Share

Demi Uang

Author: Ai Ueo
last update Last Updated: 2025-02-07 14:10:44

Perkenalkan namaku Linda Anggraini, gadis cantik berumur dua puluh tujuh tahun. Iya, memang terbilang cukup dewasa untuk wanita yang masih melajang, tapi memang belum ketemu jodoh, mau gimana lagi?

Aku baru satu tahun menjadi asisten pak Yogi, sebelumnya selama hampir enam tahun aku menjadi asisten adiknya pak Yogi, bu Najwa namanya. Wanita cantik, baik dan tersabar yang aku kenal. Setelah menikah dengan pak Dafa dan memiliki putra tampan, sekarang bu Najwa sudah pindah ke kota lain.

Sifat pak Yogi sangat berbanding terbalik dengan bu Najwa, orangnya ngeselin, angkuh dan juga kejam. Tapi anehnya itu hanya berlaku sama aku, sama pegawai yang lain beliau ini baik banget. Entahlah, apa salahku padanya.

"Udah mau pulang?" tanya Budi, petugas kebersihan di resort ini.

"Iya, kerjaan udah beres. Mau cepet pulang, udah kangen sama kasur," jawabku.

Aku memang kos di sini karena jarak rumah Mamaku dan tempat kerja lumayan jauh.

"Oke deh, ati-ati kalau gitu."

Aku memberi hormat pada Budi lalu melambaikan tangan, rasanya sudah tidak sabar untuk merebahkan tubuh lelahku di kasur.

Menuju parkiran untuk menemui motor matik kesayanganku, aku berlari agar segera sampai di sana. Matik berwarna ungu yang baru lunas dua bulan yang lalu itu sudah melambai-lambai karena kangen padaku, sedikit lebay, tapi aku suka.

"Udah mau pulang, mbak?" Pak Yono, petugas parkir itu menghampiriku untuk membantu mengeluarkan sepeda motor.

"Iya, pak. Sudah sore." Aku lalu menaiki motor kesayangan, " makasih ya pak, saya jalan dulu."

Hari ini pekerjaan sudah selesai, besok hari minggu. Harusnya aku bisa bertemu Mama, tapi apalah daya kalau pak bos sudah berucap pasti aku tidak bisa menghindar.

Lima belas menit waktu yang aku butuhkan untuk sampai di kos, tempat kos ini terdiri dari dua lantai dan terdapat sepuluh kamar dan semua sudah terisi. Sebagian besar adalah pekerja dan ada beberapa yang masih kuliah.

"Mbak Linda, baru pulang mbak?" tanya Reni, tetangga kos. Dia bekerja di sebuah bank swasta.

"Iya Ren, kamu lagi ngapain?"

Kulihat Reni sedang menempel biji-bijian pada kertas bergambar kupu-kupu, ngapain pegawai bank bikin prakarya?

"Ini lagi bantuin tugas si Fadil, mbak. Hari senin dikumpulin. Besok aku mau pulang, makanya ini aku kebut," jawab Reni.

Fadil adalah cucu dari pemilik kos, orang tuanya sudah meninggal karena kecelakaan. Usianya baru sepuluh tahun, setiap ada pekerjaan dari sekolah yang ia tidak bisa memang sering meminta bantuan penghuni kos.

"Mbak masuk dulu ya, selamat bertugas," aku melambaikan tangan tanda pamit pada Reni.

"Mbak, nggak mau bantuin dulu?" rengek Reni memelas. Aku hanya tertawa lalu masuk ke dalam kamar.

Biar tahu rasa si Reni dikerjain sama Fadil, kalau ada yang membantu maka anak itu akan bermain game.

Badan sudah segar sehabis mandi, sekarang waktunya jalan-jalan dan cari makan. Karena sudah tidak punya cicilan, sekarang aku sedikit bisa jajan di akhir bulan.

"Mau ke mana mbak?" tanya Reni saat aku baru keluar dari kamar.

"Beli makan, laper. Kamu belum selesai?" Ku dekati Reni lalu aku duduk di bangku yang ada di samping meja.

"Dikit lagi, aku nitip ya, mbak Linda mau beli makan apa?"

"Nasi goreng aja, males keluar jauh-jauh," jawabku dan Reni setuju.

Penjual nasi goreng berada di ujung gang, porsi yang lumayan banyak menjadi favorit penghuni kos. Apalagi di tanggal tua seperti ini, akan banyak yang mengantri karena harganya yang cukup terjangkau.

Aku berjalan menyusuri jalanan yang cukup ramai, beberapa kali tersenyum dan menganggukkan kepala saat berpapasan dengan para tetangga. Gerobak penjual nasi goreng sudah terlihat tapi penjualnya sudah tertutupi oleh banyaknya pembeli yang sedang mengantre

Setelah mengantre cukup panjang, akhirnya aku bisa pulang dengan membawa dua bungkus nasi goreng. Setelah memberikan satu pada Reni, aku segera membawa satu bungkus lagi untuk ku nikmati sembari menonton televisi.

Usai melaksanakan ibadah salat isya, aku segera menuju pembaringan.

*****

Waktu masih menunjukkan pukul lima tiga puluh pagi, tapi gawaiku sudah berdering beberapa kali. Kegiatan mengajiku segera kuakhiri, aku bergegas mencari gawai yang tadi malam lupa aku taruh di mana setelah lelah menscroll i*******m.

"Halo, pak, ada apa ya pak?" tanyaku pada penelepon di seberang.

"Saya mau nitip Arya," jawabnya.

"Ya ampun, Pak, ini masih terlalu pagi. Nggak bisa agak siang aja?" Pak bos yang satu ini benar-benar nyebelin.

"Saya sudah di depan, buka pagarnya." Setelah mengatakan itu, panggilan diputus begitu saja.

Aku segera membuka sedikit tirai jendela, kulihat di luar dan ternyata benar pak Yogi dan Arya berada di sana.

"Nggak bisa siangan dikit, Pak? Saya masih mau beres-beres sama cari sarapan," ucapku ketus.

"Saya ada kerjaan, Arya juga banyak tugas yang belum dikerjain. Tolong kamu bantu dia," jawabnya.

"Tapi pak...."

"Saya bayar, lima ratus ribu. Nih, uangnya sudah saya transfer." Pak Yogi menyerahkan lima lembar uang seratus ribuan padaku.

Aku masih terdiam. Uang lima ratus ribu sudah di tangan, mana mungkin aku menolak. Sebagai tulang punggung dan masih butuh uang untuk membiayai adik bungsuku yang masih kuliah, jelas aku menerima penawaran ini.

Kulihat anak lelaki yang kini berdiri di sebelah ayahnya. Kasihan, dia harus kehilangan ibu dan calon adiknya sekaligus. Segera kuraih anak lelaki berusia sepuluh tahun itu ke dalam dengan senyum ceria, nanti akan ku telepon Ibuku kalau aku belum bisa pulang karena ada pekerjaan mendadak.

Related chapters

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Terbakar

    "Kamu belum ngerjain tugas?" tanyaku pada anak pak bos."Udah semua, kemarin dibantuin tante Najwa," jawabnya dan hal itu membuatku sedikit kesal. Bukankah tadi bapaknya bilang kalau anaknya punya banyak tugas dan perlu bantuan?"Terus kamu ngapain ke sini?" Meski kesal, tapi aku tetap harus bersikap manis pada bos kecil ini karena sikapnya tidak se-menyebalkan bapaknya."Papi yang nyuruh. Padahal tadi aku mau main sama Tasya, mumpung dia lagi main ke sini sama adek Davin," jelas Arya.Kok semakin lama aku semakin emosi ya. Sepertinya ini memang disengaja oleh pak Yogi supaya aku tidak jadi pulang kampung, tapi untuk apa?"Kamu mau makan apa?" tanyaku pada Arya.Sebenarnya Arya sudah cukup sering bermain ke sini saat bapaknya ada pekerjaan mendadak, apalagi cucu dari pemilik kos ini adalah teman satu kelas Arya."Adanya apa?" Arya meletakkan tas di atas kursi tamu, "kata Papi, aku nggak boleh ngerepotin mbak Linda. Aku dikasih uang, kalau mau apa-apa pesen aja lewat online, nggak bole

    Last Updated : 2025-02-07
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Mie Instan Mahal

    "Siapa?" tanya temanku."Maaf ya, kami harus pamit. Bapaknya sudah mau jemput. Nanti kamu wa aja ya," ujarku tak enak hati. Kami baru bertemu belum ada setengah jam, tapi aku harus pergi. Memang berat kalau punya bos kejam."Iya, nanti aku wa. Ini istri aku juga udah nunggu di mobil. Kapan-kapan kita ngumpul bareng, ada beberapa teman kita juga yang tinggal di kota ini," jelasnya.Aku mengangguk lalu melambaikan tangan seraya berlalu menggandeng tangan kecil Arya.Sesampainya di depan gerbang, aku melihat mobil pak bos sudah terparkir di sana. Pagar sudah terbuka, aku lalu melajukan mobil untuk masuk ke parkiran kos. Arya segera berlari menghampiri bapaknya."Aku mau ketemu Fadil dulu, Papi tunggu di sini sama mbak Linda," pamit Arya.Pak Yogi hanya tersenyum lalu mengangguk tanda mengizinkan anaknya."Duduk," ucap pak Yogi setelah Arya sudah masuk ke rumah Fadil."Saya mau masuk dulu, pak," ucapku pada pak Yogi karena aku harus memasukkan jajanan yang tadi kubeli."Tadi pacar kamu? H

    Last Updated : 2025-02-07
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Setajam Reporter Gosip

    "Ini, makan punya Papi aja. Kamu masih kecil, nggak boleh makan mi instan banyak-banyak."Senyumku memudar setelah mendengar ucapan pak bos pada anaknya, gagal sudah mendapat lima puluh ribu lagi.Arya duduk di pangkuan bapaknya lalu menyantap mi instan buatanku dengan lahap. "Harusnya nggak pa-pa sekali-sekali makan mi, kan nggak sering juga, pak," ucapku lirih."Ini aja udah cukup. Kamu harus belajar jadi ibu yang baik, masak makanan sendiri, jangan sering-sering makan makanan instan. Kasian anakku kalau kamu keseringan kasih makanan instan," ucap pak Yogi.Lah, apa hubungannya aku makan makanan instan sama anak pak Yogi. Memang dia mau jadiin akau baby sitter Arya?"Saya mau masuk, kalau pulang tinggal pulang aja, nggak usah pamitan. Mangkuknya taruh di meja aja." Kuhentakkan kaki lalu masuk ke kamarku.Belum juga menutup pintu, langkahku sudah terhenti karena panggilan pak Yogi."Apaan lagi sih, Pak? Saya mau mandi," protesku."Ambilin minum dulu, makan kasih makan doang, minumny

    Last Updated : 2025-02-07
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Wanita Itu?

    "Kenapa diem? Kamu beneran pacaran sama Budi?" tanya pak bos lagi.Aku diam bukan karena benar, tapi karena tidak menyangka pak bos akan bertanya hal sekonyol itu."Enggak, pak," jawabku."Jujur aja deh!" "Beneran, Pak, saya nggak pacaran sama Budi. Emang kenapa sih? Bapak masuk tiba-tiba nanya hal aneh. Saya lagi makan siang, laper banget, pak," ucapku memelas, berharap beliau akan membiarkanku makan dengan tenang."Kalau enggak, ngapain Budi tadi ke sini? Keluar dari sini dia senyum-senyum sambil liat hape. Habis ngapain kalian?""Apaan sih, Pak? Budi ke sini mau nganterin makanan dari Bapak. Kalau nggak percaya, Bapak bisa tanya langsung sama Budi. Saya kasih tau ya, Pak, Budi itu udah mau nikah.""Nikah sama kamu?"Ya Tuhan.... Kenapa akhir-akhir ini pak bos jadi gampang marah sih? Kayak cewek lagi pms, dikit-dikit marah, curigaan. Beri hamba kekuatan lebih untuk menghadapi hambamu yang pemarah itu, Ya Tuhan."Enggak, Pak. Dia mau nikah sama Nia. Bapak inget Nia nggak?" tanyaku p

    Last Updated : 2025-02-07
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Tantrum

    "Lin, pokoknya saya mau nikah!"Astaga! Kesambet apa Pak Bos ini. Pagi-pagi sudah bikin heboh saja."Nikah, ya, nikah aja, Pak," jawabku dengan suara lirih.Saat ini kami hanya berdua. Aku sedang mengerjakan laporan, sementara beliau mempermainkanku. Bagaimana tidak? Tadi Pak Yogi yang memintaku segera menyelesaikan pekerjaan, tetapi sekarang malah diminta mendengarkan curhatannya. Sungguh terlalu."kalau mau nikah,menurut kamu yang harus saya pilih? Wanita muda dan cantik, apa dewasa dan keibuan?" Sebuah pertanyaan dilontarkan oleh Pak Yogi.Aku tetap fokus pada data di depan mata, meski telingaku tetap saja mendengarkan pada pertanyaan Pak Yogi. Penasaran juga orang yang ditaksir Pak Bos ini."Kalau menurut saya, yang harus Bapak pilih, ya, wanita yang bisa diterima sama Arya," jawabku. Akhirnya aku mengangkat wajah demi melihat Pak Yogi yang berdiri di samping mejaku.Arya adalah anak dari pak Yogi. Jadi, menurutku lebih adil kalau dia yang disuruh memilih. Seorang duda yang punya

    Last Updated : 2025-02-07

Latest chapter

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Wanita Itu?

    "Kenapa diem? Kamu beneran pacaran sama Budi?" tanya pak bos lagi.Aku diam bukan karena benar, tapi karena tidak menyangka pak bos akan bertanya hal sekonyol itu."Enggak, pak," jawabku."Jujur aja deh!" "Beneran, Pak, saya nggak pacaran sama Budi. Emang kenapa sih? Bapak masuk tiba-tiba nanya hal aneh. Saya lagi makan siang, laper banget, pak," ucapku memelas, berharap beliau akan membiarkanku makan dengan tenang."Kalau enggak, ngapain Budi tadi ke sini? Keluar dari sini dia senyum-senyum sambil liat hape. Habis ngapain kalian?""Apaan sih, Pak? Budi ke sini mau nganterin makanan dari Bapak. Kalau nggak percaya, Bapak bisa tanya langsung sama Budi. Saya kasih tau ya, Pak, Budi itu udah mau nikah.""Nikah sama kamu?"Ya Tuhan.... Kenapa akhir-akhir ini pak bos jadi gampang marah sih? Kayak cewek lagi pms, dikit-dikit marah, curigaan. Beri hamba kekuatan lebih untuk menghadapi hambamu yang pemarah itu, Ya Tuhan."Enggak, Pak. Dia mau nikah sama Nia. Bapak inget Nia nggak?" tanyaku p

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Setajam Reporter Gosip

    "Ini, makan punya Papi aja. Kamu masih kecil, nggak boleh makan mi instan banyak-banyak."Senyumku memudar setelah mendengar ucapan pak bos pada anaknya, gagal sudah mendapat lima puluh ribu lagi.Arya duduk di pangkuan bapaknya lalu menyantap mi instan buatanku dengan lahap. "Harusnya nggak pa-pa sekali-sekali makan mi, kan nggak sering juga, pak," ucapku lirih."Ini aja udah cukup. Kamu harus belajar jadi ibu yang baik, masak makanan sendiri, jangan sering-sering makan makanan instan. Kasian anakku kalau kamu keseringan kasih makanan instan," ucap pak Yogi.Lah, apa hubungannya aku makan makanan instan sama anak pak Yogi. Memang dia mau jadiin akau baby sitter Arya?"Saya mau masuk, kalau pulang tinggal pulang aja, nggak usah pamitan. Mangkuknya taruh di meja aja." Kuhentakkan kaki lalu masuk ke kamarku.Belum juga menutup pintu, langkahku sudah terhenti karena panggilan pak Yogi."Apaan lagi sih, Pak? Saya mau mandi," protesku."Ambilin minum dulu, makan kasih makan doang, minumny

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Mie Instan Mahal

    "Siapa?" tanya temanku."Maaf ya, kami harus pamit. Bapaknya sudah mau jemput. Nanti kamu wa aja ya," ujarku tak enak hati. Kami baru bertemu belum ada setengah jam, tapi aku harus pergi. Memang berat kalau punya bos kejam."Iya, nanti aku wa. Ini istri aku juga udah nunggu di mobil. Kapan-kapan kita ngumpul bareng, ada beberapa teman kita juga yang tinggal di kota ini," jelasnya.Aku mengangguk lalu melambaikan tangan seraya berlalu menggandeng tangan kecil Arya.Sesampainya di depan gerbang, aku melihat mobil pak bos sudah terparkir di sana. Pagar sudah terbuka, aku lalu melajukan mobil untuk masuk ke parkiran kos. Arya segera berlari menghampiri bapaknya."Aku mau ketemu Fadil dulu, Papi tunggu di sini sama mbak Linda," pamit Arya.Pak Yogi hanya tersenyum lalu mengangguk tanda mengizinkan anaknya."Duduk," ucap pak Yogi setelah Arya sudah masuk ke rumah Fadil."Saya mau masuk dulu, pak," ucapku pada pak Yogi karena aku harus memasukkan jajanan yang tadi kubeli."Tadi pacar kamu? H

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Terbakar

    "Kamu belum ngerjain tugas?" tanyaku pada anak pak bos."Udah semua, kemarin dibantuin tante Najwa," jawabnya dan hal itu membuatku sedikit kesal. Bukankah tadi bapaknya bilang kalau anaknya punya banyak tugas dan perlu bantuan?"Terus kamu ngapain ke sini?" Meski kesal, tapi aku tetap harus bersikap manis pada bos kecil ini karena sikapnya tidak se-menyebalkan bapaknya."Papi yang nyuruh. Padahal tadi aku mau main sama Tasya, mumpung dia lagi main ke sini sama adek Davin," jelas Arya.Kok semakin lama aku semakin emosi ya. Sepertinya ini memang disengaja oleh pak Yogi supaya aku tidak jadi pulang kampung, tapi untuk apa?"Kamu mau makan apa?" tanyaku pada Arya.Sebenarnya Arya sudah cukup sering bermain ke sini saat bapaknya ada pekerjaan mendadak, apalagi cucu dari pemilik kos ini adalah teman satu kelas Arya."Adanya apa?" Arya meletakkan tas di atas kursi tamu, "kata Papi, aku nggak boleh ngerepotin mbak Linda. Aku dikasih uang, kalau mau apa-apa pesen aja lewat online, nggak bole

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Demi Uang

    Perkenalkan namaku Linda Anggraini, gadis cantik berumur dua puluh tujuh tahun. Iya, memang terbilang cukup dewasa untuk wanita yang masih melajang, tapi memang belum ketemu jodoh, mau gimana lagi?Aku baru satu tahun menjadi asisten pak Yogi, sebelumnya selama hampir enam tahun aku menjadi asisten adiknya pak Yogi, bu Najwa namanya. Wanita cantik, baik dan tersabar yang aku kenal. Setelah menikah dengan pak Dafa dan memiliki putra tampan, sekarang bu Najwa sudah pindah ke kota lain.Sifat pak Yogi sangat berbanding terbalik dengan bu Najwa, orangnya ngeselin, angkuh dan juga kejam. Tapi anehnya itu hanya berlaku sama aku, sama pegawai yang lain beliau ini baik banget. Entahlah, apa salahku padanya."Udah mau pulang?" tanya Budi, petugas kebersihan di resort ini."Iya, kerjaan udah beres. Mau cepet pulang, udah kangen sama kasur," jawabku.Aku memang kos di sini karena jarak rumah Mamaku dan tempat kerja lumayan jauh."Oke deh, ati-ati kalau gitu." Aku memberi hormat pada Budi lalu m

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Tantrum

    "Lin, pokoknya saya mau nikah!"Astaga! Kesambet apa Pak Bos ini. Pagi-pagi sudah bikin heboh saja."Nikah, ya, nikah aja, Pak," jawabku dengan suara lirih.Saat ini kami hanya berdua. Aku sedang mengerjakan laporan, sementara beliau mempermainkanku. Bagaimana tidak? Tadi Pak Yogi yang memintaku segera menyelesaikan pekerjaan, tetapi sekarang malah diminta mendengarkan curhatannya. Sungguh terlalu."kalau mau nikah,menurut kamu yang harus saya pilih? Wanita muda dan cantik, apa dewasa dan keibuan?" Sebuah pertanyaan dilontarkan oleh Pak Yogi.Aku tetap fokus pada data di depan mata, meski telingaku tetap saja mendengarkan pada pertanyaan Pak Yogi. Penasaran juga orang yang ditaksir Pak Bos ini."Kalau menurut saya, yang harus Bapak pilih, ya, wanita yang bisa diterima sama Arya," jawabku. Akhirnya aku mengangkat wajah demi melihat Pak Yogi yang berdiri di samping mejaku.Arya adalah anak dari pak Yogi. Jadi, menurutku lebih adil kalau dia yang disuruh memilih. Seorang duda yang punya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status