Share

Gadis Cantik

Penulis: Ai Ueo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-08 18:01:09

Di pikiranku saat ini sedang berputar-putar. Siapa sebenarnya yang ingin bertemu denganku? Seingatku selama ini aku tidak melakukan kesalahan, baik di rumah maupun di tempat kerja.

"Siapa sih yang mau bertemu dengan saya? Jangan main rahasia-rahasiaan deh, Pak," ucapku pada pak Yogi, kesal juga karena dari tadi beliau hanya diam.

"Nanti juga tau sendiri." Sudah, memang sudah itu saja jawaban pak Yogi.

Sebab sangat kesal, aku akhirnya memalingkan wajah ke kiri untuk melihat suasana sore di sepanjang perjalanan. Dulu pernah setiap hari lewat sini waktu aku tinggal bersama bu Najwa selama beberapa bulan, mendampingi beliau yang susah tidur setiap malam. Perjuangan berat kami lalui berdua, hingga bu Najwa memberi hadiah dengan merenovasi rumah Mama di kampung. Sebaik itu memang bu Najwa padaku.

"Turun! Jangan ngelamun terus," ucapan pak Yogi membawaku kembali ke alam sadar.

Mengenang masa lalu membuatku tidak sadar kalau kami sudah sampai di pekarangan rumah pak Yogi. Aku segera turun untuk mengikuti langkah lebar beliau.

Rumah ini masih sama, tidak banyak perubahan selain cat yang baru. Masuk ke ruang tamu, rumah tampak sepi, tidak ada tanda-tanda kalau ada orang lain selain kami.

"Duduk dulu, saya mau mandi, atau kamu mau ikut?"

Mulutnya, Pak, lemes banget. Jadi pengen nampol.

"Enggak, Pak, saya tunggu di sini aja."

Pak Yogi berlalu begitu saja, sedangkan aku duduk manis di sudut kursi. Terdiam sendiri tanpa tahu apa yang harus dikerjakan, celingak-celinguk ke sana ke mari tapi tetap saja tidak menemukan siapapun. Sekian lama menunggu tapi tetap saja tidak ada yang menemuiku, apa pak Yogi mengerjaiku?

"Ini minumnya." Pak Yogi meletakkan segelas jus yang aku yakini sebagai jeruk karena warnanya oranye.

"Makasih, Pak." Aku meneguk minuman dingin yang mampu meredam sedikit kejengkelan di hati. "Sebenarnya beneran ada atau nggak sih, orang yang mau ketemu saya?"

"Ada. Kamu pikir ngapain saya bawa kamu ke sini kalau nggak ada yang mau ketemu? Meski saya duda, tapi saya nggak murahan. Kalau mau bawa kamu pulang, pasti saya halalin dulu," ujarnya ketus. Aku hanya bertanya sedikit, tapi jawabannya sepanjang itu. Semoga nanti istrinya betah punya suami yang cerewet model begini.

"Kamu meledek saya?" tanyanya.

"Hah, kapan, Pak?"

"Itu, di dalam hati. Jangan terlalu sering jengkel sama saya, nanti kamu jatuh cinta."

Ih,pede banget nih pak duda. Semoga saja aku kuat iman untuk tidak jatuh cinta sama orang ini. Jujur kalau naksir dulu pernah, tapi sekarang sepertinya sudah enggak karena takut kalau jatuh cinta beneran entar malah diomelin setiap hari. Lagian mana mau pak Yogi sama cewek kayak aku?

"Jangan banyak bengong, kesambet baru tau rasa kamu."

Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan pak Yogi. Bingung mau bicara apa, nanti malah ujung-ujungnya diomelin lagi.

Beberapa saat pak Yogi sibuk dengan gawainya, sementara aku hanya diam karena gawaiku kehabisan baterai, jadi nggak bisa ikut sok sibuk. Mau ngitung cicak tapi nggak ada, bersihin debu di meja tapi sudah kinclong. Jadi aku cuma mandangin sepatu yang membalut kakiku, aneh, tapi memang sebingung itu mau ngapain.

Terdengar suara mobil dari depan, sesaat ada yang membuka gerbang lalu mobil masuk ke pekarangan rumah. Aku tidak tahu itu siapa, karena jendela tertutupi oleh gorden.

Suara riuh anak-anak mendominasi, seperti ada dua atau tiga anak. Langkah kaki berlari terdengar mendekat, hingga akhirnya wajah yang sudah lama aku rindukan mundul dari depan pintu yang terbuka.

"Mbak Linda...." suara gadis cantik memenuhi telingaku. Ia berlari dan memelukku erat setelah aku merentangkan tangan.

"Tasya apa kabar?" Aku membelai ramout panjang nan hitam milik gadis cantik ini.

"Baik, baik banget. Aku kangen sama mbak Linda, kangen yang banyak-banyak," ujarnya.

"Mbak Linda juga, kangen banget." Kucu bit pipi gembulnya dengan pelan. "Kamu kok tambah tembem?"

"Sekarang aku udah nggak mau jadi model, mbak, jadi nggak perlu diet lagi," jelas anak berumur tujuh tahun itu.

Tasya memang unik, sedari masih sekolah paud dia sudah bercita-cita menjadi model. Entah tahu dari mana, tapi sedari kecil dia memang pandai bergaya.

"Emang sekarang mau jadi apa?" tanyaku.

"Assalamualaikum," ucap seseorang dari luar yang menginterupsi obrolan kami.

"Waalaikumsalam. Bu Najwa, pak Dafa. Ya Allah, mimpi apa aku semalam, sekarang bisa ketemu Bu Najwa sama Tasya." Aku senang, sangat senang karena bisa bertemu dengan bidadari ini lagi.

Aku berdiri setelah melepas pelukan dari Tasya, menyalami bu Najwa lalu beliau membawaku dalam pelukan.

"Jangan panggil bu, dong. Aku sekarang kan bukan bos kamu, panggil mbak aja, biar keliatan lebih muda," ucap beliau, meski begitu lidahku tetap kelu untuk memanggilnya mbak.

"Bu Najwa, eh mbak Najwa apa kabar? Lama banget nggak ketemu," tanyaku.

"Alhamdulillah baik semua, sekarang fokus jadi ibu rumah tangga. Nggak pernah ke mana-mana kalau nggak bawa pasukan lengkap," ucap beliau seraya tertawa, derai tawa yang menular padaku.

"Mbak abis tambah anak, kok malah tambah cantik sih?"

Mbak Najwa yang sekarang memang tubuhnya lebih berisi, tapi tidak gemuk. Tambah cantik dan semakin terpancar aura keibuannya.

"Ngeledek ya kamu. Ini aja baju yang dulu udah nggak ada yang muat. Sekarang ngasih asi eksklusif, jadi ya makan juga harus banyak," jelasnya.

"Itu Davin?" tunjukku pada bocah tampan yang baru mulai berjalan. Sangat tampan dan menggemaskan.

"Iya. Baru belajar jalan, dia. Dikit-dikit jatuh, jadi harus di pantau terus."

Memang kini anak itu tengah di jaga oleh pengasuhnya, sementara pak Yogi dan pak Dafa tidak nampak di sekitar kamu. Aku juga tidak tahu sejak kapan pak Yogi pergi dari sini.

Aku mendekati Davin, berjongkok untuk menyeimbanginya. Davin berlari ke arahku lalu memelukku erat. Aku yang terkejut, hampir saja terjatuh, beruntung aku masih bisa menjaga keseimbangan.

"Tumben banget loh dia, biasanya dideketin orang yang belum pernah ketemu dia nggak mau," jelas bu Najwa.

"Masak sih, mbak? Ini kok dia yang deketin aku."

"Mungkin aura ibu udah tercium, tanda-tanda udah waktunya nikah. Sama yang dulu itu nggak mau nikah?"

"Enggak, mbak. Habis uangku diporotin sama dia," jelasku.

Waktu aku putus sama pacarku yang kedua, bu Najwa sudah pindah ikut pak Dafa. Yang bu Najwa tahu waktu aku putus sama Lian dulu.

"Masak sih? Kayaknya pendiem banget tuh anak, beda sama Lian. Kayak polos gitu mukanya."

"Polos tapi mata duitan, bersyukur segera disadarin sama Tuhan. Kalau enggak, mungkin sampek sekarang udah jadi gelandangan aku."

Mbak Najwa tertawa mendengar ucapanku.

"Mau aku cariin? Banyak temennya mas Dafa yang masih single," tawar bu Najwa.

"Kalau aku sih mau aja, tapi kalau nanti ada nggak cocoknya malah nggak enak sama pak Dafa," ucapku.

Kalau aku sudah pasti cocok, jelas teman pak Dafa itu pasti baik. Tapi kalau mereka yang nggak cocok sama aku?

"Coba aja dulu, kalau emang nggak cocok ya berarti nggak jodoh. Nanti aku ngomong sama mas Dafa," ujar bu Najwa dan aku hanya mengangguk.

"Nggak usah sok jodoh-jodohin anak orang. Dia udah gede, biar cari sendiri." Itu suara pak Yogi. Hanya lewat dan mengatakan hal itu tanpa menoleh.

"Sensi banget bos kamu itu," ucap bu Najwa dan aku mengangguk setuju. "Katanya dia lagi jatuh cinta, kamu tau siapa perempuan yang lagi dia sukai?"

Bab terkait

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Temu Kangen

    "Belum tau sih, mbak. Beliau kapan hari itu pernah ngomongin soal perempuan yang lagi disuka, katanya seumuran sama aku. Nah, pas rapat kan bu Sarina merhatiin pak Yogi terus, aku kira orangnya dia, secara bu Sarina kan hampir seumuran sama aku, pas aku tanyain malah aku kena marah sama pak Yogi," jelasku."Kenapa kok kena marah?" Bu Najwa justru tertawa mendengar jawabanku."Katanya gini, 'mana ada saya bilang kalau saya suka janda? Lagian memang siapa yang tahan dengan pesona saya. Banyak wanita yang mengejar-ngejar saya, tapi anehnya saya kok malah suka sama cewek yang nggak peka!'Makin keras suara tawa bu Najwa."Kok ketawa sih, mbak. Harusnya mbak Najwa kasian sama aku, tiap hari dimarah-marahi, disalah-salahin terus. Pak Yogi sekarang itu makin sensi sama aku. Apa-apa salah pokoknya yang aku lakuin di mata beliau." "Emang susah sih, Lin, kalau duda berpengalaman suka sama cewek nggak peka. Harusnya dari awal aku udah bisa nebak kalau mas Yogi bakal suka sama tuh cewek. Secara

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Pulang Kampung

    "Hati-hati ya, Lin. Maaf nggak bisa nganter, anak-anak lagi rewel," ucap bu Najwa saat aku berpamitan pulang.Waktu masih menunjukkan pukul lima tiga puluh, beruntung sudah ada taksi online yang bisa mengantarku pulang. Aku harus ke kos terlebih dahulu sebelum berangkat bekerja, karena harus berganti baju dan mengambil berkas yang masih berada di kos.Tiga puluh menit waktu yang harus kutempuh dari rumah pak Yogi hingga sampai gerbang kos. Ganti baju dan bersiap-siap harus kulakukan kurang dari satu jam, belum lagi harus berjalan ke luar untuk membeli sarapan. Karena waktu yang mepet, aku memilih sarapan di resort saja.Hari ini aku ada janji dengan satu keluarga dari luar kota yang akan menginap beberapa hari di resort, mereka mengatakan akan sampai pukul delapan pagi. Sambutan yang cukup istimewa karena mereka masih saudara dari pak Dafa.Meski hanya memakai beberapa alat make up, tetap saja membutuhkan waktu yang cukup lama. Belum lagi harus memadupadankan baju yang sesuai untuk di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Calon Mantu?

    "Saya bisa pulang sendiri, Pak, ngapain pakek dianter segala?" tanyaku pada pak Yogi. Kesambet di mana kok bisa sebaik ini? Tapi kok ya waktunya tidak tepat."Harusnya kamu ngucapin makasih. Saya sebenarnya sibuk, tapi masih mau luangin waktu buat anter kamu pulang.""Makasih, Pak. Tapi saya bisa pulang sendiri. Bapak bisa pulang kalau memang sedang sibuk.""Ayo, cepet masuk mobil. Kasian Arya dari tadi nungguin." Tanpa mendengar ucapanku, Pak Yogi berjalan menuju mobilnya setelah mengambil tas ranselku.Akhirnya aku mengunci pintu kamar, lalu berjalan mengikuti pak Yogi. Jiwa penguasa beliau sedang on, tidak mungkin aku dibiarkan pulang sendiri kalau sudah begini. Padahal rencananya besok aku akan mengunjungi rumah beberapa teman."Mbak Linda," sapa Arya saat aku sudah masuk ke dalam mobil. Arya duduk di depan bersama bapaknya, sementara aku di belakang seperti nyonya besar. Hahaha."Hai juga ganteng, kamu mau ikut ke rumah mbak Linda?""Mau banget. Arya sama Papi boleh nginep di san

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Perjodohan

    "Bukan, Ma, beliau bosnya Linda," jelasku pada Mama."Oh, maaf kalau saya salah. Mari, silahkan masuk," ucap Mamaku. Aku memapah Mama, membantu beliau berjalan. Mamaku memakai tongkat sebagai penopang tubuhnya karena satu kaki Mama harus diamputasi saat kecelakaan bersama Ayahku dulu, kecelakaan yang merenggut nyawa cinta pertamaku."Silahkan duduk, Pak. Saya buatkan minum dulu," ucapku pada pak Yogi."Biar Mama aja yang buat minum, kamu duduk di sini aja. Kamu pasti capek habis perjalanan jauh." Mama mulai melangkahkan kakinya."Jangan, Ma, Linda aja yang buat minum. Mama duduk sini aja, temani bosnya Linda." Aku lalu berlalu menuju dapur untuk membuat minum."Mbak ngapain?" tanya Arman, adikku."Mau buat minum, kamu mau ke mana?""Mau bantuin Mama angkat jemuran," jawabnya lalu duduk di kursi. Arman memang sudah terbiasa membantu pekerjaan rumah, karena keterbatasan Mama, menjadikan Arman anak yang pengertian. Aku bersyukur, meski seorang lelaki, tapi Arman mau membantu Mama.Saat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Luka Lama

    "Budhe kira kamu perempuan baik-baik. Kerja di luar kota buat bantuin Ibumu sekolahin adek-adekmu yang tinggi, nyatanya malah jadi simpanan. Dulu Budhe udah curiga, kamu cuma lulusan SMA tapi kok bisa biayain sekolah, beliin motor sama benerin rumah. Dasar perempuan nggak bener, kamu. Malu-maluin keluarga besar," ujar Budhe Rahmi.Ya Tuhan, berikanlah hambamu ini kesabaran, agar hamba tidak menyakiti orang lain."Kenapa diem aja. Ini si Dini, anaknya bawa pulang laki-laki kok nggak ditegur, malah dibiarin aja." Budhe masih terus mengatakan hal yang tidak enak di depanku. Ingin rasanya aku menjawab ucapan beliau, tapi aku takut beliau marah dan akan melampiaskan pada mamaku jika aku tidak ada."Ada apa ini?" tanya pak Yogi yang baru keluar dari rumahku."Anda siapa? Jangan ikut campur urusan orang lain!" bentak Budheku."Saya calon suami Linda. Kenapa Ibu marah-marah, apa Linda melakukan kesalahan pada Ibu?""Calon suami? Halah, ngaku aja kalau Linda kamu jadikan simpenan. Nggak usah p

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Garis takdir

    "Nggak Ma, tadi cuma buat tenangin Budhe aja. Mana mungkin pak Yogi mau sama aku, pastinya beliau cari yang selevel," jawabku pada mama."Mama tadi juga mikir gitu. Ya udah kamu istirahat sana, besok kan harus nemenin pak Yogi ke air terjun."Aku mengangguk lalu berpamitan pada mama untuk beristirahat. Mama pasti juga capek dari tadi menemaniku.Aku merebahkan diri di pembaringan, air mata mulai menetes tanpa bisa dicegah. Padahal selama ini aku tidak pernah mengusik kehidupan mereka, tapi mengapa mereka masih saja tidak suka padaku? Selama ini aku berusaha bersikap tegar, tapi nyatanya aku rapuh kalau menyangkut keluarga.Aku merasa bersalah pada mama, karena ketidaksukaan budhe padaku, membuat mama juga dimusuhi. Aku ingin mengurangi beban pikiran mama dengan segera menikah, tapi dengan siapa?Entah pukul berapa aku tertidur. Saat terbangun aku melihat jam di dinding menunjukkan pukul dua dini hari. Tenggorokan terasa kering, aku memutuskan pergi ke dapur untuk mengambil minum karen

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Memgejutkan

    "Linda!"Mataku terbuka dengan sempurna, melihat jarum jam yang sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi. Aku bisa bernafas lega karena semua yang aku alami tadi hanyalah mimpi. Aku berjalan dengan gontai untuk membuka pintu."Tidur udah kayak kebo, dibangunin susah banget!" gerutu pak Yogi."Ya Allah, Pak, kenapa harus marah-marah. Ini di rumah orang tua saya, masak masih dimarahin juga," ucapku. Kesal sekali tiap bertemu pak Yogi pasti dimarahi."Dibangunin dari tadi susah banget, buruan bangun terus salat. Katanya mau anterin jalan-jalan."Pede bener, siapa juga yang mau anterin. Padahal rencana dari awal aku akan bermain ke rumah teman-teman, tapi gagal karena pak Yogi ikut mudik."Malah bengong. Buruan sana! Arya udah mandi dari tadi." Pak Yogi berlalu setelah mengatakan itu.Aku bergegas mandi dan melaksanakan ibadah. Maafkan hambamu ya Tuhan, gara-gara mimpi dinikahin aku jadi kesiangan.Memakai celana dan kaos oblong, aku sudah siap untuk pergi ke air terjun dholo yang ada d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Dor-dor-dor

    Maksudnya apa pak bos satu ini. "Mana ada orang kaya yang mau nikah sama orang biasa kayak saya, biasanya kalau orang biasa nikahnya sama orang biasa, orang kaya nikah sama orang kaya.""Sok tau kamu. Emang nggak boleh kalau orang kaya nikah sama orang biasa? Kamu mau melawan kuasa Tuhan?""Kenapa bawa-bawa Tuhan. Saya kan cuma bilang biasanya, kenapa Bapak marah?""Udah lah, capek ngomong sama kamu!" Pak Yogi pergi dengan amarah. Memang apa salahku? Lagian orang kaya mana yang mau nikah sama aku?Aku juga pergi dari warung setelah membayar pada pemiliknya. Lumayan, uang dua ratus ribu cuma berkurang empat puluh ribu, untung banyak aku. Hahaha."Mau main air nggak?" teriak Arman saat aku baru tiba. Mereka bertiga sudah asik bermain di bawah guyuran air terjun."Mau dong," ucapku. Aku segera meletakkan tas di sebelah tas pak Yogi dan jaket mereka bertiga."Agak deket sini. Di situ banyak cowok yang liatin kamu!" perintah pak Yogi. Beliau sudah menarik tanganku untuk mendekat padanya.A

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18

Bab terbaru

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Manis

    "Mama nggak salah kok, Mama pasti ingin yang terbaik buat aku. Makasih ya, Ma," ucapku. Mama adalah sumber bahagiaku dan aku nggak mungkin bikin mama kecewa."Mbak besok nggak usah pulang, nanti aja kalau acara lamaran. Nanti Budhe tambah marah kalau lihat mbak pulang bareng pak Yogi. Mama tutup dulu ya, mau tutup toko dulu," pamit mama."Iya, Ma. Jangan capek-capek."Mama memutuskan sambungan telepon, aku lalu berjalan ke dapur miniku untuk membuat mi instan. Aku membuka laci lalu memilih mi goreng kesukaanku. Satu mi instan, aku beri irisan sawi, telur ayam dan aku juga memasukkan dua buah cabe rawit. Pasti mantap sore-sore begini makan mi goreng pedas.Keringat dingin mengucur dari dahi, kenikmatan yang sangat luar biasa memang mi instan ini. Baru saja selesai mencuci mangkuk, pintu kamar ada yang mengetuk."Mbak Linda sibuk nggak?" tanya Irma dan Reni saat aku sudah membuka pintu."Enggak sih, kenapa?""Anterin beli baju buat besok, Lulu sama Riska juga ngikut," pinta Reni."Kenap

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Wajahku panas

    Wajah pak Yogi semakin dekat, tangannya berpegangan pada jok yang aku sandari, sementara tangan satunya berusaha meraih pintu, mungkin untuk berpegangan? Dalam kondisi seperti ini, aku memilih memejamkan mata. Semoga Tuhan mengampuni dosaku."Ngapain tutup mata?" Aku segera membuka mata dan terkejut karena tidak ada sesuatu yang terjadi seperti perkiraanku."Hmm," aku tidak tahu harus menjawab apa."Saya mau bukain pintu, emang kamu pikir saya mau ngapain?" Pak Yogi sudah membuka pintu di sampingku."Aww!" pekikku karena pak Yogi menyentil dahiku."Pikiranmu ya, berbahaya!"Wajahku rasanya sangat panas, malu sekali dan ingin segera menutup wajahku dengan bantal. Dasar pak Yogi, kenapa nggak buka pintu dari luar saja, pikiranku kan jadi ke mana-mana."Dasar perawan! Nanti kalau sudah halal, sekarang tahan dulu," ujarnya. Kenapa jadi aku yang terkesan aku yang tidak sabaran!"Siapa juga yang mikir ke sana. Saya mau turun!" Aku lalu segera turun dari mobil, bisa-bisa aku bertambah malu

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Lamaran

    Pukul sembilan kami berpamitan pada pak Bram, aku dan pak Yogi harus segera ke resort. Masih banyak laporan akhir bulan yang harus diselesaikan."Besok ada undangan nikahan, kamu pergi sama saya," ucap pak Yogi saat kami sudah sampai di resort.Aku mengangguk saja, karena memang kami mendapat undangan yang sama.Hari ini pekerjaan selesai dengan tepat waktu. Aku memilih memesan ojek online karena pak Yogi tidak bisa mengantar. Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, akhirnya ojek yang aku tunggu sampai juga."Mbak Lin, tumben pulang cepet," sapa Ruri, gadis cantik yang saat ini sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas."Iya nih, kerjaan nggak banyak. Kamu mau ke mana?" Kulihat dia sudah cantik dalam balutan gaun merah muda."Mau ada acara keluarga, bentar lagi dijemput kakak," jelasnya. Meski sudah berstatus mahasiswi, tetapi wajah Ruri tetap imut seperti anak baru gede."Mbak masuk kamar dulu ya, salam buat keluargamu," ucapku.Entah apa yang di cari oleh Ruri, anak orang

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Godaan

    "Linda pulang dulu, Tante." Aku mencium punggung tangan bu Sandra."Harusnya kamu nginep di sini aja, temenin Mama," pinta bu Sandra."Nggak bisa, Ma. Nanti kalau Yogi khilaf gimana?" ucap pak Yogi."Mama kunci pintunya. Linda di sini buat temenin Mama, bukan buat kamu," jawab bu Sandra."Tapi kan ....""Mungkin lain kali, Tante. Linda juga nggak bawa baju ganti, besok mau ada rapat pagi-pagi," jelasku.Akhirnya bu Sandra pasrah dan membiarkanku pulang di antar pak Yogi. Sekarang sudah pukul delapan, tapi jalanan masih cukup ramai."Kamu cantik," ujar pak Yogi.Yang benar saja, pak Yogi bisa mengatakan itu padaku?"Tumben?""Dipuji malah ngeledek. Nggak jadi muji aja," ucap pak Yogi yang membuatku tidak bisa menahan tawa. Lucu sekali kalau pak bos ngambek."Jangan ngambekan, nanti gantengnya luntur," ujarku."Belajar gombal dari mana? Aku kira cewek batu nggak bisa gombal." Memang ya, kalau orang nyebelin itu sampai kapanpun akan tetap begitu."Makasih. Bapak nggak usah turun, saya m

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Nggak sabar

    "Wih, nggak sabar mau cobain." Pak Yogi lalu duduk di hadapanku."Arya mau lauk apa?" tanyaku, piring milik Arya masih berisi nasi saja."Ayam sama sayur lodehnya dikit aja," jawabnya. Aku cukup heran, anak orang kaya tapi mau makan sama sayur lodeh. Aku menyerahkan piring berisi nasi dan lauk pada Arya."Ambilin punya Yogi sekalian, sambil belajar jadi istri ya," ucap bu Sandra yang lebih terdengar seperti godaan.Pak Yogi mengulurkan piring kosongnya padaku. Aku mengisinya dengan nasi. "Mau lauk apa?""Sayur lodeh sama tempe aja," jawabnya.Aku menyerahkan setelah piring sudah terisi, lalu aku mengisi piringku sendiri."Enak juga, bisa nih, tiap hari dateng ke sini buat masakin," ujar pak Yogi."Tidur sini aja Lin, daripada di kos sendiri. Di sini kamu bisa temenin Mama. Mama udah nggak balik ke singapura," ujar bu Sandra."Jangan lah, Ma, nanti Yogi khilaf. Nanti aja kalau sudah sah, dia tinggal sini," jawab pak Yogi. Kok aku deg-degan ya?"Beneran ya, Mama nggak mau tinggal di si

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Kebohongan Bu Sandra

    Kuembuskan napas secara perlahan, berharap degup jantungnya bisa lebih pelan. Andai bisa memilih, ingin rasanya aku pergi dari sini. Bayang penolakan semakin menghantui."Assalamualaikum, Tante," ucapku menyapa Bu Sandra.Beliau menatapku, lalu seulas senyum muncul di bibirnya. "Waalaikumsalam." Bu Sandra lalu meletakkan ponselnya, berdiri lalu berjalan mendekatiku. "Ih, anak cantik. Lama ya kita tidak bertemu."Bu Sandra memelukku erat, beliau menepuk-nepuk punggungku dengan pelan. Hatiku rasanya seperti dipenuhi bunga-bunga. Bu Sandra selama ini memang sebaik ini. Di usia beliau yang genap tujuh puluh tahun, beliau masih terlihat cantik dan bugar. Sangat menyukai olahraga senam, membuat beliau tampak awet muda."Iya, Tante," jawabku. Sebenarnya saat ini aku sangat tegang, tidak tahu harus mengucapkan apa.Selama hidup dengan Bu Najwa, beberapa kali aku bertemu dengan Bu Sandra. Pembawaan beliau yang tenang selalu memancarkan aura positif dalam dirinya. "Masuk yuk, katanya Yogi, kam

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Ditolak?

    Aku harus menjauhkan ponselku karena suara pak Yogi yang begitu nyaring."Saya lagi makan, Pak. Nggak mungkin kan, makan sama main hape," jelasku."Nanti cepet berangkat, jam tujuh ada tamu dari luar kota. Kamu temui mereka dulu, saya masih harus antar Arya," ucapnya."Iya, pak," jawabku."Mulai sekarang kalau mau ke mana-mana jangan lupa kabarin, belajar jadi istri yang baik.""Emmm...." Belum sempat aku mengucao sesuatu, panggilan diakhiri tanpa salam. Dasar pak bos!Aku segera menyelesaikan makanku. Beruntung tadi sudah mandi, jadi sekarang tinggal ganti baju saja.Setelah siap, aku segera keluar. Mengunci pintu kamar, lalu mengambil sepeda motor di parkiran kos."Linda," sapa seseorang di depan pintu gerbang."Mas Hasan. Ngapain di sini?" tanyaku. Ini masih pagi dan lagi ini kos khusus putri."Lagi nungguin seseorang.""Oh, gitu. Saya permisi ya, Mas," pamitku."Tunggu Lin, saya mau ngomong sebentar sama kamu," ucapnya."Maaf, Mas, saya buru-buru. Sudah ditunggu." Tanpa menoleh,

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   masa lalu

    "Lain kali kalau mas Hasan nitip apa-apa, kamu tolak aja. Mbak nggak enak sama Ibunya mas Hasan. Nanti dikiranya mbak masih deket sana anaknya," ucapku pada Reni saat kami sedang duduk berdua di teras."Aku nggak enak mau nolaknya, mbak. Pak Hasan kan dulu dosenku, nanti dikira aku mantan murid durhaka," jawabnya.Mas Hasan adalah tetangga kos ku, ibunya mempunyai usaha kos-kosan juga, tapi khusus lelaki. Mas Hasan ini berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas ternama di kota ini, dia juga seorang pengusaha muda. Awal kami bertemu saat aku bersama Reni, yang ternyata mantan mahasiswinya berbelanja di minimarket. Awalnya kami hanya berkenalan, hingga suatu ketika mas Hasan meminta nomor ponselku dari Reni. Kami sempat dekat meski tidak pacaran, waktu itu aku baru putus dari Lian, jadi aku memilih berteman saja dengan mas Hasan.Mas Hasan adalah lelaki yang baik dan lembut, dia sering membawakan makanan ke kos atau menitipkan saat ada penghuni kos yang ia temui.Suatu ketika, i

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Harus gimana?

    "Oke, aku akan pergi. Tapi kalau sampai dua bulan ini ternyata Linda tidak menikah beneran, maka aku akan kembali berjuang," ujar Yovan, ia lalu pergi dari resort tanpa pamit."Tunggu sini, saya mau ambil mobil dulu," ucap pak Yogi.Setelah menunggu sekitar lima menit, mobil pak Yogi sudah berhenti di depanku. Pintu mobil terbuka dari dalam, lalu aku masuk setelah pak Yogi memintanya."Orang kayak Yovan itu nekat, dia akan terus mengejar kalau belum bisa mendapatkan. Kalau sudah dapat, pasti cepat dibuang. Meski tidak dekat, tapi aku tau gimana sifatnya. Harusnya kamu lebih hati-hati sama dia. Bisa saja dia menghalalkan segala cara buat dapetin kamu," ujar pak Yogi sesaat setelah mobil menjauh dari resort."Iya pak, saya sudah blokir nomernya," jawabku."Katanya kamu kasih nomer kantor, kok sekarang kamu blokir nomernya?""Iya, memang yang saya kasih nomer kantor, tapi Yovan punya nomer pribadi saya. Dia bilangnya dapet dari mbak Najwa," jelasku."Nggak mungkin Najwa ngasih nomer kamu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status