Share

Bab 0008

Penulis: Farid-ha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-14 18:59:10

Degup jantungku bertalu-talu saat Mbak Lilik mengatakan akan lapor polisi.

“Mbak yakin pelakunya akan segera ditangkap.” Ucapan Lilik membuat aku menggigit bibir bawah.

Tenang Amira, tenang. Jangan panik.

Kuhirup oksigen sebanyak-banyaknya. Berharap bisa sedikit tenang setelah ini.

“Memangnya Mbak ada bukti mau melaporkan polisi? Laporan pada polisi itu nggak bisa asal lho, Mbak. Harus ada bukti. Lagian, untuk mengurus ini dan itu Mbak ada uang?” Sebisa mungkin aku menahannya agar tidak laporan pada pihak kepolisian. Meskipun benar, tetap saja nanti aku disalahkan kalau ketahuan. Dan pasti akan panjang urusannya.

Dia terdiam. Pikirannya kacau di sini. Takut-takut dia memiliki bukti. Aku bisa saja masuk penjara dan urusannya akan panjang kalau dia memiliki bukti. Sungguh, aku tidak mau itu terjadi. Bagaimana nasib ibuku nanti?

“Kamu benar, De. Mbak nggak punya bukti. Nggak ada yang tahu siapa yang merampok. Tadi udah nanya-nanya ke tetangga, mereka nggak ada yang tahu apa yang terjadi malam itu. Memang, ada yang sempat mendengar deru kendaraan di depan rumah Mbak. Tapi, tidak ada yang keluar karena dia pikir itu Mbak sendiri. Tidak ada kegaduhan di rumah waktu itu. Sehingga tidak ada yang tahu apa yang terjadi. Mereka semua kaget saat mendengar rumah Mbak kerampokan.”

Lega, itu yang aku rasakan saat ini. Hamdalah kulafazkan di dalam hati.

“Sedih memang Mbak. Tapi mau gimana lagi, anggap saja itu bukan rezekimu, Mbak.” Aku pura-pura menghiburnya.

“Kok kamu kayak pasrah gitu, De? Padahal, itu semua aset kakakmu yang hilang.” Lilik seolah tak rela.

“Memangnya harus gimana, Mbak? Sekarang apa yang bisa dilakukan selain pasrah? Mau lapor ke polisi pun nggak punya bukti.”

“Mbak mau mencari orang pintar. Mau lihat siapa yang telah merampok.” Suara Lilik menggebu-gebu.

Ini tidak boleh dibiarkan.

“Mbak, dengarkan aku. Jangan melakukan hal yang membuat murka Allah. Mendatangi orang pintar alias dukun itu adalah perbuatan syirik. Hal yang paling Allah benci. Tahukah kamu, Mbak, Allah akan mengampuni segala dosa kecuali syirik. Ngeri nggak, Mbak. Jadi, jangan pernah main-main dengan murka Allah. Sudah cukuplah dosa-dosa besar mu selama ini, jangan ditambah lagi dengan perbuatan syirik.”

Lilik terdiam lagi.

“Mbak, aku izin mau ngurusin ibu dulu ya. Satu pesanku jangan ceritakan semua di depan Ibu. Tolong pengertiannya.” Klik sambungan telepon pun aku putus setelah mengucapkan salam.

Sekarang urusannya tinggal menjual kendaraanku sendiri. Harus secepatnya aku jual biar tidak menjadi rebutan di kemudian hari. Dengan gerakkan cepat ku mencari nomor mbak Mayang.

“Assalamualaikum, Mbak. Gimana, udah ada yang mau beli motornya?” tanyaku begitu sambungan telepon kami terhubung.

Ya, aku meminta Mbak Mayang untuk mengiklankan motorku.

“Waalaikumsalam, kebetulan banget, De, baru saja Mbak mau menghubungi kamu. Tadi ada yang nanyain motornya.”

Alhamdulillah … lebih cepat lebih baik.

“Kalau begitu bawa saja orangnya ke rumah sakit, Mbak. Kan motornya di sini. Aku udah nggak mungkin ninggalin Ibu lagi, takut ada kejadian yang lainnya bila dititipkan pada orang lain.”

“Memangnya ada apa?” tanya Mbak Mayang yang memang belum tahu apa-apa.

Aku pun menceritakan semua apa yang diucapkan oleh ibu, semua perkataan mamaknya Tama.

“Dasar besan nggak punya otak.” Mbak Mayang mengumpat, “Ya udah, kalau itu Mbak sama Masmu nanti ke sana sekalian jenguk Bulik Sumi.” Mbak Mayang mengakhiri obrolan.

Dua jam kemudian Mbak Mayang datang dengan suaminya. Kakak sepupuku itu sibuk menghibur Ibu. Meminta wanita yang telah melahirkan aku itu tidak lagi memikirkan hal-hal tidak penting. Mbak Mayang pun meminta pada Ibu untuk tidak memikirkan masalah anak-anaknya. Pun dengan suaminya Mbak Mayang — Mas Sigit — dia minta ibu untuk percaya pada anak-anaknya.

“Tapi, namanya orang tua pasti kepikiran kalau anaknya ada apa-apa.” Ibu menjawab dengan nada lemah. Pasti, Ibu masih kepikiran ucapannya Mamaknya Tama waktu itu.

“Bulik, kalaupun Amira ataupun Fikri punya masalah pasti mereka bisa mengatasinya sendiri. Mereka sudah dewasa, sudah tahu mana yang terbaik untuk dirinya sendiri. Jadi, Bulik jangan terus memikirkan masalah mereka. Toh, Bulik tidak bisa menyelesaikan masalahnya yang ada malah sakit.” Mas Sigit memberikan nasihat untuk Ibu.

“Bulik, kita di sini sayang sama Bulik. Jadi Bulik pun harus menyayangi diri sendiri. Dengan cara jangan memikirkan omongan orang yang belum tentu kebenarannya, ya, Bulik.” Mbak Mayang ikut memberikan wejangan.

Detik berikutnya handphone Mbak Mayang berdering. Ia pun segera pamit ke parkiran. Matanya berkedip sebelah, kode agar aku segera menyusul.

Sepuluh menit kemudian aku pun bisa keluar dari ruangan dengan izin mau salat Dhuhur di masjid rumah sakit.

Di parkiran rumah sakit.

“Oke, saya suka. Semuanya terlihat masih bagus. Mesinnya juga masih enak. Tidak ada masalah. Harga sesuai kesepakatan kemarin ya, Mbak Mayang?”

Seorang bapak-bapak mereview motorku. Iya baru saja selesai mengelilingi jalan sekitar rumah sakit, mencoba motorku ditemani oleh suaminya Mbak Mayang.

Bab terkait

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0009

    “Iya, Pak harganya sudah segitu. Cocoklah dengan kondisi motornya yang masih mulus dan suaranya yang masih halus.” Suami Mbak Mayang tersenyum ramah. Aku puas dengan cara penjualan Kakak sepupuku itu.Tidak butuh waktu lama kendaraan ku pun ini sudah beralih tangan dengan segala prosedurnya. Kebetul

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0010

    Setengah sebelas siang kami sudah berada di rumah Ibu. Beliau sudah diizinkan pulang dengan beberapa catatan dokter yang harus aku perhatikan. Mbak Mayang menjemput kami. Dia masih di depan menunggu aku. Kami mau segera pergi untuk menjalankan misi selanjutnya.Saat ini, jarum jam di pergelangan tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0011

    “Mbak Tv-nya nggak ada.” Aku memberi tahu Mbak Mayang yang sedang duduk di manis di ruang tamu. Debaran di dadaku sudah tidak menentu. Berbagai spekulasi bermunculan di ceruk kepala.“Yang bener, De?” Mbak Mayang menyusul aku di ruang tengah. “Iya, Mbak. Biasanya ditaruh situ.” Jari telunjukku meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0012

    “Wong edan! Kembalikan televisiku!” Suara Bu Mumun melengking.“Suruh Mas Tama beliin sendiri, Bu. Jangan mengambil barang milik orang lain. Itu TV aku beli menggunakan uangku sendiri. Maaf, TVnya aku ambil karena sedang butuh.” Aku tak memberikan kesempatan perempuan itu untuk membantah.“Ada ini,

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0013

    “Alhamdulillah, barangnya sudah habis. Rezekimu bagus, De. Tidak butuh waktu lama langsung laku.” Mbak Mayang menepuk pundakku yang sedang menatap truk pengangkut barang milikku pergi meninggalkan rumah Mbak Mayang.“Terima kasih banyak, ya, Mbak. Semua ini berkat jasa Mbak Mayang, barang langsung t

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-19
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0014

    “Pertanyaan kedua, kenapa kamu mengambil seluruh barang-barang di rumah? Bahkan TV di di rumah ibuku pun kamu ambil tanpa perasaan. Aku benar-benar tidak mengenali kamu lagi, Amira.” Tama kembali meninggikan suaranya.“Karena aku butuh uang.” Jawabanku singkat, padat.“Kalau memang butuh uang itu ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-19
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0015

    Jam tujuh malam, aku membawa ibu ke meja makan. Sebelum pulang, aku tadi sengaja mampir membeli beberapa lauk untuk makan malam. “Kamu kenapa, Mbak?” tanyaku saat melihat gelagat aneh Lilik. Di meja makan ia menutup mulut seperti hendak muntah saat aku membuka tutup penanak nasi. “Bau nasinya biki

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0016

    Lilik tidak berani mengangkat kepala.“Terbuat dari apa hatimu sehingga bisa selingkuh di belakang anakku? Di sana dia berjuang mengumpulkan uang untuk membahagiakan kamu, tapindi sini kamu asyik goyang di ranjang dengan laki-laki lain! Astaghfirullah … apa dosa anakku sampai diselingkuhi seperti ini, ya, Allah? Ibu histeris.Tangisan ibu menyayat hati. Siapa pun pasti akan ikut menangis melihat beliau seperti ini. Tak terkecuali aku. Air mataku mengalir deras, pertahananku jebol.“Maafkan Lilik, Bu.” Lilik bersimpuh di depan ibu. Ia berusaha menggapai tangan mertuanya, tapi segera ditepis oleh perempuan yang telah melahirkan aku itu.Ibu sesenggukan. Lilik pun ikut menangis. Entah apa yang ia tangisi? “Katakan siapa laki-laki yang telah mengguncang ranjangmu?” Ibu kembali bersuara setelah sekian menit menangis, isakan masih ada.“Apa kamu lupa siapa dirimu, Lik? Anak yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya. Diangkat derajatnya oleh anakku. Dulu, hidup dalam kekurangan. Kini dibuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21

Bab terbaru

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0173

    “Ini tempatnya, Mbak?” Tama menatap perempuan yang merupakan tetangga kontrakan Lilik tersebut dengan kening mengkerut. “Iya, ini, Mas. Beberapa hari yang lalu juga ada yang mencari Mbak Lilik. Perempuan. Bahkan dia menitipkan sesuatu untuk Zidane.” Tama terdiam, tapi otaknya berpikir menerka-nerk

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0172

    Amira terdiam, menunggu jawaban Tama. Sebenarnya dia sendiri ragu, tidak yakin dengan idenya ini. Tapi, Amira merasa perlu melakukan itu demi kebaikan Zidane. [Jangan memintaku yang tidak-tidak, Mir! Mustahil aku kembali dengan Lilik. Itu tidak mungkin terjadi.] Tama mengirimkan pesan balasan pada

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0171

    “Lilik?” Samar, Amira memanggil wanita yang sedang menuntun bocah cilik sambil menenteng tas yang terlihat berisi dagangan. “Pak tolong berhenti sebentar.” Amira meminta kepada sopir taksi. “Tapi argonya tetap jalan, ya, Mbak.” Sopir mengingatkan. “Nggak masalah, Pak. Nanti saya lebihkan untuk

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0170

    “Kapan acara lamarannya, De?” tanya Fikri di negeri seberang sana. Amira baru saja menceritakan niat baik Reza yang ingin melamarnya kepada Fikri. “Rencananya empat hari lagi, Bang. Abang sekarang sudah merestui ‘kan?” tanya Amira yang belum begitu yakin sepenuhnya terhadap restu Fikri. “Insya

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0169

    “Terima kasih banyak, ya, Mas. Maaf nggak bisa menyuruh mampir. Ini susah sangat malam.” Amira menghampiri pria yang berada di balik kemudi bulat setelah memarkirkan motornya di depan rumah. “Memang seharusnya aku tidak mampir, De. Kalau mampir nanti bahaya,” kelakar laki-laki di balik kemudi yang

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0168

    “Mau sampai kapan kamu diam di situ, Lilik? Mau sampai kapan kamu membiarkan Zidane mengacak-acak permainannya? Cepat bereskan rumah ini! Aku muak melihat kamu yang seperti ini terus! Sudah berapa kali aku bilang? Jangan biarkan anakmu mengacak-acak ruang tamu atau ruang tengah dengan permainannya i

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0167

    [Bi, tolong sampaikan ke Ibu, aku tidak bisa pulang sore ini. Mungkin, nanti malam baru pulang. Aira meninggal dunia, Bi. Aku bantu-bantu sekalian di sini.] Amira mengirimkan pesan pada Bi Marmi, bibinya. Amira baru sempat memberi tahu keluarganya. Derap langkah kaki yang memasuki ruang tamu membu

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0166

    “Mas Tama, Mbak.” Amira menyodorkan ke handphone Santi yang baru kembali dari kamar ibunya. “Mungkin mau bicara sama kamu, Mir.” Santi kembali menjatuhkan bobot tubuhnya di samping Amira. “Nggak, dia sengaja menelpon Mbak Santi, kok.” Tama sengaja menghubungi Santi melalui Amira, sebab handphon

  • TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU   Bab 0165

    Di depan pintu Santi menyambut Amira dengan penuh kesedihan. Sesuai permintaan Tama, Amira akhirnya pergi ke rumah Mumun. Memastikan bahwa keluarga mereka baik-baik saja. Tama sengaja mengutus Amira sebab nomor handphone Santi tidak bisa dihubungi. “Apa kabar, Mbak?” Amira mengulurkan tangan ke ar

DMCA.com Protection Status