Aku terdiam, teringat kata-kata Amira kemarin. “Ibumu menerima aku karena uangku.”“Tapi, saat ini Amira sudah tidak bekerja, Bu. Dia mau konsentrasi mengurus ibunya. Apa ibu masih ingin mempertahankannya?” Aku menyampaikan kebenaran. “Amira itu sangat mencintai kamu. Berikan kesempatan padanya unt
“Bagaimana kondisi ibu saat ini, De?” tanya Kak Fikri di seberang sana. Aku menatap ke arah ibunya yang sedang tertidur. Lalu, melangkah ke luar ruangan agar bisa leluasa berbicara dengan abangku. Saudaraku satu-satunya itu saat ini sedang dalam perjalanan pulang menuju Indonesia. Begitu mendengar
Enak sekali kalau ngomong. Ingin rasa rasa aku mendebatnya saat ini juga, tapi percuma. Urusannya akan panjang dan lama. Aku tidak mau itu terjadi.“Saya pikirkan nanti, Bu.” Aku pamit, hendak meraih punggung tangannya.“Ibu ingin mendengar jawabanmu sekarang biar tenang.” Bu Mumun masih menahan tan
POV 3“Kurang ajar! Dari mana dia tahu kalau aku sedang mengincar uangnya? Seandainya ibunya tidak akan mendapatkan uang gusuran yang sangat besar itu, tidak mungkin aku sudi menemui seperti ini! Tidak mungkin aku menjatuhkan harga diriku di depan anak ingusan itu kalau bukan demi impianku. Awas kam
Sepasang kekasih yang sedang bergulung di bawah selimut. Sementara, Tama dan Lilik membeku untuk beberapa saat, matanya melotot sempurna untuk sekian detik. Otaknya berusaha keras untuk mencerna apa yang sedang terjadi. Kaget dengan apa yang ada di hadapan mereka. Fikri yang mereka yakini masih ada
“Bi, amankan ibu? Maaf aku tidak bisa kembali ke rumah sakit malam ini. Mungkin, besok pagi-pagi baru aku kembali. Urusannya di sini belum kelar.” Aku menelpon bibi setelah dari kamar mandi, persidangan Tama dan Lilik belum usai.Bibi kuminta menemani ibu di rumah sakit. Beliau tahu semuanya karena
“Karena kamu membuat laporan!” Ia menjawab dengan cepat, penuh penekanan.Aku menggelengkan kepala. “Bukan karena aku, tapi karena Allah sudah muak dengan semua kemaksiatannya. Sudah terlalu sering mereka berbuat tak senonoh, asal ibu tahu. Makanya, suruhlah berhenti dari kemaksiatan anak ibu yang
POV 3“Arak! Arak!” Suara mereka kembali memenuhi indra pendengaran Tama dan juga Lagi Lilik. “Sial! Kenapa bisa seperti ini, sih? Kenapa pula Fikri tiba-tiba pulang ke Indonesia? Kenapa dia tidak berkabar terlebih dahulu? Apa semua itu memang sudah direncanakan?” Di dalam hati Tama bertanya-tanya