Share

Surat dari Azza
Surat dari Azza
Penulis: Hahoo

1. Azza

Penulis: Hahoo
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-30 22:44:10

Azza Kharisma, gadis delapan belas tahun yang di kenal banyak orang sebagai pribadi yang manis dan ceria. 

"Woi! Masih pagi udah ngelamun aja, ntar radak siangan dikit kenapa?" 

"Apaan, sih!" 

"Ipiin, sih. Lagian lu ngapain pagi pagi mukanya di tekuk kayak kanebo kering aja," ucap Azza kepada sahabatnya yang bernama Nayla. 

Azza memang di kenal banyak orang sebagai pribadi yang mudah untuk bergaul dengan siapapun. Terutama Nayla, temannya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. 

"Za, lo udah putus beneran sama Bisma?" ucap Nayla saat mereka masuk dalam kelas dan duduk. 

Azza yang lelah dengan pertanyaan yang sama pun hanya memutar bola matanya malas. Pasalnya, ia tak suka jika masalalunya masih ada yang mengungkit kembali, "ya, menurut lo." 

"Hillih, sayang tahu! Lo sama Bisma tuh udah dua tahun dan itu gak lama lho, Za."

"Ya, terus?" 

"Hah? Terus? Wah! Lo mau gue getok pakai penghapus papan, hah? Kesel gue lama lama sama lo." 

"Lo masih pagi udah emosi aja, mau penuaan dini?" 

Nayla akhirnya mengalah dalam berdebatan kecil ini. Tak lama Niko, Iqbal, dan Ibra datang.

Niko dan Iqbal yang mempunyai jiwa receh sejak bayi selalu membuat Ibra yang masuk gerbang sekolah bersama hanya diam menahan malu. Bagaimana tidak, Niko dan Iqbal sejak masuk halaman sekolah selalu menggoda adik kelas mau pun teman seangkatan.

"Selamat pagi, wahai kaum julid!" ujar Iqbal sembari masuk kedalam kelas. Sementara Niko dan Ibra berada di belakang sedang sibuk tebar pesona.

"Masih pagi woi! Teriak teriak. Lu pikir, nih tempat punya nenek moyang lo." 

"Wah, santai dong, mbak. Masih pagi udah kayak kompor meledak aja. Heran gue," ucap Iqbal.

"Tahu! Emak lo dulu ngidam towak masjid, ya, Nay. Lo juga, Bal, emak lo dulu juga ngidam sound sistemnya orang punya hajatan apa? Lebih heran gue." 

"Elah, Za. Sensi amat jadi manusia abad dua puluh satu," ucap Iqbal, lalu tak lama bel masuk berbunyi. Jam pelajaran pun di mulai. 

"Azza, mana tugas kamu?" tanya bu Rini, guru matematika paling killer di sekolah.

"Lho, Emang kemarin ibu ngasih tugas?"

"Gak usah banyak cincong, hormat bendera sampai jam pelajaran saya selesai." 

"Lha, gak bisa gitu dong, bu," ucap Azza memelas, mungkin hari senin adalah hari dimana Azza akan selalu dihukum. 

"Nawar? Oke, lari lapangan sepuluh kali." 

"Hmm, kayaknya enak lari, ya, bu," tanpa menunggu jawaban lagi, akhirnya Azza keluar dari kelas dan menuju lapangan untuk berlari.

Bukan Azza namanya jika melaksanakan tugasnya dengan baik. Setelah berlari lapangan, ia pergi ke kantin sekolah untuk mengisi perutnya yang sudah kosong setelah berlari. 

Azza berjalan menuju stand makanan, "Mbak, bakso satu kayak biasanya sama es milo." 

"Siap, mbak Azza," ucap mbak Ida, penjual bakso dan segera meracik bakso pesanan pelanggan kesayangan itu. 

Baru saja Azza memakan baksonya tiba-tiba seseorang memanggil namanya, "Azza! Siapa yang suruh kamu malah makan di sini?" 

"Aelah, pak, laper habis lari pagi." 

"Ke ruang saya, sekarang," ujar guru BK, yang bernama pak Andre. 

"Sekarang?" tanya Azza dengan wajah tanpa dosa.

"Iya, sekarang. Masak tahun depan, kan kamu udah lulus kalau tahun depan. Cepat!" 

Azza pun mengangguk dan berdiri dengan membawa mangkok bakso tak lupa dengan satu gelas es milo kesukaannya, "Mbak, mangkoknya di balikin nanti, ya," ucap Azza sambil sedikit berlari.

"Azza!" pekik pak Andre yang merasa pusing jika sudah berhadapan dengan Azza. 

Setelah mendapat bimbingan dari pak Andre, Azza pun kembali ke kantin untuk menemui teman-temannya yang kini sudah memasuki jam favorit para siswa, yaitu jam istirahat. 

"Eh, Za. Kita nanti kumpul ke rumah Lisa, yuk," ucap Nayla.

"Em, boleh, jam berapa?"

"Pulang sekolah, sama kita hang out, udah lama kita gak jalan bareng. Gila kali, lha. Otak gue rasanya udah mau pecah," ucap Nayla dengan ekspresi mendrama ala korea.

"Nay," 

"Apa?" 

"Memandang mu, hmm, najis!" ucap Iqbal dengan bernada. 

"Sialan, lo Jamal!" 

"Apa lo, Agus!" 

"Wah, ngajak ribut nih, anak RT sebelah," Nayla pun berdiri sambil menggulung lengan seragamnya dan mengambil posisi kuda-kuda menantang Iqbal.

Niko pun sudah lelah yang selalu melihat kedua temannya seperti kartun Tom and Jerry, "Ayo! Maju lo sini, Jamal! Takut kan, lo!" Nayla sudah siap dengan kedua tangannya yang menggenggam dan meninju angin.

"Hmm, ayo! Banyak cincong lo, Agus!" tak kalah gaya dengan Nayla, Iqbal pun berdiri dan bergaya ala Bruce Lee.

"Lo berdua lama-lama saling suka, lho," ucap Azza yang membuat Nayla dan Iqbal menoleh bersamaan.

"Gak!" ucap Iqbal dan Nayla pun juga bersamaan, membuat Azza mempunyai ide julid. 

"Tuh, jawabnya aja barengan." 

Ibra yang suka dengan ke julidan pun mengikuti jejak Azza untuk menggoda Nayla dan Niko, "Za, kayaknya kita bakal dapet undangan, nih."

"Hah? Siapa?" ucap Niko yang pura-pura kaget.

Nayla yang kesal dengan tingkah teman-temannya yang selalu menggodanya hanya menahan umpatan dalam hatinya.

                                                                                              ****

"Azza, bangun sayang. Udah sore," ucap wanita parubaya sambil mengetuk pintu. Merasa tidak ada jawaban, wanita itu mengangkat tangannya dan membuka knop pintu. 

Wanita itu melihat seorang gadis yang masih tertidur pulas dengan boneka karakter idol korea.

"Azza, bangun, nak."

"Emmm, iya bentar, Ma." 

"Udah sore sayang, ayo bangun mandi. Mama udah gak tahan bau kamu asem." 

"Ih, mama." 

"Makanya ayo bangun." 

"Iya." 

Begitu lah Vina kepada anak kesayangannya. Ia bersyukur Azza mau menemaninya, meskipun ia tahu ada rasa kecewa dalam hati sang anak. Cerita di masalalu membuatnya takut, Vina takut jika sang anak akan membenci orang tuanya. 

Azza adalah harta satu satunya yang Vina punya sekarang. Ia hanya ingin melihat sang anak selalu tersenyum, Vina akan terus melakukan apa saja asalkan sang permata hatinya selalu bahagia. 

"Kamu udah nentuin mau kuliah dimana, Za?" 

Azza mendengar pertanyaan itu pun menghentikan aktifitas makannya. Ya, kini Vina dan Azza sedang berada di meja makan, "Azza kayaknya kerja aja deh, ma." Azza menggelengkan kepalanya. " Azza gak mau ngerepotin mama," lanjutnya.

"Eh, enggak sayang. Kan ini emang kemauan kamu, kalau kamu pingin kuliah. Lagian mama juga masih bisa tahu biayain kamu kuliah," ucap Vina.

"Ya udah, habis ujian Azza daftar kuliah, tapi mama janji jangan di pikul sendiri. Azza bisa bantuin mama. Azza selalu ada buat mama, mama harus jaga kesehatan juga." 

Vina yang mendengar tiap kalimat yang keluar dari Azza pun tersenyum bahagia. Bagaimana tidak, Vina sangat lah bersyukur mempunyai buah hati yang hangat dan juga perhatian padanya. Vina berharap ia bisa melihat Azza selalu mengukir senyum di wajahnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Surat dari Azza    2. Hai kamu

    "Azza, lo lama banget, deh.""Izzi, li limi bingit, dih," ucap Azza yang menirukan kalimat Nayla. "Lagian cuma lima menit doang lama. Apakabar lo yang nunggu balesan chat dari doi.""Ya ampun, gitu aja ngambek sayang ku," Nayla mencoba menggoda Azza yang mulai kesal padanya."Jangan sentuh aku, om. Aku masih smp," setelah itu Azza langsung berlari ke dalam mobil dan pergi dari halaman rumahnya.Saat ini Azza dan teman-temannya sedang berada di sebuah kafe. Ya, hanya bertemu kangen, karena kesibukan sebagai siswa kelas akhir."Eh, guys, tahu gak? Ternyata, si Fara udah tekdung duluan," ucap Nayla heboh menyampaikan sebuah berita yang menggemparkan jagad SMA Bimantara."Serius?" Iqbal mendengar berita itu pun melotot kaget."Ya, menurut lo?""Lo tahu dari mana, Nay?" tanya Ibra."Heh, lo lupa? Fara kan tetangga gue.""Terus, bapaknya siapa, je

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Surat dari Azza    3. Minggu

    Hari ini Nayla dan Lisa sedang berada di rumah Azza , hari minggu adalah hari untuk bermalas-malasan bagi trio siput. Nayla yang sibuk memakai masker wajahnya dan Lisa yang sibuk dengan ponselnya, lalu dimana Azza? Ia hanya rebahkan tubuhnya di kasur sambil menonton kartun kesukaannya yaitu spongebob.Lisa menghela nafasnya, "Hah... Bosen banget, anjir."Nayla yang tampak menepuk-nepuk maskernya untuk memastikan apakah sudah benar-benar kering."Keluar, yuk, cari makan," ajak Azza."Gak mau, diluar so hot!" ujar Nayla setelah membersihkan masker wajahnya."Yaelah, lagian kita keluar pakai mobil kali, mbak.""Lis, lo gak lihat apa tanaman di luar aja sampai layu karena pemanasan global yang berlebihan ini.""Hillih! Drama banget lo, cocok banget jadi artis sinetron azab!""Lo jahat banget, Lis," ucap Nayla mengdramatisir."Ah, banyak cincong lo berdua," Azza langsung berdiri mengambil jaket

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Surat dari Azza    4. Masalalu

    "Papa!" gadis kecil itu berlari ke arah seorang pria yang memakai kemeja rapi turun dari sebuah mobil."Anak papa," pria itu merentangkan tangannya untuk memeluk tubuh gadis kecil kesayangannya itu.Terlihat senyum bahagia dari anak kecil itu, "Papa, hari minggu nanti kita jalan-jalan ke kebun binatang, yuk!""Boleh, sayang. Kita jalan-jalan sampai ujung dunia.""Beneran?" gadis itu sangat antusias. Kemudian mereka masuk kedalam rumah dan menuju dapur, terlihat seorang wanita sibuk menyiapkan makan malam."Mama, hari minggu kita jalan-jalan, ya?""Sayang, papa kamu, kan, sibuk, nak," jawab wanita itu sambil mengelus pucuk kepala sang anak."Gak apa-apa, lagian cuma jalan doang. Gak akan bikin capek," kemudian pria itu tertawa pelan melihat ekspresi putri kecilnya menjadi sedih. "Lagian ini buat princesess kita." Lanjutnya.Awalnya semua berjalan dengan indah, sampai gadis

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Surat dari Azza    5. Ular Zumba

    Hari ini, Azza sedang duduk di sebuah kafe dan sedang menunggu teman-temannya datang. Satu hal menjadi kebiasaannya, berkumpul bersama teman-temannya membuat Azza sedikit melupakan segala masalahnya."Hai, bestie!" sapa Iqbal."Yang lain, mana?""Ada, bentar lagi juga masuk," ucap Iqbal, lalu mengambil tempat duduknya.Tak lama Lisa datang, dan di susul Nayla, lalu Ibra dan Niko. Kali ini mereka hanya berkumpul untuk membahas tempat mereka akan kuliah.Namun, tanpa sengaja Nayla melihat meja di seberangnya. Ia melihat seorang gadis yang seusianya duduk bersama seorang pria."Eh, guys! Ada ulet bulu.""Hah? Mana, aaaaa ... gak mau, mama," teriak Lisa heboh yang membuat beberapa pengunjug kafe menoleh padanya."Ishh, bukan itu maksud gue," kemudian Nayla memutar kepala Lisa ke arah yang di maksud dan di ikuti yang lainnya.Mereka melihat Sofia duduk bersama pria seperti ora

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Surat dari Azza    6. Kondangan

    Terdengar suara keributan di parkiran kampus tempat Azza kuliah. Beberapa mahasiswa berdatangan, ada yang datang hanya untuk melihat, dan ada juga mahasiswa yang memisah."Udah puas lo hancurin semuanya!""Ini bukan urusan lo, ya, babi!" terdengar kalimat kalimat kotor bernada tinggi. Mereka saling menjambak dan mengakar satu sama lain.Azza yang melihat, mendengar suara yang sepertinya tak asing baginya. Akhirnya ia berlari kearah kerumunan. Matanya melebar, betapa terkejutnya ia melihat sahabatnya bertengkar dengan parasit yang selama ini mengganggu hidupnya."Nay, stop!" ucap Azza sembari mencoba memeluk tubuh sahabatnya itu."Gak! Dia yang udah hancurin lo, Za, gak terima gue!""Eh, lo gak tahu apa-apa, gak usah sok ikut campur urusan orang!" ucap Sofia yang semakin membuat Nayla emosi.Meskipun ini memang bukan urusannya, tapi Nayla sangat sayang pada Azza. "Nay, udah, dia bukan level k

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Surat dari Azza    7. Kakak Senior

    Saat ini Azza dan Lisa berjalan di koridor kampus."Azza!" panggil seseorang, Azza menoleh ke belakang dan melihat Andra berlari ke arahnya."Iya, kak?""Kamu nanti sore sibuk nggak?""Enggak, kenapa?""Ikut aku, yuk, beli kebutuhan organisasi.""Lisa gak di ajak, kak?" sahut Lisa saat mengatahui hanya Azza yang di ajak."Iya, boleh.""Yes! Oke, nanti sore kita tunggu," bukan Azza yang menjawab namun Lisa. "Oke, nanti kakak kabarin," kemudian setelah itu Andra kembali berjalan meninggalkan mereka."Gila, ganteng banget, ya, kak Andra, Za.""Biasa aja. Udah, ayok gue udah laper ini."Akhirnya mereka pergi ke warung jajanan yang berada tidak jauh dari universitas."Buk, bakso dua yang satu kayak biasa gak pakai ijo-ijo.""Siap, mbak Azza."Azza duduk di dekat pintu, "hari ini panas banget, ya, pada

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Surat dari Azza    8. Kosong

    Suara ketukan pintu membuat Dinda menoleh dan menampilkan seorang laki-laki tampan dari balik pintu."Apa?""Gak apa-apa," ucapnya masuk kamar Dinda dan merebahkan tubuhnya di kasur."Dek, lo satu kelas sama Azza, kan?" lanjutnya."Hmm, kenapa?""Gak apa-apa, kok." Andra merasa penasaran dengan seorang Azza. Semenjak pertama kali tak sengaja bertemu di toko buku, rasa penasaran itu tumbuh saat tubuh mereka bertabrakan."Dia ..." ucapnya menggantung. "Dia gak pernah cerita apa-apa gitu sama lo?"Dinda menghentikan aktifitasnya dan memajukan kursi belajarnya menghadap sang Kakak yang masih berbaring. "Lo... suka, ya, sama Azza?" tanya Dinda penuh selidik."Kenapa? Itu wajar, kan?" Dinda yang mendengar sebuah kalimat yang sudah lama tak keluar dari mulut Andra pun berbinar meskipun tidak menjawabnya langsung.Ya, semenjak Andra sakit hati karena masalalunya, membuatnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Surat dari Azza    9. Liburan

    Hujan turun deras hari ini, sedang kan Azza masih berada di kampusnya. Ia terus memandangi setiap tetes air hujan yang turun.Merasakan dinginnya cuaca, menikmati suara rintik hujan yang terjatuh di atas atap. Berisik, tapi Azza suka itu. Ia suka hujan.Ya, hujan. Mungkin hanya hujan lah yang tahu dan mengerti bagaimana perasaannya saat itu. Tangannya terulur untuk menyentuh tetesan air hujan yang turun."Kamu suka hujan?" seseorang tiba-tiba datang. Azza perlahan membuka matanya dan menoleh, "Kak Andra.""Tumben jam segini, belum pulang?""Emang, ini kampus punya nenek moyang, kakak?" Andra tertawa kecil, ia merasa nyaman jika bersama Azza."Kalau, iya, kenapa? Sekarang aku mau kamu pulang sekarang.""Ish, apa, sih, kak. Gak lihat lagi hujan apa?""Lha, ini kampus, kan punya nenek moyang ku.""Senior, yang menyebalkan!" gerutu Azza.Hening

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13

Bab terbaru

  • Surat dari Azza    11. Mama

    Sinar matahari samar-samar menelisik masuk ke dalam sebuah kamar yang di tempati gadis manis.Terdengar suara erangan dari mulutnya. Ia meregangkan tubuhnya. Lalu ia membuka matanya, menoleh ke kanan dan kiri. Melihat dua sahabat kesayangannya masih tertidur.Seperti biasa, Azza setelah bangun tidur selalu mencari satu benda yang pernah bisa lepas dari hidupnya. Di ambil handphone berlogo sebuah apel dan melihat ke arah layar ponsel.Terdapat banyak notif pesan dan panggilan masuk yang tak terjawab. Telfon itu dari mbak Ida, asisten rumah tangga di rumahnya."Tumben, Mbak Ida telfon banyak banget." Azza mengabaikan itu. Ia pun segera bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Karena kini jam sudah menunjukkan delapan pagi.Setelah ia beres dengan aktifitas paginya. Azza tiba-tiba merasa gelisah. Entah mengapa ia memikirkan panggilan dari Mbak Ida.Ia pun memutuskan untuk kembali menelfon

  • Surat dari Azza    10. Senja

    "Ya, maaf, Ma, Azza kemarin lupa ketiduran.""Mama khawatir, tahu, takut kamu kenapa-kenapa di jalan," ucap Vina di sebrang sana."Iya, Ma, maaf.""Kamu udah mandi?""Emm... Udah, dong, Mama gak ke Butik?""Iya, ini mama mau berangkat. Ya, udah kamu sarapan dulu nanti kita telfonan lagi.""Okay, Mama jangan lupa sarapan juga, istirahat yang cukup.""Iya, sayang. Love you.""Love you to, Mom."Setelah memutus sambungan telepon, Azza terdiam sejenak. Entah apa yang ia pikirkan."Za, udah selesai?" tanya Nayla menemui Azza yang sedang berada di balkon Villa."Udah.""Kenapa?""Enggak.""Kita ke Bali buat liburan, lho. Jangan sedih, gitu mukanya."Ya, benar. Tujuannya datang ke sini adalah liburan, waktu untuk menenangkan diri dan pikiran.Azza menarik nafasnya panjang, "Ya, oke, gue gak bakalan sedih."

  • Surat dari Azza    9. Liburan

    Hujan turun deras hari ini, sedang kan Azza masih berada di kampusnya. Ia terus memandangi setiap tetes air hujan yang turun.Merasakan dinginnya cuaca, menikmati suara rintik hujan yang terjatuh di atas atap. Berisik, tapi Azza suka itu. Ia suka hujan.Ya, hujan. Mungkin hanya hujan lah yang tahu dan mengerti bagaimana perasaannya saat itu. Tangannya terulur untuk menyentuh tetesan air hujan yang turun."Kamu suka hujan?" seseorang tiba-tiba datang. Azza perlahan membuka matanya dan menoleh, "Kak Andra.""Tumben jam segini, belum pulang?""Emang, ini kampus punya nenek moyang, kakak?" Andra tertawa kecil, ia merasa nyaman jika bersama Azza."Kalau, iya, kenapa? Sekarang aku mau kamu pulang sekarang.""Ish, apa, sih, kak. Gak lihat lagi hujan apa?""Lha, ini kampus, kan punya nenek moyang ku.""Senior, yang menyebalkan!" gerutu Azza.Hening

  • Surat dari Azza    8. Kosong

    Suara ketukan pintu membuat Dinda menoleh dan menampilkan seorang laki-laki tampan dari balik pintu."Apa?""Gak apa-apa," ucapnya masuk kamar Dinda dan merebahkan tubuhnya di kasur."Dek, lo satu kelas sama Azza, kan?" lanjutnya."Hmm, kenapa?""Gak apa-apa, kok." Andra merasa penasaran dengan seorang Azza. Semenjak pertama kali tak sengaja bertemu di toko buku, rasa penasaran itu tumbuh saat tubuh mereka bertabrakan."Dia ..." ucapnya menggantung. "Dia gak pernah cerita apa-apa gitu sama lo?"Dinda menghentikan aktifitasnya dan memajukan kursi belajarnya menghadap sang Kakak yang masih berbaring. "Lo... suka, ya, sama Azza?" tanya Dinda penuh selidik."Kenapa? Itu wajar, kan?" Dinda yang mendengar sebuah kalimat yang sudah lama tak keluar dari mulut Andra pun berbinar meskipun tidak menjawabnya langsung.Ya, semenjak Andra sakit hati karena masalalunya, membuatnya

  • Surat dari Azza    7. Kakak Senior

    Saat ini Azza dan Lisa berjalan di koridor kampus."Azza!" panggil seseorang, Azza menoleh ke belakang dan melihat Andra berlari ke arahnya."Iya, kak?""Kamu nanti sore sibuk nggak?""Enggak, kenapa?""Ikut aku, yuk, beli kebutuhan organisasi.""Lisa gak di ajak, kak?" sahut Lisa saat mengatahui hanya Azza yang di ajak."Iya, boleh.""Yes! Oke, nanti sore kita tunggu," bukan Azza yang menjawab namun Lisa. "Oke, nanti kakak kabarin," kemudian setelah itu Andra kembali berjalan meninggalkan mereka."Gila, ganteng banget, ya, kak Andra, Za.""Biasa aja. Udah, ayok gue udah laper ini."Akhirnya mereka pergi ke warung jajanan yang berada tidak jauh dari universitas."Buk, bakso dua yang satu kayak biasa gak pakai ijo-ijo.""Siap, mbak Azza."Azza duduk di dekat pintu, "hari ini panas banget, ya, pada

  • Surat dari Azza    6. Kondangan

    Terdengar suara keributan di parkiran kampus tempat Azza kuliah. Beberapa mahasiswa berdatangan, ada yang datang hanya untuk melihat, dan ada juga mahasiswa yang memisah."Udah puas lo hancurin semuanya!""Ini bukan urusan lo, ya, babi!" terdengar kalimat kalimat kotor bernada tinggi. Mereka saling menjambak dan mengakar satu sama lain.Azza yang melihat, mendengar suara yang sepertinya tak asing baginya. Akhirnya ia berlari kearah kerumunan. Matanya melebar, betapa terkejutnya ia melihat sahabatnya bertengkar dengan parasit yang selama ini mengganggu hidupnya."Nay, stop!" ucap Azza sembari mencoba memeluk tubuh sahabatnya itu."Gak! Dia yang udah hancurin lo, Za, gak terima gue!""Eh, lo gak tahu apa-apa, gak usah sok ikut campur urusan orang!" ucap Sofia yang semakin membuat Nayla emosi.Meskipun ini memang bukan urusannya, tapi Nayla sangat sayang pada Azza. "Nay, udah, dia bukan level k

  • Surat dari Azza    5. Ular Zumba

    Hari ini, Azza sedang duduk di sebuah kafe dan sedang menunggu teman-temannya datang. Satu hal menjadi kebiasaannya, berkumpul bersama teman-temannya membuat Azza sedikit melupakan segala masalahnya."Hai, bestie!" sapa Iqbal."Yang lain, mana?""Ada, bentar lagi juga masuk," ucap Iqbal, lalu mengambil tempat duduknya.Tak lama Lisa datang, dan di susul Nayla, lalu Ibra dan Niko. Kali ini mereka hanya berkumpul untuk membahas tempat mereka akan kuliah.Namun, tanpa sengaja Nayla melihat meja di seberangnya. Ia melihat seorang gadis yang seusianya duduk bersama seorang pria."Eh, guys! Ada ulet bulu.""Hah? Mana, aaaaa ... gak mau, mama," teriak Lisa heboh yang membuat beberapa pengunjug kafe menoleh padanya."Ishh, bukan itu maksud gue," kemudian Nayla memutar kepala Lisa ke arah yang di maksud dan di ikuti yang lainnya.Mereka melihat Sofia duduk bersama pria seperti ora

  • Surat dari Azza    4. Masalalu

    "Papa!" gadis kecil itu berlari ke arah seorang pria yang memakai kemeja rapi turun dari sebuah mobil."Anak papa," pria itu merentangkan tangannya untuk memeluk tubuh gadis kecil kesayangannya itu.Terlihat senyum bahagia dari anak kecil itu, "Papa, hari minggu nanti kita jalan-jalan ke kebun binatang, yuk!""Boleh, sayang. Kita jalan-jalan sampai ujung dunia.""Beneran?" gadis itu sangat antusias. Kemudian mereka masuk kedalam rumah dan menuju dapur, terlihat seorang wanita sibuk menyiapkan makan malam."Mama, hari minggu kita jalan-jalan, ya?""Sayang, papa kamu, kan, sibuk, nak," jawab wanita itu sambil mengelus pucuk kepala sang anak."Gak apa-apa, lagian cuma jalan doang. Gak akan bikin capek," kemudian pria itu tertawa pelan melihat ekspresi putri kecilnya menjadi sedih. "Lagian ini buat princesess kita." Lanjutnya.Awalnya semua berjalan dengan indah, sampai gadis

  • Surat dari Azza    3. Minggu

    Hari ini Nayla dan Lisa sedang berada di rumah Azza , hari minggu adalah hari untuk bermalas-malasan bagi trio siput. Nayla yang sibuk memakai masker wajahnya dan Lisa yang sibuk dengan ponselnya, lalu dimana Azza? Ia hanya rebahkan tubuhnya di kasur sambil menonton kartun kesukaannya yaitu spongebob.Lisa menghela nafasnya, "Hah... Bosen banget, anjir."Nayla yang tampak menepuk-nepuk maskernya untuk memastikan apakah sudah benar-benar kering."Keluar, yuk, cari makan," ajak Azza."Gak mau, diluar so hot!" ujar Nayla setelah membersihkan masker wajahnya."Yaelah, lagian kita keluar pakai mobil kali, mbak.""Lis, lo gak lihat apa tanaman di luar aja sampai layu karena pemanasan global yang berlebihan ini.""Hillih! Drama banget lo, cocok banget jadi artis sinetron azab!""Lo jahat banget, Lis," ucap Nayla mengdramatisir."Ah, banyak cincong lo berdua," Azza langsung berdiri mengambil jaket

DMCA.com Protection Status