Share

3. Minggu

Penulis: Hahoo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari ini Nayla dan Lisa sedang berada di rumah Azza , hari minggu adalah hari untuk bermalas-malasan bagi trio siput. Nayla yang sibuk memakai masker wajahnya dan Lisa yang sibuk dengan ponselnya, lalu dimana Azza? Ia hanya rebahkan tubuhnya di kasur sambil menonton kartun kesukaannya yaitu spongebob.

Lisa menghela nafasnya, "Hah... Bosen banget, anjir." 

Nayla yang tampak menepuk-nepuk maskernya untuk memastikan apakah sudah benar-benar kering.

"Keluar, yuk, cari makan," ajak Azza.

"Gak mau, diluar so hot!" ujar Nayla setelah membersihkan masker wajahnya.

"Yaelah, lagian kita keluar pakai mobil kali, mbak."

"Lis, lo gak lihat apa tanaman di luar aja sampai layu karena pemanasan global yang berlebihan ini."

"Hillih! Drama banget lo, cocok banget jadi artis sinetron azab!" 

"Lo jahat banget, Lis," ucap Nayla mengdramatisir.

"Ah, banyak cincong lo berdua," Azza langsung berdiri mengambil jaket dan keluar dari kamarnya meninggalkan dua sahabatnya. 

Setelah memilih tempat makan akhirnya mereka sampai di sebuah restoran korea. Mereka bertiga masuk kedalam dan memesan beberapa makanan dan juga tak lupa minuman agar mereka tidak tersedak nanti. 

"Ada yang lain lagi?" tanya kasir.

"Emmm, tambah es milo satu, mbak," ucap Azza membuat kedua temannya merasa malu dan terdengar kekehan dari kasir, pegawai juga pengunjung resto. 

Nayla mendengar ucapan Azza pun menyenggolnya, "Heh, bujang! Lo gila apa? Di sini mana ada es milo." Bisiknya.

"Oh, kalau gitu saya pesen minumnya es teh anget aja, mbak," lagi dan lagi Azza membuat kedua temannya itu ingin hilang dari dunia yang fana ini.

"Hehe, maafin temen saya, ya, mbak. Temen saya lagi mabuk pengharum mobil tadi, maaf, ya, mbak," tak menunggu waktu lama Lisa segera menyeret tubuh Azza agar menjauh dan mencari tempat duduk.

Tak lama mereka mendapat tempat, makanan pun datang. Mereka memesan Ramyeon, Hotpot, Kimchi, dan juga Bolgugi, tak lupa minuman yang mereka pesan.

"Eh, bentar!" Lisa dan Azza yang akan mengambil makanan pun menoleh ke arah Nayla yang sedang bersiap untuk mengabadikannya dalam sebuah foto. 

"Anak seleb, harus update status dulu, boss," akhirnya Nayla pun sibuk mengambil beberapa gambar untuk di jadikan status di sosmed. "Nah, selamat makan."

"Gini, kek, dari tadi," kata Azza langsung menyantap Rameyeon. Begitu pula Lisa dan Nayla yang menyantap Hotpot dan juga Bolgugi.

"Emmm, enak banget makanan disini, gak nyesel kita langganan disini." 

"Hmm, bener banget, mana tempatnya instagrameble banget, pula." 

"Heh! Makan, tuh, diem. Keselek baru tahu rasa lu pada." 

Setelah menghabiskan makanan, mereka pun keluar dari restoran itu. Lisa tak sengaja melihat Sofia sedang berjalan dengan seorang laki-laki. 

Lisa hanya diam memperhatikan dua orang yang ada di seberang jalan. Seketika matanya membulat setelah tahu siapa mereka. Ya, mereka adalah Sofia dan juga laki-laki itu tak lain adalah Bisma. Ya, Bisma, mantan kekasih dari sahabatnya itu sedang duduk berdua di sebuah kafe.

Azza dan Nayla yang merasa anggotanya kurang pun mengedarkan pandangan dan melihat Lisa hanya berdiam diri melihat kedepan, "Heh, Maemunah! Lo gak ikut pulang?" tanya Nayla. 

"Lo berdua lihat disana," tunjuk Lisa menggunakan dagu tanpa menoleh, Nayla dan Azza menoleh kearah yang di tunjuk Lisa. 

**** 

Sinar mentari mulai menyinari, kini Azza sedang bersiap untuk berangkat ke sekolah. Namun, ia tak melihat sang Mama berada di meja makan dan samar-samar ia mendengar suara keributan di luar sana.

"Siapa, sih, masih pagi juga," Azza berjalan keluar rumahnya, dan melihat Erik dan Vina sedang bertengkar. 

"Papa!" bentaknya. "Papa, apaan, sih, gak malu apa di lihat orang?" sambungnya.

Erik yang terlihat emosi pada Vina pun mengakat tangannya dan menunjuk wajah mantan istrinya, "Lihat, Vina, kamu gak bisa didik anak ku dengan benar. Sejak kapan dia berani membentak orang tua seperti tadi?" Azza bingung dengan perkataan Erik. Bagaimana bisa Erik menuduh sang Mama dengan tidak bisa mendidik anak dengan benar.

"Pa, harusnya papa sadar, Azza kayak gini itu karena papa!" 

"Berani kamu, Azza!" Erik mengangkat tangannya dan mendaratkan pada wajah Azza. Sebuah tamparan di pagi menjadi pengganti sarapannya hari ini. 

Azza merasakan pipinya panas, dan juga air mata yang akan jatuh. Ia menahan emosinya, sejak keluarganya pecah, Azza selalu merasa semuanya telah hancur. "Gini, cara papa didik anak?" ucap Azza.

Erik terdiam sejenak, sementar Vina hanya menangis melihat anak kesayangannya di perlakukan seperti itu, "Cukup! Sudah cukup, Erik! Sekarang kamu pergi dari sini, jangan sampai kamu berani lagi menginjakkan kaki mu di rumah ini!" bentak Vina.

"Aku akan ambil anak ku," setelah itu, Erik pergi meninggalkan ibu dan anak yang sedang merasakan syock.

"Kamu gak apa-apa, kan, sayang?" ucap Vina sembari menyisir rambut Azza yang sedikit berantakan. "Kita masuk dulu, yuk, sarapan. Tadi mama udah masakin kesukaan kamu, atau mama bawain buat bekal, sayang?" 

"Gak usah, Azza udah kenyang," dengan cepat Azza masuk kedalam mobilnya dan pergi dari halaman rumahnya. Vina sangat terpukul melihat anaknya menjadi seperti, Vina sangat rindu Azza yang dulu selalu menceritakan segala kejadian yang ada di sekitarnya. Tapi, meskipun begitu Vina sangatlah bersyukur jika sang anak mau menemaninya.

Azza berjalan sendirian di koridor sekolahnya, belum terlalu banyak murid karena jam masih pagi. Azza duduk di sebuah taman dan merenungi kejadian tadi pagi, ia masih tidak habis pikir dengan Erik ayahnya. 

Semenjak papanya mendapatkan keluarga baru, Azza merasa jika Erik kini menjadi orang yang pemarah bahkan papanya tak segan untuk melakukan hal kasar seperti tadi. Dengan enteng Erik menamparnya, padahal dulu papanya adalah seorang yang penyayang dan juga penyabar.

"Za, tumben lo dateng pagi banget," ucap Niko yang tiba dan duduk di sebelahnya. Tak lama Nayla, Iqbal, dan juga Ibra datang. 

Tak mendapat jawaban dari Azza, Niko pun menoleh dan melihat wajah Azza yang terlihat merah, "muka lo, kenapa, Za?" 

Nayla yang baru saja duduk di sebelah Azza pun langsung ikut melihat wajah teman Kesayangannya itu, "Si Erik, lagi?" tanya Ibra. 

Sambil memegang bekas merah di pipi Azza, Nayla merasakan perih di dalam hatinya, "Ini pasti karena si ular zumba sama ular bulu, itu," geramnya. 

"Ih, ku kira salah skincare, lho, kak," ucap Iqbal yang mendapatkan tatapan tajam dari teman-temannya. "Heh, sorry, biar gak tegang, bre," lanjutnya.

"Kita ke UKS, ya, Za, obatin dulu. Pasti perih," ajak Nayla. Namun Azza menolaknya, "Gue gak apa-apa, ntar juga ilang perihnya." ujar Azza.

"Gak, lo harus di obatin. Kalau lo biarin bakalan bengkak itu, Za."

"Ya, bener Nayla, Za. Lo mending ke UKS aja, ntar biar gue ijinin ke bu Rika,"sahut Niko.

Tanpa menunggu jawaban, Nayla langsung menarik tangan Azza dan membawanya ke ruang UKS. Ibra menarik kerah seragam Iqbal yang akan mengikuti Nayla dan Azza, "mau kemana?" 

"Ya, mau jagain Azza, lha, mau apa lagi." 

"Nggak ada masuk kelas, ikut pelajaran," ketus Ibra. 

"Kan, kasihan Azza gak ada yang jagain," protes Iqbal. "Azza udah ada Nayla sama petugas UKS buat jagain." ujar Niko. 

Dengan kepintaran yang di miliki seorang Iqbal, ia membuat sebuah alasan agar tidak ikut masuk pelajaran, "aduh, perut gue mules. Gue butuh toilet, pliss." 

"Hallah, alasan aja lo, Jamal. Cepetan masuk," tanpa basa basi Niko pun menyeret Iqbal untuk masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran. 

Bab terkait

  • Surat dari Azza    4. Masalalu

    "Papa!" gadis kecil itu berlari ke arah seorang pria yang memakai kemeja rapi turun dari sebuah mobil."Anak papa," pria itu merentangkan tangannya untuk memeluk tubuh gadis kecil kesayangannya itu.Terlihat senyum bahagia dari anak kecil itu, "Papa, hari minggu nanti kita jalan-jalan ke kebun binatang, yuk!""Boleh, sayang. Kita jalan-jalan sampai ujung dunia.""Beneran?" gadis itu sangat antusias. Kemudian mereka masuk kedalam rumah dan menuju dapur, terlihat seorang wanita sibuk menyiapkan makan malam."Mama, hari minggu kita jalan-jalan, ya?""Sayang, papa kamu, kan, sibuk, nak," jawab wanita itu sambil mengelus pucuk kepala sang anak."Gak apa-apa, lagian cuma jalan doang. Gak akan bikin capek," kemudian pria itu tertawa pelan melihat ekspresi putri kecilnya menjadi sedih. "Lagian ini buat princesess kita." Lanjutnya.Awalnya semua berjalan dengan indah, sampai gadis

  • Surat dari Azza    5. Ular Zumba

    Hari ini, Azza sedang duduk di sebuah kafe dan sedang menunggu teman-temannya datang. Satu hal menjadi kebiasaannya, berkumpul bersama teman-temannya membuat Azza sedikit melupakan segala masalahnya."Hai, bestie!" sapa Iqbal."Yang lain, mana?""Ada, bentar lagi juga masuk," ucap Iqbal, lalu mengambil tempat duduknya.Tak lama Lisa datang, dan di susul Nayla, lalu Ibra dan Niko. Kali ini mereka hanya berkumpul untuk membahas tempat mereka akan kuliah.Namun, tanpa sengaja Nayla melihat meja di seberangnya. Ia melihat seorang gadis yang seusianya duduk bersama seorang pria."Eh, guys! Ada ulet bulu.""Hah? Mana, aaaaa ... gak mau, mama," teriak Lisa heboh yang membuat beberapa pengunjug kafe menoleh padanya."Ishh, bukan itu maksud gue," kemudian Nayla memutar kepala Lisa ke arah yang di maksud dan di ikuti yang lainnya.Mereka melihat Sofia duduk bersama pria seperti ora

  • Surat dari Azza    6. Kondangan

    Terdengar suara keributan di parkiran kampus tempat Azza kuliah. Beberapa mahasiswa berdatangan, ada yang datang hanya untuk melihat, dan ada juga mahasiswa yang memisah."Udah puas lo hancurin semuanya!""Ini bukan urusan lo, ya, babi!" terdengar kalimat kalimat kotor bernada tinggi. Mereka saling menjambak dan mengakar satu sama lain.Azza yang melihat, mendengar suara yang sepertinya tak asing baginya. Akhirnya ia berlari kearah kerumunan. Matanya melebar, betapa terkejutnya ia melihat sahabatnya bertengkar dengan parasit yang selama ini mengganggu hidupnya."Nay, stop!" ucap Azza sembari mencoba memeluk tubuh sahabatnya itu."Gak! Dia yang udah hancurin lo, Za, gak terima gue!""Eh, lo gak tahu apa-apa, gak usah sok ikut campur urusan orang!" ucap Sofia yang semakin membuat Nayla emosi.Meskipun ini memang bukan urusannya, tapi Nayla sangat sayang pada Azza. "Nay, udah, dia bukan level k

  • Surat dari Azza    7. Kakak Senior

    Saat ini Azza dan Lisa berjalan di koridor kampus."Azza!" panggil seseorang, Azza menoleh ke belakang dan melihat Andra berlari ke arahnya."Iya, kak?""Kamu nanti sore sibuk nggak?""Enggak, kenapa?""Ikut aku, yuk, beli kebutuhan organisasi.""Lisa gak di ajak, kak?" sahut Lisa saat mengatahui hanya Azza yang di ajak."Iya, boleh.""Yes! Oke, nanti sore kita tunggu," bukan Azza yang menjawab namun Lisa. "Oke, nanti kakak kabarin," kemudian setelah itu Andra kembali berjalan meninggalkan mereka."Gila, ganteng banget, ya, kak Andra, Za.""Biasa aja. Udah, ayok gue udah laper ini."Akhirnya mereka pergi ke warung jajanan yang berada tidak jauh dari universitas."Buk, bakso dua yang satu kayak biasa gak pakai ijo-ijo.""Siap, mbak Azza."Azza duduk di dekat pintu, "hari ini panas banget, ya, pada

  • Surat dari Azza    8. Kosong

    Suara ketukan pintu membuat Dinda menoleh dan menampilkan seorang laki-laki tampan dari balik pintu."Apa?""Gak apa-apa," ucapnya masuk kamar Dinda dan merebahkan tubuhnya di kasur."Dek, lo satu kelas sama Azza, kan?" lanjutnya."Hmm, kenapa?""Gak apa-apa, kok." Andra merasa penasaran dengan seorang Azza. Semenjak pertama kali tak sengaja bertemu di toko buku, rasa penasaran itu tumbuh saat tubuh mereka bertabrakan."Dia ..." ucapnya menggantung. "Dia gak pernah cerita apa-apa gitu sama lo?"Dinda menghentikan aktifitasnya dan memajukan kursi belajarnya menghadap sang Kakak yang masih berbaring. "Lo... suka, ya, sama Azza?" tanya Dinda penuh selidik."Kenapa? Itu wajar, kan?" Dinda yang mendengar sebuah kalimat yang sudah lama tak keluar dari mulut Andra pun berbinar meskipun tidak menjawabnya langsung.Ya, semenjak Andra sakit hati karena masalalunya, membuatnya

  • Surat dari Azza    9. Liburan

    Hujan turun deras hari ini, sedang kan Azza masih berada di kampusnya. Ia terus memandangi setiap tetes air hujan yang turun.Merasakan dinginnya cuaca, menikmati suara rintik hujan yang terjatuh di atas atap. Berisik, tapi Azza suka itu. Ia suka hujan.Ya, hujan. Mungkin hanya hujan lah yang tahu dan mengerti bagaimana perasaannya saat itu. Tangannya terulur untuk menyentuh tetesan air hujan yang turun."Kamu suka hujan?" seseorang tiba-tiba datang. Azza perlahan membuka matanya dan menoleh, "Kak Andra.""Tumben jam segini, belum pulang?""Emang, ini kampus punya nenek moyang, kakak?" Andra tertawa kecil, ia merasa nyaman jika bersama Azza."Kalau, iya, kenapa? Sekarang aku mau kamu pulang sekarang.""Ish, apa, sih, kak. Gak lihat lagi hujan apa?""Lha, ini kampus, kan punya nenek moyang ku.""Senior, yang menyebalkan!" gerutu Azza.Hening

  • Surat dari Azza    10. Senja

    "Ya, maaf, Ma, Azza kemarin lupa ketiduran.""Mama khawatir, tahu, takut kamu kenapa-kenapa di jalan," ucap Vina di sebrang sana."Iya, Ma, maaf.""Kamu udah mandi?""Emm... Udah, dong, Mama gak ke Butik?""Iya, ini mama mau berangkat. Ya, udah kamu sarapan dulu nanti kita telfonan lagi.""Okay, Mama jangan lupa sarapan juga, istirahat yang cukup.""Iya, sayang. Love you.""Love you to, Mom."Setelah memutus sambungan telepon, Azza terdiam sejenak. Entah apa yang ia pikirkan."Za, udah selesai?" tanya Nayla menemui Azza yang sedang berada di balkon Villa."Udah.""Kenapa?""Enggak.""Kita ke Bali buat liburan, lho. Jangan sedih, gitu mukanya."Ya, benar. Tujuannya datang ke sini adalah liburan, waktu untuk menenangkan diri dan pikiran.Azza menarik nafasnya panjang, "Ya, oke, gue gak bakalan sedih."

  • Surat dari Azza    11. Mama

    Sinar matahari samar-samar menelisik masuk ke dalam sebuah kamar yang di tempati gadis manis.Terdengar suara erangan dari mulutnya. Ia meregangkan tubuhnya. Lalu ia membuka matanya, menoleh ke kanan dan kiri. Melihat dua sahabat kesayangannya masih tertidur.Seperti biasa, Azza setelah bangun tidur selalu mencari satu benda yang pernah bisa lepas dari hidupnya. Di ambil handphone berlogo sebuah apel dan melihat ke arah layar ponsel.Terdapat banyak notif pesan dan panggilan masuk yang tak terjawab. Telfon itu dari mbak Ida, asisten rumah tangga di rumahnya."Tumben, Mbak Ida telfon banyak banget." Azza mengabaikan itu. Ia pun segera bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Karena kini jam sudah menunjukkan delapan pagi.Setelah ia beres dengan aktifitas paginya. Azza tiba-tiba merasa gelisah. Entah mengapa ia memikirkan panggilan dari Mbak Ida.Ia pun memutuskan untuk kembali menelfon

Bab terbaru

  • Surat dari Azza    11. Mama

    Sinar matahari samar-samar menelisik masuk ke dalam sebuah kamar yang di tempati gadis manis.Terdengar suara erangan dari mulutnya. Ia meregangkan tubuhnya. Lalu ia membuka matanya, menoleh ke kanan dan kiri. Melihat dua sahabat kesayangannya masih tertidur.Seperti biasa, Azza setelah bangun tidur selalu mencari satu benda yang pernah bisa lepas dari hidupnya. Di ambil handphone berlogo sebuah apel dan melihat ke arah layar ponsel.Terdapat banyak notif pesan dan panggilan masuk yang tak terjawab. Telfon itu dari mbak Ida, asisten rumah tangga di rumahnya."Tumben, Mbak Ida telfon banyak banget." Azza mengabaikan itu. Ia pun segera bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Karena kini jam sudah menunjukkan delapan pagi.Setelah ia beres dengan aktifitas paginya. Azza tiba-tiba merasa gelisah. Entah mengapa ia memikirkan panggilan dari Mbak Ida.Ia pun memutuskan untuk kembali menelfon

  • Surat dari Azza    10. Senja

    "Ya, maaf, Ma, Azza kemarin lupa ketiduran.""Mama khawatir, tahu, takut kamu kenapa-kenapa di jalan," ucap Vina di sebrang sana."Iya, Ma, maaf.""Kamu udah mandi?""Emm... Udah, dong, Mama gak ke Butik?""Iya, ini mama mau berangkat. Ya, udah kamu sarapan dulu nanti kita telfonan lagi.""Okay, Mama jangan lupa sarapan juga, istirahat yang cukup.""Iya, sayang. Love you.""Love you to, Mom."Setelah memutus sambungan telepon, Azza terdiam sejenak. Entah apa yang ia pikirkan."Za, udah selesai?" tanya Nayla menemui Azza yang sedang berada di balkon Villa."Udah.""Kenapa?""Enggak.""Kita ke Bali buat liburan, lho. Jangan sedih, gitu mukanya."Ya, benar. Tujuannya datang ke sini adalah liburan, waktu untuk menenangkan diri dan pikiran.Azza menarik nafasnya panjang, "Ya, oke, gue gak bakalan sedih."

  • Surat dari Azza    9. Liburan

    Hujan turun deras hari ini, sedang kan Azza masih berada di kampusnya. Ia terus memandangi setiap tetes air hujan yang turun.Merasakan dinginnya cuaca, menikmati suara rintik hujan yang terjatuh di atas atap. Berisik, tapi Azza suka itu. Ia suka hujan.Ya, hujan. Mungkin hanya hujan lah yang tahu dan mengerti bagaimana perasaannya saat itu. Tangannya terulur untuk menyentuh tetesan air hujan yang turun."Kamu suka hujan?" seseorang tiba-tiba datang. Azza perlahan membuka matanya dan menoleh, "Kak Andra.""Tumben jam segini, belum pulang?""Emang, ini kampus punya nenek moyang, kakak?" Andra tertawa kecil, ia merasa nyaman jika bersama Azza."Kalau, iya, kenapa? Sekarang aku mau kamu pulang sekarang.""Ish, apa, sih, kak. Gak lihat lagi hujan apa?""Lha, ini kampus, kan punya nenek moyang ku.""Senior, yang menyebalkan!" gerutu Azza.Hening

  • Surat dari Azza    8. Kosong

    Suara ketukan pintu membuat Dinda menoleh dan menampilkan seorang laki-laki tampan dari balik pintu."Apa?""Gak apa-apa," ucapnya masuk kamar Dinda dan merebahkan tubuhnya di kasur."Dek, lo satu kelas sama Azza, kan?" lanjutnya."Hmm, kenapa?""Gak apa-apa, kok." Andra merasa penasaran dengan seorang Azza. Semenjak pertama kali tak sengaja bertemu di toko buku, rasa penasaran itu tumbuh saat tubuh mereka bertabrakan."Dia ..." ucapnya menggantung. "Dia gak pernah cerita apa-apa gitu sama lo?"Dinda menghentikan aktifitasnya dan memajukan kursi belajarnya menghadap sang Kakak yang masih berbaring. "Lo... suka, ya, sama Azza?" tanya Dinda penuh selidik."Kenapa? Itu wajar, kan?" Dinda yang mendengar sebuah kalimat yang sudah lama tak keluar dari mulut Andra pun berbinar meskipun tidak menjawabnya langsung.Ya, semenjak Andra sakit hati karena masalalunya, membuatnya

  • Surat dari Azza    7. Kakak Senior

    Saat ini Azza dan Lisa berjalan di koridor kampus."Azza!" panggil seseorang, Azza menoleh ke belakang dan melihat Andra berlari ke arahnya."Iya, kak?""Kamu nanti sore sibuk nggak?""Enggak, kenapa?""Ikut aku, yuk, beli kebutuhan organisasi.""Lisa gak di ajak, kak?" sahut Lisa saat mengatahui hanya Azza yang di ajak."Iya, boleh.""Yes! Oke, nanti sore kita tunggu," bukan Azza yang menjawab namun Lisa. "Oke, nanti kakak kabarin," kemudian setelah itu Andra kembali berjalan meninggalkan mereka."Gila, ganteng banget, ya, kak Andra, Za.""Biasa aja. Udah, ayok gue udah laper ini."Akhirnya mereka pergi ke warung jajanan yang berada tidak jauh dari universitas."Buk, bakso dua yang satu kayak biasa gak pakai ijo-ijo.""Siap, mbak Azza."Azza duduk di dekat pintu, "hari ini panas banget, ya, pada

  • Surat dari Azza    6. Kondangan

    Terdengar suara keributan di parkiran kampus tempat Azza kuliah. Beberapa mahasiswa berdatangan, ada yang datang hanya untuk melihat, dan ada juga mahasiswa yang memisah."Udah puas lo hancurin semuanya!""Ini bukan urusan lo, ya, babi!" terdengar kalimat kalimat kotor bernada tinggi. Mereka saling menjambak dan mengakar satu sama lain.Azza yang melihat, mendengar suara yang sepertinya tak asing baginya. Akhirnya ia berlari kearah kerumunan. Matanya melebar, betapa terkejutnya ia melihat sahabatnya bertengkar dengan parasit yang selama ini mengganggu hidupnya."Nay, stop!" ucap Azza sembari mencoba memeluk tubuh sahabatnya itu."Gak! Dia yang udah hancurin lo, Za, gak terima gue!""Eh, lo gak tahu apa-apa, gak usah sok ikut campur urusan orang!" ucap Sofia yang semakin membuat Nayla emosi.Meskipun ini memang bukan urusannya, tapi Nayla sangat sayang pada Azza. "Nay, udah, dia bukan level k

  • Surat dari Azza    5. Ular Zumba

    Hari ini, Azza sedang duduk di sebuah kafe dan sedang menunggu teman-temannya datang. Satu hal menjadi kebiasaannya, berkumpul bersama teman-temannya membuat Azza sedikit melupakan segala masalahnya."Hai, bestie!" sapa Iqbal."Yang lain, mana?""Ada, bentar lagi juga masuk," ucap Iqbal, lalu mengambil tempat duduknya.Tak lama Lisa datang, dan di susul Nayla, lalu Ibra dan Niko. Kali ini mereka hanya berkumpul untuk membahas tempat mereka akan kuliah.Namun, tanpa sengaja Nayla melihat meja di seberangnya. Ia melihat seorang gadis yang seusianya duduk bersama seorang pria."Eh, guys! Ada ulet bulu.""Hah? Mana, aaaaa ... gak mau, mama," teriak Lisa heboh yang membuat beberapa pengunjug kafe menoleh padanya."Ishh, bukan itu maksud gue," kemudian Nayla memutar kepala Lisa ke arah yang di maksud dan di ikuti yang lainnya.Mereka melihat Sofia duduk bersama pria seperti ora

  • Surat dari Azza    4. Masalalu

    "Papa!" gadis kecil itu berlari ke arah seorang pria yang memakai kemeja rapi turun dari sebuah mobil."Anak papa," pria itu merentangkan tangannya untuk memeluk tubuh gadis kecil kesayangannya itu.Terlihat senyum bahagia dari anak kecil itu, "Papa, hari minggu nanti kita jalan-jalan ke kebun binatang, yuk!""Boleh, sayang. Kita jalan-jalan sampai ujung dunia.""Beneran?" gadis itu sangat antusias. Kemudian mereka masuk kedalam rumah dan menuju dapur, terlihat seorang wanita sibuk menyiapkan makan malam."Mama, hari minggu kita jalan-jalan, ya?""Sayang, papa kamu, kan, sibuk, nak," jawab wanita itu sambil mengelus pucuk kepala sang anak."Gak apa-apa, lagian cuma jalan doang. Gak akan bikin capek," kemudian pria itu tertawa pelan melihat ekspresi putri kecilnya menjadi sedih. "Lagian ini buat princesess kita." Lanjutnya.Awalnya semua berjalan dengan indah, sampai gadis

  • Surat dari Azza    3. Minggu

    Hari ini Nayla dan Lisa sedang berada di rumah Azza , hari minggu adalah hari untuk bermalas-malasan bagi trio siput. Nayla yang sibuk memakai masker wajahnya dan Lisa yang sibuk dengan ponselnya, lalu dimana Azza? Ia hanya rebahkan tubuhnya di kasur sambil menonton kartun kesukaannya yaitu spongebob.Lisa menghela nafasnya, "Hah... Bosen banget, anjir."Nayla yang tampak menepuk-nepuk maskernya untuk memastikan apakah sudah benar-benar kering."Keluar, yuk, cari makan," ajak Azza."Gak mau, diluar so hot!" ujar Nayla setelah membersihkan masker wajahnya."Yaelah, lagian kita keluar pakai mobil kali, mbak.""Lis, lo gak lihat apa tanaman di luar aja sampai layu karena pemanasan global yang berlebihan ini.""Hillih! Drama banget lo, cocok banget jadi artis sinetron azab!""Lo jahat banget, Lis," ucap Nayla mengdramatisir."Ah, banyak cincong lo berdua," Azza langsung berdiri mengambil jaket

DMCA.com Protection Status