Share

Bab 0012

Author: Farid-ha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“Wong edan! Kembalikan televisiku!” Suara Bu Mumun melengking.

“Suruh Mas Tama beliin sendiri, Bu. Jangan mengambil barang milik orang lain. Itu TV aku beli menggunakan uangku sendiri. Maaf, TVnya aku ambil karena sedang butuh.” Aku tak memberikan kesempatan perempuan itu untuk membantah.

“Ada ini, Bu? Kenapa ada orang membawa TV dari arah rumah ini?” Kakak iparku secara tiba-tiba, seperti jelangkung.

Tapi aku tak menghiraukannya. Kaki ini terus melangkah meninggalkan rumah mertua menuju mobil, tempat barang-barangku di simpan.

“Amira, balikin tv ibuku!” Suara Santi terdengar jelas di belakangku. Aku terus melangkah tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.

“Jangan gila kamu. Itu barang milik ibu kenapa kamu ambil? Mau menjadi maling kamu?” Kerudungku ditarik Santi dari

belakang.

“Lepaskan!” Aku berusaha melepaskan diri, tapi sia-sia. Cengkeramannya terlalu kuat hingga aku tidak bisa memberontak begitu saja.

“Apa gunanya kamu pake kerudung kalau suka mencuri barang milik orang lain?” Tarikan Santi semakin kuat. Aku meringis karena kena rambut.

“Tarik yang kuat, Santi! Biar tahu rasa! Jadi menantu kok tidak ada sopan santunnya. Mengambil barang milik mertua tanpa izin. Menyesal aku menjadikan kamu menantu! Pantas saja tidak punya anak. Mandul, kelakuannya aja seperti itu!” Dari arah belakang Bu Mumun mengumpat.

Ada yang nyari di dalam sini saat dibilang mandul. Padahal kata dokter, aku ini tidak ada masalah. Belum dikasih kepercayaan saja sama Allah. Tapi aku bersyukur, dengan tidak adanya anak di antara kami memudahkan aku untuk melepaskan diri dari Tama dan keluarganya yang Naudzubillah.

“Rasakan ini! Sebentar lagi kamu pasti akan diceraikan oleh adikku.” Santi mengencangkan tarikan kerudungku. Aku meringis, menahan sakit di kepala. Terlihat orang-orang berdatangan karena melihat keributan di depan rumah tetangga.

Ada dua rumah yang kami lewati ketika akan kembali ke kediaman Tama. Aku bersitegang di depan rumah yang kami lalu itu.

“Lepaskan!” Mbak Mayang membantuku melepaskan diri dari Santi.

“Amira itu tidak salah!” lanjutnya dengan suara tinggi.

Detik berikutnya, Mbak Mayang berhasil melepaskan kerudungku dari cengkraman Santi.

“Mana ada maling tidak salah? Bela terus saudaramu yang gila itu!” Santi menatap tajam ke arahku. Aku mengelus kepala yang terasa sakit.

“Maling teriak maling! Kalian yang maling itu! Itu TV aku beli menggunakan uangku sendiri. Bukan uangnya Mas Tama. Lalu, kalian main ambil seenaknya sendiri. Aku sedang butuh uang. Jadi, jangan coba-coba menghalangi aku mengambil milikku!” Kutatap dua orang perempuan yang merupakan keluarga Tama.

“Pembohong. Itu Tama yang membeli, bukan kamu! Dasar wong edan!” Bu Mumun tidak terima.

Aku tersenyum miring, mata ini menatap ke sekeliling. Para tetangga menjadikan kami bahan tontonan.

“Mas Tama itu hanya mampu memberikan nafkah satu juta dalam satu bulan. Karena uangnya habis untuk setoran motor sportnya dan juga bekalnya sendiri. Padahal, kebutuhan rumah tangga itu meskipun hanya berdua, lebih dari satu juta. Aku terpaksa nombok tiap bulannya. Aku ikhlas, tidak ingin mengungkit ini sebenarnya. Tapi, karena ibu mengaku-ngaku, aku harus meluruskan ini. Sekarang aku tanya, bagaimana ceritanya uang satu juta itu bisa dipake untuk beli tv yang harga berjuta-juta?”

Sebenarnya aku tidak ingin membeberkan ini di depan semua orang. Karena sebenarnya sebuah kekurangan suami yang tidak pantas untuk diumbar-umbar. Sebagai seorang istri, seharusnya aku menutup ini dari orang-orang. Tapi, ibunya Tama yang membuat terpaksa membeberkan semuanya.

“Awas kamu Amira! Akan aku adukan pada Tama. Biar kamu diceraikan sekalian!” Santi mengancam.

“Silakan. Siapa takut.” Aku menantangnya. Justru itu yang sangat aku harapkan. Aku melanjutkan langkah menuju rumah Tama.

“Itu apa, Santi?” Bu Mumun terdengar heboh. Jari telunjuknya mengarah pada mobil truk yang saat ini sudah terisi dengan barang-barangku tadi.

“Itu barang-barangku. Maaf, aku ambil. Mau dijual. Sedang butuh uang banyak.” Aku tersenyum seraya masuk ke dalam mobil Mbak Mayang, setelah memberikan instruksi kepada pak Rohan untuk segera jalan.

“Gila kamu, Amira! Kembalikan barang-barang itu atau aku laporkan ke kantor polisi.” Santi menggedor-gedor pintu mobil Mbak Mayang. Aku membuka kaca mobil hingga setengah.

“Silakan kalau berani. Mungkin, kamu yang justru mendekam di balik jeruji besi dengan tuduhan pencemaran nama baik. Aku punya bukti-bukti kalau itu barang murni dibeli menggunakan uangku sendiri. Jangan macam-macam kalau tidak mau mempermalukan diri sendiri. Aku tunggu surat cerai dari adikmu. Satu lagi, jaga sikapmu padaku kalau tidak mau rahasia busukmu diketahui oleh orang lain sejagat Maya.”

Aku tersenyum puas melihat ekspresi Santi yang tampak menegang seketika. Mukanya memerah. Entah marah atau malu?
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Hasanah
mantap Amira,jadi perempuan yg strong dan tegas
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0013

    “Alhamdulillah, barangnya sudah habis. Rezekimu bagus, De. Tidak butuh waktu lama langsung laku.” Mbak Mayang menepuk pundakku yang sedang menatap truk pengangkut barang milikku pergi meninggalkan rumah Mbak Mayang.“Terima kasih banyak, ya, Mbak. Semua ini berkat jasa Mbak Mayang, barang langsung t

    Last Updated : 2024-10-29
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0014

    “Pertanyaan kedua, kenapa kamu mengambil seluruh barang-barang di rumah? Bahkan TV di di rumah ibuku pun kamu ambil tanpa perasaan. Aku benar-benar tidak mengenali kamu lagi, Amira.” Tama kembali meninggikan suaranya.“Karena aku butuh uang.” Jawabanku singkat, padat.“Kalau memang butuh uang itu ke

    Last Updated : 2024-10-29
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0015

    Jam tujuh malam, aku membawa ibu ke meja makan. Sebelum pulang, aku tadi sengaja mampir membeli beberapa lauk untuk makan malam. “Kamu kenapa, Mbak?” tanyaku saat melihat gelagat aneh Lilik. Di meja makan ia menutup mulut seperti hendak muntah saat aku membuka tutup penanak nasi. “Bau nasinya biki

    Last Updated : 2024-10-29
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0016

    Lilik tidak berani mengangkat kepala.“Terbuat dari apa hatimu sehingga bisa selingkuh di belakang anakku? Di sana dia berjuang mengumpulkan uang untuk membahagiakan kamu, tapindi sini kamu asyik goyang di ranjang dengan laki-laki lain! Astaghfirullah … apa dosa anakku sampai diselingkuhi seperti ini, ya, Allah? Ibu histeris.Tangisan ibu menyayat hati. Siapa pun pasti akan ikut menangis melihat beliau seperti ini. Tak terkecuali aku. Air mataku mengalir deras, pertahananku jebol.“Maafkan Lilik, Bu.” Lilik bersimpuh di depan ibu. Ia berusaha menggapai tangan mertuanya, tapi segera ditepis oleh perempuan yang telah melahirkan aku itu.Ibu sesenggukan. Lilik pun ikut menangis. Entah apa yang ia tangisi? “Katakan siapa laki-laki yang telah mengguncang ranjangmu?” Ibu kembali bersuara setelah sekian menit menangis, isakan masih ada.“Apa kamu lupa siapa dirimu, Lik? Anak yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya. Diangkat derajatnya oleh anakku. Dulu, hidup dalam kekurangan. Kini dibuat

    Last Updated : 2024-10-29
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0017

    Dengan senyum menyeringai, Lilik mengelus perutnya.Dadaku gemuruh kian riuh. Tangan ini mengepal dengan sempurna. Tatapanku menghujam. Meskipun aku sudah tahu, tapi tetap sakit hati ini mendengarkannya. Air mata yang tadi sudah surut kini kembali menetes, tapi buru-buru kususut. Aku tak mau terlihat lemah di depannya.“Apa? Jadi kamu selingkuh dengan iparmu sendiri, Lik?” Jari telunjuk ibu mengarah tepat ke arah wajah Lilik.“Iya, ini anaknya Tama, Bu. Kami saling mencintai. Anak-anakmu tidak bisa memuaskan kami. Jadi, wajar kalau akhirnya kami bermain di belakang mereka."“Pergi dari sini, pergi!” Jari telunjuk ibu mengacung ke arah pintu.Detik berikutnya tubuh ia roboh. Aku memekik histeris. Pasti, tensi beliau kembali tinggi.“Jangan bengong aja, bantu aku mengangkat ibuku, Lik!” Terbuat dari apa hatinya sehingga tidak bergerak sedikitpun untuk membantu ibuku Susah payah aku payah aku mengangkat ibu yang cukup berat. Tapi, sia-sia. Karena nyatanya bobot tubuh ibu lebih besar dar

    Last Updated : 2024-10-29
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0018

    POV TamaApa sih maunya perempuan itu? Kenapa semua barang di rumah ia angkut semuanya? Kepala ini benar-benar pusing memikirkan sikap Amira yang mendadak berubah akhir-akhir ini. Tidak ada lagi istriku yang penurut. “Tam, jujur sama Ibu, sebenarnya ada masalah apa dengan rumah tangga kalian? Kenap

    Last Updated : 2024-10-29
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0019

    Aku terdiam, teringat kata-kata Amira kemarin. “Ibumu menerima aku karena uangku.”“Tapi, saat ini Amira sudah tidak bekerja, Bu. Dia mau konsentrasi mengurus ibunya. Apa ibu masih ingin mempertahankannya?” Aku menyampaikan kebenaran. “Amira itu sangat mencintai kamu. Berikan kesempatan padanya unt

    Last Updated : 2024-10-29
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0020

    “Bagaimana kondisi ibu saat ini, De?” tanya Kak Fikri di seberang sana. Aku menatap ke arah ibunya yang sedang tertidur. Lalu, melangkah ke luar ruangan agar bisa leluasa berbicara dengan abangku. Saudaraku satu-satunya itu saat ini sedang dalam perjalanan pulang menuju Indonesia. Begitu mendengar

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0173

    “Ini tempatnya, Mbak?” Tama menatap perempuan yang merupakan tetangga kontrakan Lilik tersebut dengan kening mengkerut. “Iya, ini, Mas. Beberapa hari yang lalu juga ada yang mencari Mbak Lilik. Perempuan. Bahkan dia menitipkan sesuatu untuk Zidane.” Tama terdiam, tapi otaknya berpikir menerka-nerk

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0172

    Amira terdiam, menunggu jawaban Tama. Sebenarnya dia sendiri ragu, tidak yakin dengan idenya ini. Tapi, Amira merasa perlu melakukan itu demi kebaikan Zidane. [Jangan memintaku yang tidak-tidak, Mir! Mustahil aku kembali dengan Lilik. Itu tidak mungkin terjadi.] Tama mengirimkan pesan balasan pada

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0171

    “Lilik?” Samar, Amira memanggil wanita yang sedang menuntun bocah cilik sambil menenteng tas yang terlihat berisi dagangan. “Pak tolong berhenti sebentar.” Amira meminta kepada sopir taksi. “Tapi argonya tetap jalan, ya, Mbak.” Sopir mengingatkan. “Nggak masalah, Pak. Nanti saya lebihkan untuk

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0170

    “Kapan acara lamarannya, De?” tanya Fikri di negeri seberang sana. Amira baru saja menceritakan niat baik Reza yang ingin melamarnya kepada Fikri. “Rencananya empat hari lagi, Bang. Abang sekarang sudah merestui ‘kan?” tanya Amira yang belum begitu yakin sepenuhnya terhadap restu Fikri. “Insya

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0169

    “Terima kasih banyak, ya, Mas. Maaf nggak bisa menyuruh mampir. Ini susah sangat malam.” Amira menghampiri pria yang berada di balik kemudi bulat setelah memarkirkan motornya di depan rumah. “Memang seharusnya aku tidak mampir, De. Kalau mampir nanti bahaya,” kelakar laki-laki di balik kemudi yang

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0168

    “Mau sampai kapan kamu diam di situ, Lilik? Mau sampai kapan kamu membiarkan Zidane mengacak-acak permainannya? Cepat bereskan rumah ini! Aku muak melihat kamu yang seperti ini terus! Sudah berapa kali aku bilang? Jangan biarkan anakmu mengacak-acak ruang tamu atau ruang tengah dengan permainannya i

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0167

    [Bi, tolong sampaikan ke Ibu, aku tidak bisa pulang sore ini. Mungkin, nanti malam baru pulang. Aira meninggal dunia, Bi. Aku bantu-bantu sekalian di sini.] Amira mengirimkan pesan pada Bi Marmi, bibinya. Amira baru sempat memberi tahu keluarganya. Derap langkah kaki yang memasuki ruang tamu membu

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0166

    “Mas Tama, Mbak.” Amira menyodorkan ke handphone Santi yang baru kembali dari kamar ibunya. “Mungkin mau bicara sama kamu, Mir.” Santi kembali menjatuhkan bobot tubuhnya di samping Amira. “Nggak, dia sengaja menelpon Mbak Santi, kok.” Tama sengaja menghubungi Santi melalui Amira, sebab handphon

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0165

    Di depan pintu Santi menyambut Amira dengan penuh kesedihan. Sesuai permintaan Tama, Amira akhirnya pergi ke rumah Mumun. Memastikan bahwa keluarga mereka baik-baik saja. Tama sengaja mengutus Amira sebab nomor handphone Santi tidak bisa dihubungi. “Apa kabar, Mbak?” Amira mengulurkan tangan ke ar

DMCA.com Protection Status