Share

Bab 0013

Author: Farid-ha
last update Last Updated: 2024-03-19 10:32:31

“Alhamdulillah, barangnya sudah habis. Rezekimu bagus, De. Tidak butuh waktu lama langsung laku.” Mbak Mayang menepuk pundakku yang sedang menatap truk pengangkut barang milikku pergi meninggalkan rumah Mbak Mayang.

“Terima kasih banyak, ya, Mbak. Semua ini berkat jasa Mbak Mayang, barang langsung terjual. Sungguh, aku tidak menyangka akan secepat ini. Tadinya aku pikir butuh waktu berhari-hari untuk mencari pembeli.” Aku memeluk Mbak Mayang erat.

“Itu semua pertolongan dari Allah. Mbak mah apa atuh kalau Allah tidak menggerakkan hati orang tersebut, tidak mungkin orang tadi itu menanggapi postingan Mbak di media sosial.” Mbak Mayang melerai pelukannya.

“Ini komisi buatmu, Mbak,” ucapku setelah kembali ke ruang tamu milik Mbak Mayang. Aku mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dalam gepokan, hasil penjualan barang-barangku.

“Kamu nggak perlu repot ngasih komisi ke kami. Pake saja semua untuk kebutuhanmu dan Bulik Sumi,” ucap Mbak Mayang, menolak uang bonus pemberian ku.

“Terima kasih banyak, ya, Mbak.” Mataku berkaca-kaca.

Aku menangis karena haru dan syukur. Di tengah gempuran kemelut rumah tanggaku serta kesehatan ibu yang tidak baik-baik saja Mbak Mayang ada, memberikan pundak dan dukungan penuh untukku.

Mbak Mayang tidak pernah setengah-setengah dalam memberikan bantuannya kepadaku. Ia pun tak segan memasang iklan di media sosial miliknya, mengiklankan barang-barangku. Tidak butuh waktu lama barang tersebut pun laku.

Obrolan kami harus terjeda karena dering handphone dari dalam tasku.

Aku menghela napas panjang setelah mengetahui siapa pemanggilnya.

“Siapa?” Mbak Mayang menangkap gelagatku.

“Tama. Pasti dia akan marah karena barang di rumahnya sudah aku angkut semuanya. Pasti, ibunya sudah mengadu, meminta Tama untuk memarahi aku.” Bisa dipastikan tebakanku benar.

Karena enggan mengangkat telepon, kubiarkan panggilan itu senyap hingga layar handphoneku menghitam.

Aku sudah bersiap untuk pulang. Mbak Mayang pun sudah duduk di depan kemudi, siap mengantarkan aku pulang. Tapi, lagi-lagi handphone dalam tasku kembali berisik, minta diangkat. Kali ini aku mengangkatnya. Mengabaikan telepon Tama, berarti aku lari dari masalah. Bukan solusi terbaik.

“Assalamualaikum. Ada, Mas?” Aku berusaha melembutkan suara, seolah tak ada apa-apa.

“Apa yang telah kamu lakukan pada kakakku, Amira?” Suara Tama meninggi. Tebakanku tepat, dia pasti marah-marah. Entah apa yang disampaikan kakaknya?

“Oh, kakakmu sudah membuat laporan? Memangnya dia bilang apa?” Aku menjawab dengan tenang.

“Tega kamu memfitnah kakakku hingga dia menangis histeris?” Suara Tama semakin tinggi.

Aku tersenyum kecut setelah menghembuskan napas kasar. Tama selalu begitu, percaya dengan semua omongan Kakaknya. Dan aku yakin Santi itu telah mengarang cerita, tentunya memojokkan aku.

“Fitnah. Fitnah yang mana? Oh aku tahu, kakakmu tercinta pasti sudah pengarang cerita tentang video yang aku tunjukkan tadi, ya? Aku tak memfitnah. Tapi, itu kenyataan.”

“Video? Video apa lagi, Amira? Aku tak mengerti. Katakan video apa yang kamu maksud?” Tama terus mendesak.

“Jangan terus mendesakku kalau kamu tidak mau malu sendiri, Mas. Aku peringatkan, kamu boleh saja membela keluargamu dengan mati-matian. Tapi, pastikan keluargamu berada di jalur yang benar. Jangan sampai kebalikannya. Membela mereka hingga titik darah penghabisan, tapi ternyata salah besar. Sebaiknya mulai sekarang jangan menelan mentah-mentah apa kata keluargamu. kamu itu tidak seharusnya selalu ikut-ikutan membenarkan apa kata mereka, Mas.”

“Aku semakin tak mengerti dengan semua ocehan kamu, Amira. Kamu harus tahu, aku lebih percaya dengan ucapan kakakku. Jangan berani macam-macam kamu sama Mbak Santi. Mencari masalah dengannya, berarti bakal berurusan denganku meskipun itu kamu, istriku sendiri.”

Segitu cinta Tama dia pada keluarganya. Namun, cinta membabi buta itu hanya berlaku untuk ibu, kakak serta adik perempuannya. Tidak dengan istrinya, aku. Sebak dada ini bila mengingat semua masa lalu.

“Aku tidak tahu cerita apa yang telah disampaikan kakakmu. Tapi, satu hal yang harus kamu tahu, Mas, tidak semua cerita kakakmu itu benar. Aku harap sebagai laki-laki satu-satunya di keluarga itu, kamu bisa mendidik mereka. Ajarkan pada mereka untuk jujur, dan jangan suka memutarbalikkan fakta yang ….” Belum sempat aku meneruskan ucapan, Tama sudah menyerobot duluan.

“Kamu menuduh keluarga aku berbohong? Terus kamu pikir aku percaya sama omongan kamu? Kamu itu yang pembohong, Amira? Sekali lagi aku tegaskan, aku lebih percaya mbakku. Sepertinya benar kata ibuku, kamu itu dari dulu jahat sama keluargaku!” Suara Tama memburu, dia tidak terima keluarganya dijelekkan.

“Kamu nggak percaya sama aku? Bodo amat, Mas. Nggak ngaruh. Toh, saat ini kepercayaanmu juga tidak penting lagi bagiku. Oh, ya, aku nggak suka sama keluarga kamu? Nggak kebalik, tah? Mati-matian aku berusaha mengambil hati ibumu, tapi dia selalu begitu. Kalau aku jahat sama keluargamu, mana mungkin mau ngasih uang ibumu setiap bulannya? Kalau aku jahat sama orang keluargamu, apa mungkin setiap bulan mau ngasih uang SPP untuk Arin? Coba pikir pake akal sehat dan hati nuranimu, Mas! Nanti kamu akan tahu jawabannya.

Sekali lagi aku ingatkan. Jangan terlalu membela keluargamu mati-matian, sebelum mengetahui kebenarannya. Takutnya, kamu akan malu sendiri kalau tahu fakta yang sesungguhnya.” Aku memejamkan mata sejenak, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya guna mengurai sesaknya dada.

Selama ini dengan senang hati aku membantu keluarganya, mati-matian mengambil hati ibunya yang dari awal tidak menyukai aku. Aku pikir dengan memberikan uang jajan setiap bulan itu mampu membuka hati Bu Mumun sehingga bisa menerima aku dengan tangan terbuka. Tapi, ternyata itu hanya khayalan aku semata. Buktinya, ibunya Tama hanya senang menerima uangku saja, tapi tidak dengan diriku. Di belakang mungkin dia mengunjingku.

Related chapters

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0014

    “Pertanyaan kedua, kenapa kamu mengambil seluruh barang-barang di rumah? Bahkan TV di di rumah ibuku pun kamu ambil tanpa perasaan. Aku benar-benar tidak mengenali kamu lagi, Amira.” Tama kembali meninggikan suaranya.“Karena aku butuh uang.” Jawabanku singkat, padat.“Kalau memang butuh uang itu ke

    Last Updated : 2024-03-19
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0015

    Jam tujuh malam, aku membawa ibu ke meja makan. Sebelum pulang, aku tadi sengaja mampir membeli beberapa lauk untuk makan malam. “Kamu kenapa, Mbak?” tanyaku saat melihat gelagat aneh Lilik. Di meja makan ia menutup mulut seperti hendak muntah saat aku membuka tutup penanak nasi. “Bau nasinya biki

    Last Updated : 2024-03-21
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0016

    Lilik tidak berani mengangkat kepala.“Terbuat dari apa hatimu sehingga bisa selingkuh di belakang anakku? Di sana dia berjuang mengumpulkan uang untuk membahagiakan kamu, tapindi sini kamu asyik goyang di ranjang dengan laki-laki lain! Astaghfirullah … apa dosa anakku sampai diselingkuhi seperti ini, ya, Allah? Ibu histeris.Tangisan ibu menyayat hati. Siapa pun pasti akan ikut menangis melihat beliau seperti ini. Tak terkecuali aku. Air mataku mengalir deras, pertahananku jebol.“Maafkan Lilik, Bu.” Lilik bersimpuh di depan ibu. Ia berusaha menggapai tangan mertuanya, tapi segera ditepis oleh perempuan yang telah melahirkan aku itu.Ibu sesenggukan. Lilik pun ikut menangis. Entah apa yang ia tangisi? “Katakan siapa laki-laki yang telah mengguncang ranjangmu?” Ibu kembali bersuara setelah sekian menit menangis, isakan masih ada.“Apa kamu lupa siapa dirimu, Lik? Anak yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya. Diangkat derajatnya oleh anakku. Dulu, hidup dalam kekurangan. Kini dibuat

    Last Updated : 2024-03-21
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0017

    Dengan senyum menyeringai, Lilik mengelus perutnya.Dadaku gemuruh kian riuh. Tangan ini mengepal dengan sempurna. Tatapanku menghujam. Meskipun aku sudah tahu, tapi tetap sakit hati ini mendengarkannya. Air mata yang tadi sudah surut kini kembali menetes, tapi buru-buru kususut. Aku tak mau terlihat lemah di depannya.“Apa? Jadi kamu selingkuh dengan iparmu sendiri, Lik?” Jari telunjuk ibu mengarah tepat ke arah wajah Lilik.“Iya, ini anaknya Tama, Bu. Kami saling mencintai. Anak-anakmu tidak bisa memuaskan kami. Jadi, wajar kalau akhirnya kami bermain di belakang mereka."“Pergi dari sini, pergi!” Jari telunjuk ibu mengacung ke arah pintu.Detik berikutnya tubuh ia roboh. Aku memekik histeris. Pasti, tensi beliau kembali tinggi.“Jangan bengong aja, bantu aku mengangkat ibuku, Lik!” Terbuat dari apa hatinya sehingga tidak bergerak sedikitpun untuk membantu ibuku Susah payah aku payah aku mengangkat ibu yang cukup berat. Tapi, sia-sia. Karena nyatanya bobot tubuh ibu lebih besar dar

    Last Updated : 2024-03-21
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0018

    POV TamaApa sih maunya perempuan itu? Kenapa semua barang di rumah ia angkut semuanya? Kepala ini benar-benar pusing memikirkan sikap Amira yang mendadak berubah akhir-akhir ini. Tidak ada lagi istriku yang penurut. “Tam, jujur sama Ibu, sebenarnya ada masalah apa dengan rumah tangga kalian? Kenap

    Last Updated : 2024-03-22
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0019

    Aku terdiam, teringat kata-kata Amira kemarin. “Ibumu menerima aku karena uangku.”“Tapi, saat ini Amira sudah tidak bekerja, Bu. Dia mau konsentrasi mengurus ibunya. Apa ibu masih ingin mempertahankannya?” Aku menyampaikan kebenaran. “Amira itu sangat mencintai kamu. Berikan kesempatan padanya unt

    Last Updated : 2024-03-22
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0020

    “Bagaimana kondisi ibu saat ini, De?” tanya Kak Fikri di seberang sana. Aku menatap ke arah ibunya yang sedang tertidur. Lalu, melangkah ke luar ruangan agar bisa leluasa berbicara dengan abangku. Saudaraku satu-satunya itu saat ini sedang dalam perjalanan pulang menuju Indonesia. Begitu mendengar

    Last Updated : 2024-03-25
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0021

    Enak sekali kalau ngomong. Ingin rasa rasa aku mendebatnya saat ini juga, tapi percuma. Urusannya akan panjang dan lama. Aku tidak mau itu terjadi.“Saya pikirkan nanti, Bu.” Aku pamit, hendak meraih punggung tangannya.“Ibu ingin mendengar jawabanmu sekarang biar tenang.” Bu Mumun masih menahan tan

    Last Updated : 2024-03-25

Latest chapter

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0173

    “Ini tempatnya, Mbak?” Tama menatap perempuan yang merupakan tetangga kontrakan Lilik tersebut dengan kening mengkerut. “Iya, ini, Mas. Beberapa hari yang lalu juga ada yang mencari Mbak Lilik. Perempuan. Bahkan dia menitipkan sesuatu untuk Zidane.” Tama terdiam, tapi otaknya berpikir menerka-nerk

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0172

    Amira terdiam, menunggu jawaban Tama. Sebenarnya dia sendiri ragu, tidak yakin dengan idenya ini. Tapi, Amira merasa perlu melakukan itu demi kebaikan Zidane. [Jangan memintaku yang tidak-tidak, Mir! Mustahil aku kembali dengan Lilik. Itu tidak mungkin terjadi.] Tama mengirimkan pesan balasan pada

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0171

    “Lilik?” Samar, Amira memanggil wanita yang sedang menuntun bocah cilik sambil menenteng tas yang terlihat berisi dagangan. “Pak tolong berhenti sebentar.” Amira meminta kepada sopir taksi. “Tapi argonya tetap jalan, ya, Mbak.” Sopir mengingatkan. “Nggak masalah, Pak. Nanti saya lebihkan untuk

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0170

    “Kapan acara lamarannya, De?” tanya Fikri di negeri seberang sana. Amira baru saja menceritakan niat baik Reza yang ingin melamarnya kepada Fikri. “Rencananya empat hari lagi, Bang. Abang sekarang sudah merestui ‘kan?” tanya Amira yang belum begitu yakin sepenuhnya terhadap restu Fikri. “Insya

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0169

    “Terima kasih banyak, ya, Mas. Maaf nggak bisa menyuruh mampir. Ini susah sangat malam.” Amira menghampiri pria yang berada di balik kemudi bulat setelah memarkirkan motornya di depan rumah. “Memang seharusnya aku tidak mampir, De. Kalau mampir nanti bahaya,” kelakar laki-laki di balik kemudi yang

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0168

    “Mau sampai kapan kamu diam di situ, Lilik? Mau sampai kapan kamu membiarkan Zidane mengacak-acak permainannya? Cepat bereskan rumah ini! Aku muak melihat kamu yang seperti ini terus! Sudah berapa kali aku bilang? Jangan biarkan anakmu mengacak-acak ruang tamu atau ruang tengah dengan permainannya i

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0167

    [Bi, tolong sampaikan ke Ibu, aku tidak bisa pulang sore ini. Mungkin, nanti malam baru pulang. Aira meninggal dunia, Bi. Aku bantu-bantu sekalian di sini.] Amira mengirimkan pesan pada Bi Marmi, bibinya. Amira baru sempat memberi tahu keluarganya. Derap langkah kaki yang memasuki ruang tamu membu

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0166

    “Mas Tama, Mbak.” Amira menyodorkan ke handphone Santi yang baru kembali dari kamar ibunya. “Mungkin mau bicara sama kamu, Mir.” Santi kembali menjatuhkan bobot tubuhnya di samping Amira. “Nggak, dia sengaja menelpon Mbak Santi, kok.” Tama sengaja menghubungi Santi melalui Amira, sebab handphon

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0165

    Di depan pintu Santi menyambut Amira dengan penuh kesedihan. Sesuai permintaan Tama, Amira akhirnya pergi ke rumah Mumun. Memastikan bahwa keluarga mereka baik-baik saja. Tama sengaja mengutus Amira sebab nomor handphone Santi tidak bisa dihubungi. “Apa kabar, Mbak?” Amira mengulurkan tangan ke ar

DMCA.com Protection Status