalau anaknya punya banyak tugas dan perlu bantuan?

"Terus kamu ngapain ke sini?" Meski kesal, tapi aku tetap harus bersikap manis pada bos kecil ini karena sikapnya tidak se-menyebalkan bapaknya.

"Papi yang nyuruh. Padahal tadi aku mau main sama Tasya, mumpung dia lagi main ke sini sama adek Davin," jelas Arya.

Kok semakin lama aku semakin emosi ya. Sepertinya ini memang disengaja oleh pak Yogi supaya aku tidak jadi pulang kampung, tapi untuk apa?

"Kamu mau makan apa?" tanyaku pada Arya.

Sebenarnya Arya sudah cukup sering bermain ke sini saat bapaknya ada pekerjaan mendadak, apalagi cucu dari pemilik kos ini adalah teman satu kelas Arya.

"Adanya apa?" Arya meletakkan tas di atas kursi tamu, "kata Papi, aku nggak boleh ngerepotin mbak Linda. Aku dikasih uang, kalau mau apa-apa pesen aja lewat online, nggak boleh nyuruh mbak Linda," lanjutnya.

Ah, manisnya. Andai itu benar-benar pak Yogi yang bicara di depanku, mungkin saja aku bisa jatuh cinta padanya. Sayangnya sifat manis dari Arya bukanlah turunan dari bapaknya, mungkin dari almarhumah ibunya.

"Tadi sih rencananya mau bikin oseng jamur sama sambal tomat, dimakan sama nasi anget enak banget. Tapi kalau Arya nggak suka ya kita masak yang lain aja," tawarku.

Sebenarnya Arya ini termasuk anak yang tidak rewel, tidak banyak bicara dan tidak banyak mau.

"Itu aja, nanti aku bantuin masaknya."

Senyumku terbit tanpa bisa kucegah. Pasti siapapun yang akan menjadi ibunya kelak akan bahagia mendapatkan anak semanis ini.

"Mbak lebih suka coklat apa bunga?" tanya Arya disela membantuku menata piring.

"Kenapa? Kamu suka sama cewek?" tebakku. Heran, kenapa anak sekarang lebih cepat besar.

"Nggak lah! Masih kecil, mau sekolah dulu," jawabnya. Aku tertawa, ternyata tebakanku salah.

"Terus buat apa tanya gitu?"

"Papi yang nyuruh tanya."

Dasar pak Yogi, masak anak sekecil ini diajari membuat pertanyaan yang aneh. Kenapa tidak bertanya pada perempuan yang dia sukai. Lagian setiap orang pasti berbeda hal yang disukai, kalau aku jelas lebih memilih uang yang banyak daripada bunga atau coklat.

"Mbak nggak suka dua-duanya. Sekarang mending kita sarapan aja, abis ini mbak ajak kamu jalan-jalan," ucapku mengalihkan pembicaraan.

"Oke," jawab Arya, ia lalu duduk manis di kursinya.

Aku bersyukur mendapat tempat kos yang menyediakan dapur mini dan kamar mandi di dalam kamar, jadi tidak perlu ke dapur umum kalau hanya sekedar ingin sarapan dengan menu sederhana.

"Mau ke mana?"

Baru saja duduk, kini Arya sudah berdiri lagi lalu berjalan menuju depan.

"Mau ambil susu di tas," jawabnya.

Setelah beberapa saat dia kembali dengan membawa dua kotak susu ukuran sedang, Arya lalu menyerahkan satu kotak untukku.

"Ini buat mbak satu, aku satu."

"Makasih, kamu baik banget sih," jujur aku sangat gemas dengan anak berusia sepuluh tahun ini. "Sekarang duduk lagi, kita sarapan."

Dia lalu kembali duduk ke kursinya. Menu sederhana tapi terasa nikmat karena ada teman makan.

Setelah selesai makan, aku lalu membereskan peralatan makan. Arya sudah pergi ke ruang tamu untuk menyalakan televisi. Biasanya kalau Arya dititipkan di sini, bapaknya akan mengantarkan sekitar pukul delapan atau pukul sembilan, baru kali ini Arya diantar ke sini sepagi ini.

"Mbak sapu dulu ya," kataku pada Arya yang tengah asik menonton acara kartun. Hari minggu adalah waktu yang tepat bagi anak seusia Arya untuk menikmati kartun sepuasnya, akupun dulu begitu.

Arya hanya menanggapi dengan anggukan, ia terlihat begitu serius menikmati acara yang ditonton.

Kegiatan bersih-bersih pagi sudah beres, sekarang aku melanjutkan mandi dan mencuci baju. Hari ini cucianku sedikit karena kemarin aku sudah mencucinya karena niat untuk pulang kampung, sebelum tahu kalau negara api akan menyerang.

Pukul delapan semua kegiatan bersih-bersih sudah selesai, aku sudah memakai celana training dan kaos oblong warna hijau. Meski sudah siang tapi aku sudah memutuskan untuk pergi ke taman kota, hanya sekedar ingin membeli jajanan dan tentunya menyegarkan mata.

"Mau ke mana, mbak?" tanya Arya saat aku mengajaknya untuk jalan-jalan.

"Taman kota, mau ikut nggak?"

"Mau," jawabnya bersemangat. Karena kesibukan bapaknya, anak ini jadi begitu jarang diajak jalan-jalan. Palingan jalan ke mall atau justru malah keluar negeri.

Aku mengunci pintu setelah Arya keluar dari kamar. Tempat kos saat ini sangat sepi karena banyak yang sudah pulang, bahkan ada yang pulang dari kemarin sore.

Aku menyerahkan helm kecil pada Arya, helm yang dibelikan pak Yogi beberapa bulan yang lalu saat aku mengeluh tidak bisa mengajak Arya kemana-mana karena tidak punya helm.

"Mbak, mau beli itu," tunjuk Arya pada penjual pentol bakar.

Aku mengangguk lalu mengikuti Arya yang sangat bersemangat.

Kami duduk di kursi taman setelah membeli pentol bakar dan es cup.

Saat tengah duduk menikmati suasana, tiba-tiba ada yang menepuk bahuku dari arah belakang. Saat aku menoleh ternyata itu adalah temanku semasa sekolah dulu. Kami mengobrol banyak hal dan baru aku tahu kalau selama ini ada grup W******p untuk kelas kami. Aku memberikan nomorku padanya untuk dimasukkan grup.

Saat tengah asik mengobrol, pak bos melakukan panggilan video.

"Halo pak, ada apa?" tanyaku setelah menggeser layar hijau.

"Arya mana?"

Aku lalu mengarahkan layar ponsel pada Arya yang tengah bercanda dengan temanku.

"Lin, itu siapa? Kamu lagi di mana?"

"Lagi di taman kota, pak. Itu teman saya," jawabku, kamera sudah kuarahkan pada wajahku lagi karena Arya tidak menghiraukan bapaknya.

"Pacar kamu? Kalau mau pacaran jangan ajak-ajak Arya. Pulang sekarang, sebentar lagi aku jemput!"

Belum sempat aku jawab, panggilan sudah diputus. Untung dia bosku, kalau pacarku sudah kupecat dia.

Bab terkait

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Mie Instan Mahal

    "Siapa?" tanya temanku."Maaf ya, kami harus pamit. Bapaknya sudah mau jemput. Nanti kamu wa aja ya," ujarku tak enak hati. Kami baru bertemu belum ada setengah jam, tapi aku harus pergi. Memang berat kalau punya bos kejam."Iya, nanti aku wa. Ini istri aku juga udah nunggu di mobil. Kapan-kapan kita ngumpul bareng, ada beberapa teman kita juga yang tinggal di kota ini," jelasnya.Aku mengangguk lalu melambaikan tangan seraya berlalu menggandeng tangan kecil Arya.Sesampainya di depan gerbang, aku melihat mobil pak bos sudah terparkir di sana. Pagar sudah terbuka, aku lalu melajukan mobil untuk masuk ke parkiran kos. Arya segera berlari menghampiri bapaknya."Aku mau ketemu Fadil dulu, Papi tunggu di sini sama mbak Linda," pamit Arya.Pak Yogi hanya tersenyum lalu mengangguk tanda mengizinkan anaknya."Duduk," ucap pak Yogi setelah Arya sudah masuk ke rumah Fadil."Saya mau masuk dulu, pak," ucapku pada pak Yogi karena aku harus memasukkan jajanan yang tadi kubeli."Tadi pacar kamu? H

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Setajam Reporter Gosip

    "Ini, makan punya Papi aja. Kamu masih kecil, nggak boleh makan mi instan banyak-banyak."Senyumku memudar setelah mendengar ucapan pak bos pada anaknya, gagal sudah mendapat lima puluh ribu lagi.Arya duduk di pangkuan bapaknya lalu menyantap mi instan buatanku dengan lahap. "Harusnya nggak pa-pa sekali-sekali makan mi, kan nggak sering juga, pak," ucapku lirih."Ini aja udah cukup. Kamu harus belajar jadi ibu yang baik, masak makanan sendiri, jangan sering-sering makan makanan instan. Kasian anakku kalau kamu keseringan kasih makanan instan," ucap pak Yogi.Lah, apa hubungannya aku makan makanan instan sama anak pak Yogi. Memang dia mau jadiin akau baby sitter Arya?"Saya mau masuk, kalau pulang tinggal pulang aja, nggak usah pamitan. Mangkuknya taruh di meja aja." Kuhentakkan kaki lalu masuk ke kamarku.Belum juga menutup pintu, langkahku sudah terhenti karena panggilan pak Yogi."Apaan lagi sih, Pak? Saya mau mandi," protesku."Ambilin minum dulu, makan kasih makan doang, minumny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Wanita Itu?

    "Kenapa diem? Kamu beneran pacaran sama Budi?" tanya pak bos lagi.Aku diam bukan karena benar, tapi karena tidak menyangka pak bos akan bertanya hal sekonyol itu."Enggak, pak," jawabku."Jujur aja deh!" "Beneran, Pak, saya nggak pacaran sama Budi. Emang kenapa sih? Bapak masuk tiba-tiba nanya hal aneh. Saya lagi makan siang, laper banget, pak," ucapku memelas, berharap beliau akan membiarkanku makan dengan tenang."Kalau enggak, ngapain Budi tadi ke sini? Keluar dari sini dia senyum-senyum sambil liat hape. Habis ngapain kalian?""Apaan sih, Pak? Budi ke sini mau nganterin makanan dari Bapak. Kalau nggak percaya, Bapak bisa tanya langsung sama Budi. Saya kasih tau ya, Pak, Budi itu udah mau nikah.""Nikah sama kamu?"Ya Tuhan.... Kenapa akhir-akhir ini pak bos jadi gampang marah sih? Kayak cewek lagi pms, dikit-dikit marah, curigaan. Beri hamba kekuatan lebih untuk menghadapi hambamu yang pemarah itu, Ya Tuhan."Enggak, Pak. Dia mau nikah sama Nia. Bapak inget Nia nggak?" tanyaku p

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Gadis Cantik

    Di pikiranku saat ini sedang berputar-putar. Siapa sebenarnya yang ingin bertemu denganku? Seingatku selama ini aku tidak melakukan kesalahan, baik di rumah maupun di tempat kerja."Siapa sih yang mau bertemu dengan saya? Jangan main rahasia-rahasiaan deh, Pak," ucapku pada pak Yogi, kesal juga karena dari tadi beliau hanya diam."Nanti juga tau sendiri." Sudah, memang sudah itu saja jawaban pak Yogi.Sebab sangat kesal, aku akhirnya memalingkan wajah ke kiri untuk melihat suasana sore di sepanjang perjalanan. Dulu pernah setiap hari lewat sini waktu aku tinggal bersama bu Najwa selama beberapa bulan, mendampingi beliau yang susah tidur setiap malam. Perjuangan berat kami lalui berdua, hingga bu Najwa memberi hadiah dengan merenovasi rumah Mama di kampung. Sebaik itu memang bu Najwa padaku."Turun! Jangan ngelamun terus," ucapan pak Yogi membawaku kembali ke alam sadar.Mengenang masa lalu membuatku tidak sadar kalau kami sudah sampai di pekarangan rumah pak Yogi. Aku segera turun unt

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Temu Kangen

    "Belum tau sih, mbak. Beliau kapan hari itu pernah ngomongin soal perempuan yang lagi disuka, katanya seumuran sama aku. Nah, pas rapat kan bu Sarina merhatiin pak Yogi terus, aku kira orangnya dia, secara bu Sarina kan hampir seumuran sama aku, pas aku tanyain malah aku kena marah sama pak Yogi," jelasku."Kenapa kok kena marah?" Bu Najwa justru tertawa mendengar jawabanku."Katanya gini, 'mana ada saya bilang kalau saya suka janda? Lagian memang siapa yang tahan dengan pesona saya. Banyak wanita yang mengejar-ngejar saya, tapi anehnya saya kok malah suka sama cewek yang nggak peka!'Makin keras suara tawa bu Najwa."Kok ketawa sih, mbak. Harusnya mbak Najwa kasian sama aku, tiap hari dimarah-marahi, disalah-salahin terus. Pak Yogi sekarang itu makin sensi sama aku. Apa-apa salah pokoknya yang aku lakuin di mata beliau." "Emang susah sih, Lin, kalau duda berpengalaman suka sama cewek nggak peka. Harusnya dari awal aku udah bisa nebak kalau mas Yogi bakal suka sama tuh cewek. Secara

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Pulang Kampung

    "Hati-hati ya, Lin. Maaf nggak bisa nganter, anak-anak lagi rewel," ucap bu Najwa saat aku berpamitan pulang.Waktu masih menunjukkan pukul lima tiga puluh, beruntung sudah ada taksi online yang bisa mengantarku pulang. Aku harus ke kos terlebih dahulu sebelum berangkat bekerja, karena harus berganti baju dan mengambil berkas yang masih berada di kos.Tiga puluh menit waktu yang harus kutempuh dari rumah pak Yogi hingga sampai gerbang kos. Ganti baju dan bersiap-siap harus kulakukan kurang dari satu jam, belum lagi harus berjalan ke luar untuk membeli sarapan. Karena waktu yang mepet, aku memilih sarapan di resort saja.Hari ini aku ada janji dengan satu keluarga dari luar kota yang akan menginap beberapa hari di resort, mereka mengatakan akan sampai pukul delapan pagi. Sambutan yang cukup istimewa karena mereka masih saudara dari pak Dafa.Meski hanya memakai beberapa alat make up, tetap saja membutuhkan waktu yang cukup lama. Belum lagi harus memadupadankan baju yang sesuai untuk di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Calon Mantu?

    "Saya bisa pulang sendiri, Pak, ngapain pakek dianter segala?" tanyaku pada pak Yogi. Kesambet di mana kok bisa sebaik ini? Tapi kok ya waktunya tidak tepat."Harusnya kamu ngucapin makasih. Saya sebenarnya sibuk, tapi masih mau luangin waktu buat anter kamu pulang.""Makasih, Pak. Tapi saya bisa pulang sendiri. Bapak bisa pulang kalau memang sedang sibuk.""Ayo, cepet masuk mobil. Kasian Arya dari tadi nungguin." Tanpa mendengar ucapanku, Pak Yogi berjalan menuju mobilnya setelah mengambil tas ranselku.Akhirnya aku mengunci pintu kamar, lalu berjalan mengikuti pak Yogi. Jiwa penguasa beliau sedang on, tidak mungkin aku dibiarkan pulang sendiri kalau sudah begini. Padahal rencananya besok aku akan mengunjungi rumah beberapa teman."Mbak Linda," sapa Arya saat aku sudah masuk ke dalam mobil. Arya duduk di depan bersama bapaknya, sementara aku di belakang seperti nyonya besar. Hahaha."Hai juga ganteng, kamu mau ikut ke rumah mbak Linda?""Mau banget. Arya sama Papi boleh nginep di san

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Perjodohan

    "Bukan, Ma, beliau bosnya Linda," jelasku pada Mama."Oh, maaf kalau saya salah. Mari, silahkan masuk," ucap Mamaku. Aku memapah Mama, membantu beliau berjalan. Mamaku memakai tongkat sebagai penopang tubuhnya karena satu kaki Mama harus diamputasi saat kecelakaan bersama Ayahku dulu, kecelakaan yang merenggut nyawa cinta pertamaku."Silahkan duduk, Pak. Saya buatkan minum dulu," ucapku pada pak Yogi."Biar Mama aja yang buat minum, kamu duduk di sini aja. Kamu pasti capek habis perjalanan jauh." Mama mulai melangkahkan kakinya."Jangan, Ma, Linda aja yang buat minum. Mama duduk sini aja, temani bosnya Linda." Aku lalu berlalu menuju dapur untuk membuat minum."Mbak ngapain?" tanya Arman, adikku."Mau buat minum, kamu mau ke mana?""Mau bantuin Mama angkat jemuran," jawabnya lalu duduk di kursi. Arman memang sudah terbiasa membantu pekerjaan rumah, karena keterbatasan Mama, menjadikan Arman anak yang pengertian. Aku bersyukur, meski seorang lelaki, tapi Arman mau membantu Mama.Saat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14

Bab terbaru

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Berjalan perlahan

    Ini." Pak Yogi menyerahkan satu kardus lumayan besar, entah isinya apa. Beliau bilang ini titipan dari mama.Aku menerimanya dengan senang hati, rasanya cukup berat, aku jadi semakin penasaran dengan isinya."makasih. Bapak mau masuk dulu?" tawarku."Bisa nggak sih, kalau panggilannya diganti?""Hah, maksudnya diganti gimana?" Kenapa harus diganti? Bukannya di mana-mana anak buah memanggil bosnya dengan sebutan bapak."Saya ini calon suami kamu, masak panggilnya BAPAK. Berasa saya ini orang tua kamu," jelas pak Yogi."Mau dipanggil apa?""Ya terserah. Mau panggil Mas, Kakak, Abang, atau Sayang juga boleh," ujarnya.Aku harus memanggil dengan sebutan apa? Sementara selama ini aku sudah nyaman dengan sebutan bapak."Lebih enak dipanggil Mas Yogi atau Bang Yogi?" Sedikit aneh saat mengucapkannya, tapi aku akan berusaha."Sayang aja, kedengerannya lebih enak," jawabnya."Sayang? Terus pas banyak orang manggil Yang, gitu? Malu sama umur lah, Pak. Diketawain banyak orang nanti," ucapku. "U

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Selangkah lagi

    Mengerjakan laporan sambil menyimak pesan di grup alumni. Grup sedang ramai membahas perceraian salah satu teman seangkatan yang ketahuan selingkuh, lalu viral di dunia maya karena istrinya melabrak pelakor. Beruntung dia tidak satu kelas, jadi aman pergibahan di grup kami. [Dasar memang lakiknya doyan cewek murahan, makanya sampek kegoda.] Tulis Arina, dia memang masih saudara dengan perempuan korban perselingkuhan itu. [Iya, padahal juga nggak ganteng-ganteng banget. Kaya juga nggak, tapi kok banyak tingkah.] Timpal Diana. [Greget banget aku. Kalau aku jadi ceweknya, udah tak bunuh dia. Emang dari dulu udah tukang selingkuh!] Tulis Nanda penuh emosi, dia memang salah satu mantan dari lelaki itu dan mereka putus karena si lelaki selingkuh. Mungkin masih dendam. Aku hanya menyimak, selama ini tidak tahu kehidupan mereka. Beberapa tahun tidak ikut reuni, bukan karena tidak mau, tapi karena selalu bertepatan saat banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggal. [Cieee, yang udah pen

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Apaan?

    I love you." Sayup-sayup aku mendengar suara bisikan itu. Entah itu benar atau aku hanya berhalusinasi karena sudah sangat mengantuk?Aku tidak tahu jam berapa pak Yogi mematikan video call, yang jelas tadi saat bangun pukul lima, panggilan sudah diakhiri.Aku sudah mandi dan gosok gigi, beres-beres kamar juga sudah kulakukan. Menyapu kamar dan mencuci baju juga sudah, sekarang waktunya membuat sarapan.Membuat nasi goreng dari sisa nasi kemarin, sayang kalau tidak dimanfaatkan. Beruntung masih punya sawi sisa membuat mi kemarin, tidak lupa aku beri taburan bawang goreng dan telur mata sapi di atasnya. Sepertinya aku akan membawa sisa nasi goreng untuk bekal karena masih cukup banyak.Aku sudah siap berangkat kerja, baju sudah rapi, badan wangi, muka sudah dipoles bedak dan kaki sudah terbungkus sepatu. Tidak lupa tas aku sampirkan di pundak dan membawa bekal yang sudah kusiapkan.Menutup pintu kamar, aku lalu berjalan ke depan untuk menunggu pak Yogi menjemput."Nggak bawa motor lagi

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Manis

    "Mama nggak salah kok, Mama pasti ingin yang terbaik buat aku. Makasih ya, Ma," ucapku. Mama adalah sumber bahagiaku dan aku nggak mungkin bikin mama kecewa."Mbak besok nggak usah pulang, nanti aja kalau acara lamaran. Nanti Budhe tambah marah kalau lihat mbak pulang bareng pak Yogi. Mama tutup dulu ya, mau tutup toko dulu," pamit mama."Iya, Ma. Jangan capek-capek."Mama memutuskan sambungan telepon, aku lalu berjalan ke dapur miniku untuk membuat mi instan. Aku membuka laci lalu memilih mi goreng kesukaanku. Satu mi instan, aku beri irisan sawi, telur ayam dan aku juga memasukkan dua buah cabe rawit. Pasti mantap sore-sore begini makan mi goreng pedas.Keringat dingin mengucur dari dahi, kenikmatan yang sangat luar biasa memang mi instan ini. Baru saja selesai mencuci mangkuk, pintu kamar ada yang mengetuk."Mbak Linda sibuk nggak?" tanya Irma dan Reni saat aku sudah membuka pintu."Enggak sih, kenapa?""Anterin beli baju buat besok, Lulu sama Riska juga ngikut," pinta Reni."Kenap

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Wajahku panas

    Wajah pak Yogi semakin dekat, tangannya berpegangan pada jok yang aku sandari, sementara tangan satunya berusaha meraih pintu, mungkin untuk berpegangan? Dalam kondisi seperti ini, aku memilih memejamkan mata. Semoga Tuhan mengampuni dosaku."Ngapain tutup mata?" Aku segera membuka mata dan terkejut karena tidak ada sesuatu yang terjadi seperti perkiraanku."Hmm," aku tidak tahu harus menjawab apa."Saya mau bukain pintu, emang kamu pikir saya mau ngapain?" Pak Yogi sudah membuka pintu di sampingku."Aww!" pekikku karena pak Yogi menyentil dahiku."Pikiranmu ya, berbahaya!"Wajahku rasanya sangat panas, malu sekali dan ingin segera menutup wajahku dengan bantal. Dasar pak Yogi, kenapa nggak buka pintu dari luar saja, pikiranku kan jadi ke mana-mana."Dasar perawan! Nanti kalau sudah halal, sekarang tahan dulu," ujarnya. Kenapa jadi aku yang terkesan aku yang tidak sabaran!"Siapa juga yang mikir ke sana. Saya mau turun!" Aku lalu segera turun dari mobil, bisa-bisa aku bertambah malu

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Lamaran

    Pukul sembilan kami berpamitan pada pak Bram, aku dan pak Yogi harus segera ke resort. Masih banyak laporan akhir bulan yang harus diselesaikan."Besok ada undangan nikahan, kamu pergi sama saya," ucap pak Yogi saat kami sudah sampai di resort.Aku mengangguk saja, karena memang kami mendapat undangan yang sama.Hari ini pekerjaan selesai dengan tepat waktu. Aku memilih memesan ojek online karena pak Yogi tidak bisa mengantar. Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, akhirnya ojek yang aku tunggu sampai juga."Mbak Lin, tumben pulang cepet," sapa Ruri, gadis cantik yang saat ini sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas."Iya nih, kerjaan nggak banyak. Kamu mau ke mana?" Kulihat dia sudah cantik dalam balutan gaun merah muda."Mau ada acara keluarga, bentar lagi dijemput kakak," jelasnya. Meski sudah berstatus mahasiswi, tetapi wajah Ruri tetap imut seperti anak baru gede."Mbak masuk kamar dulu ya, salam buat keluargamu," ucapku.Entah apa yang di cari oleh Ruri, anak orang

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Godaan

    "Linda pulang dulu, Tante." Aku mencium punggung tangan bu Sandra."Harusnya kamu nginep di sini aja, temenin Mama," pinta bu Sandra."Nggak bisa, Ma. Nanti kalau Yogi khilaf gimana?" ucap pak Yogi."Mama kunci pintunya. Linda di sini buat temenin Mama, bukan buat kamu," jawab bu Sandra."Tapi kan ....""Mungkin lain kali, Tante. Linda juga nggak bawa baju ganti, besok mau ada rapat pagi-pagi," jelasku.Akhirnya bu Sandra pasrah dan membiarkanku pulang di antar pak Yogi. Sekarang sudah pukul delapan, tapi jalanan masih cukup ramai."Kamu cantik," ujar pak Yogi.Yang benar saja, pak Yogi bisa mengatakan itu padaku?"Tumben?""Dipuji malah ngeledek. Nggak jadi muji aja," ucap pak Yogi yang membuatku tidak bisa menahan tawa. Lucu sekali kalau pak bos ngambek."Jangan ngambekan, nanti gantengnya luntur," ujarku."Belajar gombal dari mana? Aku kira cewek batu nggak bisa gombal." Memang ya, kalau orang nyebelin itu sampai kapanpun akan tetap begitu."Makasih. Bapak nggak usah turun, saya m

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Nggak sabar

    "Wih, nggak sabar mau cobain." Pak Yogi lalu duduk di hadapanku."Arya mau lauk apa?" tanyaku, piring milik Arya masih berisi nasi saja."Ayam sama sayur lodehnya dikit aja," jawabnya. Aku cukup heran, anak orang kaya tapi mau makan sama sayur lodeh. Aku menyerahkan piring berisi nasi dan lauk pada Arya."Ambilin punya Yogi sekalian, sambil belajar jadi istri ya," ucap bu Sandra yang lebih terdengar seperti godaan.Pak Yogi mengulurkan piring kosongnya padaku. Aku mengisinya dengan nasi. "Mau lauk apa?""Sayur lodeh sama tempe aja," jawabnya.Aku menyerahkan setelah piring sudah terisi, lalu aku mengisi piringku sendiri."Enak juga, bisa nih, tiap hari dateng ke sini buat masakin," ujar pak Yogi."Tidur sini aja Lin, daripada di kos sendiri. Di sini kamu bisa temenin Mama. Mama udah nggak balik ke singapura," ujar bu Sandra."Jangan lah, Ma, nanti Yogi khilaf. Nanti aja kalau sudah sah, dia tinggal sini," jawab pak Yogi. Kok aku deg-degan ya?"Beneran ya, Mama nggak mau tinggal di si

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Kebohongan Bu Sandra

    Kuembuskan napas secara perlahan, berharap degup jantungnya bisa lebih pelan. Andai bisa memilih, ingin rasanya aku pergi dari sini. Bayang penolakan semakin menghantui."Assalamualaikum, Tante," ucapku menyapa Bu Sandra.Beliau menatapku, lalu seulas senyum muncul di bibirnya. "Waalaikumsalam." Bu Sandra lalu meletakkan ponselnya, berdiri lalu berjalan mendekatiku. "Ih, anak cantik. Lama ya kita tidak bertemu."Bu Sandra memelukku erat, beliau menepuk-nepuk punggungku dengan pelan. Hatiku rasanya seperti dipenuhi bunga-bunga. Bu Sandra selama ini memang sebaik ini. Di usia beliau yang genap tujuh puluh tahun, beliau masih terlihat cantik dan bugar. Sangat menyukai olahraga senam, membuat beliau tampak awet muda."Iya, Tante," jawabku. Sebenarnya saat ini aku sangat tegang, tidak tahu harus mengucapkan apa.Selama hidup dengan Bu Najwa, beberapa kali aku bertemu dengan Bu Sandra. Pembawaan beliau yang tenang selalu memancarkan aura positif dalam dirinya. "Masuk yuk, katanya Yogi, kam

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status