"Izzi, li limi bingit, dih," ucap Azza yang menirukan kalimat Nayla. "Lagian cuma lima menit doang lama. Apakabar lo yang nunggu balesan chat dari doi."
"Ya ampun, gitu aja ngambek sayang ku," Nayla mencoba menggoda Azza yang mulai kesal padanya.
"Jangan sentuh aku, om. Aku masih smp," setelah itu Azza langsung berlari ke dalam mobil dan pergi dari halaman rumahnya.
Saat ini Azza dan teman-temannya sedang berada di sebuah kafe. Ya, hanya bertemu kangen, karena kesibukan sebagai siswa kelas akhir.
"Eh, guys, tahu gak? Ternyata, si Fara udah tekdung duluan," ucap Nayla heboh menyampaikan sebuah berita yang menggemparkan jagad SMA Bimantara.
"Serius?" Iqbal mendengar berita itu pun melotot kaget.
"Ya, menurut lo?"
"Lo tahu dari mana, Nay?" tanya Ibra.
"Heh, lo lupa? Fara kan tetangga gue."
"Terus, bapaknya siapa, jeng?" tanya Iqbal sambil menirukan gaya berbicara ibu-ibu arisan, dan gibah pun di mulai.
Setelah puas bertemu, akhirnya mereka berpamitan pulang.
"Eh, Za, ikut gue ke toko buku dong," ucap Nayla, saat mereka masih berada di parkiran kafe.
"Gak dari tadi, sih, lo."
"Elah, gitu aja ngegas, udah ayo keburu malem ntar."
Tanpa menjawab, Azza pun masuk ke dalam mobil. Setelah lima belas menit perjalanan akhirnya mereka sampai.
"Lo keliling aja dulu, Za. Gue mau cari bukunya masih ada atau enggak."
"Hmm," kemudian Azza melihat buku yang tertata rapi di rak.
Hingga Azza menemukan sebuah buku yang menarik rasa perhatiannya. Ia mengambil buku itu dan berjalan mencari Nayla.
Saat mencari Nayla, Azza tak sengaja menabrak seseorang hingga membuat buku yang mereka bawa terjatuh.
"Eh, sorry," ucap Azza segera mengambil buku-buku yang terjatuh. Di saat bersamaan, orang tersebut juga berjongkok dan mengambil bukunya. "Gak apa-apa." ucap pria itu dan kembali berdiri.
Hening sejenak. Laki-laki itu mengamati wajah Azza yang menurutnya sangat manis. Ya, Azza memang lah gadis yang manis. Hei! ayo lah, laki-laki itu belum tahu jika Azza adalah gadis manis yang menyebalkan bagi siapapun yang mengenalnya.
****Pagi yang cerah untuk manusia yang hobi rebahan. Ya, pagi ini SMA Bimantara sedang mengadakan acara lomba dimana setiap kelas akan menujukkan kekompakan tiap kelasnya.Kini Azza sedang duduk di tribun lapangan, dan tak lupa para sahabatnya yang seperti perangko.
"Eh, Za, ada Bisma tuh, gila ... dia ganteng banget, ya," ucap Iqbal sambil bertopang dagu berniat menggoda Azza.
"Heh, sejak kapan lo belok, Bal?" tanya Nayla.
"Jangan sekate-kate, ya, lo Agus. Gue gini-gini masih normal, lo gak lihat cecan se Bimantara pada suka sama gue."
Sementara Azza menoleh melihat dimana Bisma berada. Saat ini Bisma sedang bermain sepak bola bersama timnya melawan tim kelas XI. Tanpa sengaja pandangan mereka bertemu, dan Azza langsung menoleh kearah lain agar tidak di kira masih berharap pada sang mantan. Semantara Bisma tersenyum manis kepadanya.
"Hai, baby," sapa Bisma saat melihat Azza duduk sendirian di kantin. Bisma langsung mengambil tempat duduk di sebelah Azza.
"Lo ngapain, sih, disini," ucap Azza kesal, mengapa ia selalu bertemu dengan Bisma yang sekarang menjadi mantannya.
"Emang ini kantin punya bapak lo?" Azza tak menjawab pertanyaan dari Bisma.
"Widih, ada yang clbk, nih," ucap Ibra.
"Ekhem, saya mencium aroma-aroma bucin," ucap Iqbal yang sambil menghirup udara menirukan salah satu artis tv.
"Apaan, sih, jangan ngadi ngadi, deh,"
"Udah, lha, Za, kita itu emang cocok jadi pasangan serasi," goda Bisma.
"Eh, Bisma, gue kasih tahu, ya, Azza belum bisa move on dari lo," ucap Niko. Mungkin ini azab untuk Azza yang sering kali menggoda teman-temannya.
Azza hanya diam tak menanggapi godaan dari teman-temannya.
Setelah semua perlombaan selesai, kini para murid membersihkan kelas masing-masing dan alat sisa lomba. Bisma yang seperti perangko dan surat, selalu mengikuti kemana pun Azza pergi.
"Lo ngapain, sih, ngikutin gue mulu," kesal Azza. Bisma hanya menggaruk kepalanya tidak gatal dan menunjukkan deretan giginya yang rapi.
Di rasa semua sudah selesai, sedikit demi sedikit para murid keluar dari pekarangan sekolah. Azza yang sedang berjalan menuju parkiran sendirian, melihat seseorang orang yang tak asing baginya. Ia menyipitkan matanya untuk memperjelas pandangannya.
Seketika mata Azza membulat. Ia tahu betul siapa orang di seberang sana. Namun Azza mencoba menahan emosinya dan tidak memperdulikannya.
Tiba-tiba sebuah tangan menahannya saat ia akan membuka pintu mobil. Azza tahu siapa, Azza pun sudah menebaknya, dengan wajah datar ia membalikkan badannya menghadap seseorang yang berani menyentuhnya. "Udah gue bilang jangan nyentuh gue," ujarnya.
"Gue tahu lo tadi lihat gue berdiri disana, kenapa lo gak nyapa gue?" ketus perempuan itu, "hmm ... atau lo buta?" lanjutnya dengan ekspresi mengejek.
"Hh ... Emang lo, siapa?" ucap Azza sambil menunjukkan senyum remeh.
Perempuan itu, tak lain adalah saudari tiri Azza yang bernama Sofia. Ya, ia memiliki saudara setelah sang ayah Erik menikah lagi dengan perempuan lain dan mengkhianati Mamanya. Azza masih ingat betul bagaimana parasit itu masuk dalam kehidupannya.
Jika orang lain pikir Azza adalah gadis yang ceria, maka itu salah. Azza sengaja menutupi itu semua agar ia tidak terlihat lemah di depan orang lain, belum lagi satu hal yang semua orang tidak akan pernah tahu.
"Gue denger cowok gue sekolah disini, jadi gue kesini mau jemput dia sekaligus mau kenalin sama lo."
"Apa gue perduli?"
"Lo yakin gak perduli?" kata Sofia sambil melipat kedua tangannya dan bersender pada pintu mobil Azza. Azza yang muak pun mendorong tubuh kurus Sofia hingga sedikit tersungkur.
Sofia yang kaget dengan perlakuan Azza, mengancam akan mengadu kepada ayahnya. "Awas, lo bajingan!"
Azza yang mendengar itu pun hanya menatapnya malas lalu masuk kedalam mobil dan membuka kaca lalu mengacungkan jari tengahnya yang membuat Sofia mengumpat.
"Akhh! Awas aja lo, Azza!" Teriaknya hingga membuat beberapa siswa yang berjalan keluar sekolah menatap aneh pada Sofia.
****Seorang laki-laki sedang duduk di balkon kamarnya dengan beberapa laki-laki lain di dalam kamar yang sedang berkumpul ala-ala party.Laki-laki bertubuh kurus itu sedang memandang langit malam yang di hiasi bulan dan bintang. Terukir senyuman di wajahnya, ia seperti mengingat suatu hal yang belum pernah ia rasakan setelah sekian lama menghilang dalam hidupnya.
"Woi! Senyum-senyum, udah gila, lo?" ujar teman dari laki-laki itu.
Datang lah seorang lagi ikut nimbrung, "tahu, si Andra lagi kasmaran kali," ucap Panji.
"Apaan, sih," ucap Andra.
"Hallah, udah, lah, bro. Lo lupa? Kita udah jadi pren sejak masih rahim," sahut Novan.
"Bro, gue seneng kalau lo udah bisa jatuh cinta lagi."
"Jatuh cinta apaan, sih, lu pada. Halu!"
"Heh, gue tuh pakarnya jatuh cinta, bre. Mana mungkin salah, iya, gak?" tanya Novan kepada Panji.
"Yeu ... Lo, tuh, buaya darat ekor sembilan. Sadar diri ngapa," Panji mengingatkan predikat yang sudah melekat dalam jiwa temannya itu sebagai playboy.
"Heh, gue masih mending, daripada lo, setan."
Di bilang setan Panji pun tak terima dan meminta kejelasan, "apaan lo, setan?"
"Lha, lo kan hobi banget bikin nyaman terus tiba-tiba ngilang," jelas Novan.
"Wah, belum pernah di tenggelemin di sungai A****n, nih, bocah." Panji berdiri dan berjalan menuju Novan, "sini, lo buaya!"
"Apa lo, apa? Gelud? Ayo, gue jabanin," tantang Novan yang siap dengan gerakan silat.
Andra yang lelah selalu melihat dua temannya itu hanya menggelengkan kepala. Tak lama seorang lagi datang dengan suara yang menggelegar, "hai, everybody! Pangeran Fani Putra Aditama kembali dengan membawakan kalian makanan."
Novan dan Panji yang tadi sibuk dengan dunia mereka pun seketika berhenti dan berjalan kearah Fani.
"Oke, kita isi energi. Habis itu kita lanjut," ucap Novan.
"Oke, siapa takut," tantang Panji dan langsung melahap makanan.
Tak melihat Andra, Fani pun menanyakan kepada dua temannya itu, "Si Andra mana?"
"Ada, tuh, di balkon," jawab Panji. "Lagi jatuh cinta dia," sahut Novan sambil mengunyah makanan.
Fani pun datang menghampiri Andra yang duduk di pinggiran balkon sambil menatap langit malam, "Heh, babi! Makan, jangan makan cinta lu, gue gak mau lo mati dulu sebelum skripsi selesai."
"Lo makan aja, gue kenyang."
"Kenyang? Makan daun lo? Ah, terserah, masuk ke dalem, gak etis banget seorang Andra yang tampan masuk angin."
Tak menjawab perintah dari Fani, Andra hanya tersenyum dan kembali melihat bintang-bintang di langit.
Hari ini Nayla dan Lisa sedang berada di rumah Azza , hari minggu adalah hari untuk bermalas-malasan bagi trio siput. Nayla yang sibuk memakai masker wajahnya dan Lisa yang sibuk dengan ponselnya, lalu dimana Azza? Ia hanya rebahkan tubuhnya di kasur sambil menonton kartun kesukaannya yaitu spongebob.Lisa menghela nafasnya, "Hah... Bosen banget, anjir."Nayla yang tampak menepuk-nepuk maskernya untuk memastikan apakah sudah benar-benar kering."Keluar, yuk, cari makan," ajak Azza."Gak mau, diluar so hot!" ujar Nayla setelah membersihkan masker wajahnya."Yaelah, lagian kita keluar pakai mobil kali, mbak.""Lis, lo gak lihat apa tanaman di luar aja sampai layu karena pemanasan global yang berlebihan ini.""Hillih! Drama banget lo, cocok banget jadi artis sinetron azab!""Lo jahat banget, Lis," ucap Nayla mengdramatisir."Ah, banyak cincong lo berdua," Azza langsung berdiri mengambil jaket
"Papa!" gadis kecil itu berlari ke arah seorang pria yang memakai kemeja rapi turun dari sebuah mobil."Anak papa," pria itu merentangkan tangannya untuk memeluk tubuh gadis kecil kesayangannya itu.Terlihat senyum bahagia dari anak kecil itu, "Papa, hari minggu nanti kita jalan-jalan ke kebun binatang, yuk!""Boleh, sayang. Kita jalan-jalan sampai ujung dunia.""Beneran?" gadis itu sangat antusias. Kemudian mereka masuk kedalam rumah dan menuju dapur, terlihat seorang wanita sibuk menyiapkan makan malam."Mama, hari minggu kita jalan-jalan, ya?""Sayang, papa kamu, kan, sibuk, nak," jawab wanita itu sambil mengelus pucuk kepala sang anak."Gak apa-apa, lagian cuma jalan doang. Gak akan bikin capek," kemudian pria itu tertawa pelan melihat ekspresi putri kecilnya menjadi sedih. "Lagian ini buat princesess kita." Lanjutnya.Awalnya semua berjalan dengan indah, sampai gadis
Hari ini, Azza sedang duduk di sebuah kafe dan sedang menunggu teman-temannya datang. Satu hal menjadi kebiasaannya, berkumpul bersama teman-temannya membuat Azza sedikit melupakan segala masalahnya."Hai, bestie!" sapa Iqbal."Yang lain, mana?""Ada, bentar lagi juga masuk," ucap Iqbal, lalu mengambil tempat duduknya.Tak lama Lisa datang, dan di susul Nayla, lalu Ibra dan Niko. Kali ini mereka hanya berkumpul untuk membahas tempat mereka akan kuliah.Namun, tanpa sengaja Nayla melihat meja di seberangnya. Ia melihat seorang gadis yang seusianya duduk bersama seorang pria."Eh, guys! Ada ulet bulu.""Hah? Mana, aaaaa ... gak mau, mama," teriak Lisa heboh yang membuat beberapa pengunjug kafe menoleh padanya."Ishh, bukan itu maksud gue," kemudian Nayla memutar kepala Lisa ke arah yang di maksud dan di ikuti yang lainnya.Mereka melihat Sofia duduk bersama pria seperti ora
Terdengar suara keributan di parkiran kampus tempat Azza kuliah. Beberapa mahasiswa berdatangan, ada yang datang hanya untuk melihat, dan ada juga mahasiswa yang memisah."Udah puas lo hancurin semuanya!""Ini bukan urusan lo, ya, babi!" terdengar kalimat kalimat kotor bernada tinggi. Mereka saling menjambak dan mengakar satu sama lain.Azza yang melihat, mendengar suara yang sepertinya tak asing baginya. Akhirnya ia berlari kearah kerumunan. Matanya melebar, betapa terkejutnya ia melihat sahabatnya bertengkar dengan parasit yang selama ini mengganggu hidupnya."Nay, stop!" ucap Azza sembari mencoba memeluk tubuh sahabatnya itu."Gak! Dia yang udah hancurin lo, Za, gak terima gue!""Eh, lo gak tahu apa-apa, gak usah sok ikut campur urusan orang!" ucap Sofia yang semakin membuat Nayla emosi.Meskipun ini memang bukan urusannya, tapi Nayla sangat sayang pada Azza. "Nay, udah, dia bukan level k
Saat ini Azza dan Lisa berjalan di koridor kampus."Azza!" panggil seseorang, Azza menoleh ke belakang dan melihat Andra berlari ke arahnya."Iya, kak?""Kamu nanti sore sibuk nggak?""Enggak, kenapa?""Ikut aku, yuk, beli kebutuhan organisasi.""Lisa gak di ajak, kak?" sahut Lisa saat mengatahui hanya Azza yang di ajak."Iya, boleh.""Yes! Oke, nanti sore kita tunggu," bukan Azza yang menjawab namun Lisa. "Oke, nanti kakak kabarin," kemudian setelah itu Andra kembali berjalan meninggalkan mereka."Gila, ganteng banget, ya, kak Andra, Za.""Biasa aja. Udah, ayok gue udah laper ini."Akhirnya mereka pergi ke warung jajanan yang berada tidak jauh dari universitas."Buk, bakso dua yang satu kayak biasa gak pakai ijo-ijo.""Siap, mbak Azza."Azza duduk di dekat pintu, "hari ini panas banget, ya, pada
Suara ketukan pintu membuat Dinda menoleh dan menampilkan seorang laki-laki tampan dari balik pintu."Apa?""Gak apa-apa," ucapnya masuk kamar Dinda dan merebahkan tubuhnya di kasur."Dek, lo satu kelas sama Azza, kan?" lanjutnya."Hmm, kenapa?""Gak apa-apa, kok." Andra merasa penasaran dengan seorang Azza. Semenjak pertama kali tak sengaja bertemu di toko buku, rasa penasaran itu tumbuh saat tubuh mereka bertabrakan."Dia ..." ucapnya menggantung. "Dia gak pernah cerita apa-apa gitu sama lo?"Dinda menghentikan aktifitasnya dan memajukan kursi belajarnya menghadap sang Kakak yang masih berbaring. "Lo... suka, ya, sama Azza?" tanya Dinda penuh selidik."Kenapa? Itu wajar, kan?" Dinda yang mendengar sebuah kalimat yang sudah lama tak keluar dari mulut Andra pun berbinar meskipun tidak menjawabnya langsung.Ya, semenjak Andra sakit hati karena masalalunya, membuatnya
Hujan turun deras hari ini, sedang kan Azza masih berada di kampusnya. Ia terus memandangi setiap tetes air hujan yang turun.Merasakan dinginnya cuaca, menikmati suara rintik hujan yang terjatuh di atas atap. Berisik, tapi Azza suka itu. Ia suka hujan.Ya, hujan. Mungkin hanya hujan lah yang tahu dan mengerti bagaimana perasaannya saat itu. Tangannya terulur untuk menyentuh tetesan air hujan yang turun."Kamu suka hujan?" seseorang tiba-tiba datang. Azza perlahan membuka matanya dan menoleh, "Kak Andra.""Tumben jam segini, belum pulang?""Emang, ini kampus punya nenek moyang, kakak?" Andra tertawa kecil, ia merasa nyaman jika bersama Azza."Kalau, iya, kenapa? Sekarang aku mau kamu pulang sekarang.""Ish, apa, sih, kak. Gak lihat lagi hujan apa?""Lha, ini kampus, kan punya nenek moyang ku.""Senior, yang menyebalkan!" gerutu Azza.Hening
"Ya, maaf, Ma, Azza kemarin lupa ketiduran.""Mama khawatir, tahu, takut kamu kenapa-kenapa di jalan," ucap Vina di sebrang sana."Iya, Ma, maaf.""Kamu udah mandi?""Emm... Udah, dong, Mama gak ke Butik?""Iya, ini mama mau berangkat. Ya, udah kamu sarapan dulu nanti kita telfonan lagi.""Okay, Mama jangan lupa sarapan juga, istirahat yang cukup.""Iya, sayang. Love you.""Love you to, Mom."Setelah memutus sambungan telepon, Azza terdiam sejenak. Entah apa yang ia pikirkan."Za, udah selesai?" tanya Nayla menemui Azza yang sedang berada di balkon Villa."Udah.""Kenapa?""Enggak.""Kita ke Bali buat liburan, lho. Jangan sedih, gitu mukanya."Ya, benar. Tujuannya datang ke sini adalah liburan, waktu untuk menenangkan diri dan pikiran.Azza menarik nafasnya panjang, "Ya, oke, gue gak bakalan sedih."
Sinar matahari samar-samar menelisik masuk ke dalam sebuah kamar yang di tempati gadis manis.Terdengar suara erangan dari mulutnya. Ia meregangkan tubuhnya. Lalu ia membuka matanya, menoleh ke kanan dan kiri. Melihat dua sahabat kesayangannya masih tertidur.Seperti biasa, Azza setelah bangun tidur selalu mencari satu benda yang pernah bisa lepas dari hidupnya. Di ambil handphone berlogo sebuah apel dan melihat ke arah layar ponsel.Terdapat banyak notif pesan dan panggilan masuk yang tak terjawab. Telfon itu dari mbak Ida, asisten rumah tangga di rumahnya."Tumben, Mbak Ida telfon banyak banget." Azza mengabaikan itu. Ia pun segera bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Karena kini jam sudah menunjukkan delapan pagi.Setelah ia beres dengan aktifitas paginya. Azza tiba-tiba merasa gelisah. Entah mengapa ia memikirkan panggilan dari Mbak Ida.Ia pun memutuskan untuk kembali menelfon
"Ya, maaf, Ma, Azza kemarin lupa ketiduran.""Mama khawatir, tahu, takut kamu kenapa-kenapa di jalan," ucap Vina di sebrang sana."Iya, Ma, maaf.""Kamu udah mandi?""Emm... Udah, dong, Mama gak ke Butik?""Iya, ini mama mau berangkat. Ya, udah kamu sarapan dulu nanti kita telfonan lagi.""Okay, Mama jangan lupa sarapan juga, istirahat yang cukup.""Iya, sayang. Love you.""Love you to, Mom."Setelah memutus sambungan telepon, Azza terdiam sejenak. Entah apa yang ia pikirkan."Za, udah selesai?" tanya Nayla menemui Azza yang sedang berada di balkon Villa."Udah.""Kenapa?""Enggak.""Kita ke Bali buat liburan, lho. Jangan sedih, gitu mukanya."Ya, benar. Tujuannya datang ke sini adalah liburan, waktu untuk menenangkan diri dan pikiran.Azza menarik nafasnya panjang, "Ya, oke, gue gak bakalan sedih."
Hujan turun deras hari ini, sedang kan Azza masih berada di kampusnya. Ia terus memandangi setiap tetes air hujan yang turun.Merasakan dinginnya cuaca, menikmati suara rintik hujan yang terjatuh di atas atap. Berisik, tapi Azza suka itu. Ia suka hujan.Ya, hujan. Mungkin hanya hujan lah yang tahu dan mengerti bagaimana perasaannya saat itu. Tangannya terulur untuk menyentuh tetesan air hujan yang turun."Kamu suka hujan?" seseorang tiba-tiba datang. Azza perlahan membuka matanya dan menoleh, "Kak Andra.""Tumben jam segini, belum pulang?""Emang, ini kampus punya nenek moyang, kakak?" Andra tertawa kecil, ia merasa nyaman jika bersama Azza."Kalau, iya, kenapa? Sekarang aku mau kamu pulang sekarang.""Ish, apa, sih, kak. Gak lihat lagi hujan apa?""Lha, ini kampus, kan punya nenek moyang ku.""Senior, yang menyebalkan!" gerutu Azza.Hening
Suara ketukan pintu membuat Dinda menoleh dan menampilkan seorang laki-laki tampan dari balik pintu."Apa?""Gak apa-apa," ucapnya masuk kamar Dinda dan merebahkan tubuhnya di kasur."Dek, lo satu kelas sama Azza, kan?" lanjutnya."Hmm, kenapa?""Gak apa-apa, kok." Andra merasa penasaran dengan seorang Azza. Semenjak pertama kali tak sengaja bertemu di toko buku, rasa penasaran itu tumbuh saat tubuh mereka bertabrakan."Dia ..." ucapnya menggantung. "Dia gak pernah cerita apa-apa gitu sama lo?"Dinda menghentikan aktifitasnya dan memajukan kursi belajarnya menghadap sang Kakak yang masih berbaring. "Lo... suka, ya, sama Azza?" tanya Dinda penuh selidik."Kenapa? Itu wajar, kan?" Dinda yang mendengar sebuah kalimat yang sudah lama tak keluar dari mulut Andra pun berbinar meskipun tidak menjawabnya langsung.Ya, semenjak Andra sakit hati karena masalalunya, membuatnya
Saat ini Azza dan Lisa berjalan di koridor kampus."Azza!" panggil seseorang, Azza menoleh ke belakang dan melihat Andra berlari ke arahnya."Iya, kak?""Kamu nanti sore sibuk nggak?""Enggak, kenapa?""Ikut aku, yuk, beli kebutuhan organisasi.""Lisa gak di ajak, kak?" sahut Lisa saat mengatahui hanya Azza yang di ajak."Iya, boleh.""Yes! Oke, nanti sore kita tunggu," bukan Azza yang menjawab namun Lisa. "Oke, nanti kakak kabarin," kemudian setelah itu Andra kembali berjalan meninggalkan mereka."Gila, ganteng banget, ya, kak Andra, Za.""Biasa aja. Udah, ayok gue udah laper ini."Akhirnya mereka pergi ke warung jajanan yang berada tidak jauh dari universitas."Buk, bakso dua yang satu kayak biasa gak pakai ijo-ijo.""Siap, mbak Azza."Azza duduk di dekat pintu, "hari ini panas banget, ya, pada
Terdengar suara keributan di parkiran kampus tempat Azza kuliah. Beberapa mahasiswa berdatangan, ada yang datang hanya untuk melihat, dan ada juga mahasiswa yang memisah."Udah puas lo hancurin semuanya!""Ini bukan urusan lo, ya, babi!" terdengar kalimat kalimat kotor bernada tinggi. Mereka saling menjambak dan mengakar satu sama lain.Azza yang melihat, mendengar suara yang sepertinya tak asing baginya. Akhirnya ia berlari kearah kerumunan. Matanya melebar, betapa terkejutnya ia melihat sahabatnya bertengkar dengan parasit yang selama ini mengganggu hidupnya."Nay, stop!" ucap Azza sembari mencoba memeluk tubuh sahabatnya itu."Gak! Dia yang udah hancurin lo, Za, gak terima gue!""Eh, lo gak tahu apa-apa, gak usah sok ikut campur urusan orang!" ucap Sofia yang semakin membuat Nayla emosi.Meskipun ini memang bukan urusannya, tapi Nayla sangat sayang pada Azza. "Nay, udah, dia bukan level k
Hari ini, Azza sedang duduk di sebuah kafe dan sedang menunggu teman-temannya datang. Satu hal menjadi kebiasaannya, berkumpul bersama teman-temannya membuat Azza sedikit melupakan segala masalahnya."Hai, bestie!" sapa Iqbal."Yang lain, mana?""Ada, bentar lagi juga masuk," ucap Iqbal, lalu mengambil tempat duduknya.Tak lama Lisa datang, dan di susul Nayla, lalu Ibra dan Niko. Kali ini mereka hanya berkumpul untuk membahas tempat mereka akan kuliah.Namun, tanpa sengaja Nayla melihat meja di seberangnya. Ia melihat seorang gadis yang seusianya duduk bersama seorang pria."Eh, guys! Ada ulet bulu.""Hah? Mana, aaaaa ... gak mau, mama," teriak Lisa heboh yang membuat beberapa pengunjug kafe menoleh padanya."Ishh, bukan itu maksud gue," kemudian Nayla memutar kepala Lisa ke arah yang di maksud dan di ikuti yang lainnya.Mereka melihat Sofia duduk bersama pria seperti ora
"Papa!" gadis kecil itu berlari ke arah seorang pria yang memakai kemeja rapi turun dari sebuah mobil."Anak papa," pria itu merentangkan tangannya untuk memeluk tubuh gadis kecil kesayangannya itu.Terlihat senyum bahagia dari anak kecil itu, "Papa, hari minggu nanti kita jalan-jalan ke kebun binatang, yuk!""Boleh, sayang. Kita jalan-jalan sampai ujung dunia.""Beneran?" gadis itu sangat antusias. Kemudian mereka masuk kedalam rumah dan menuju dapur, terlihat seorang wanita sibuk menyiapkan makan malam."Mama, hari minggu kita jalan-jalan, ya?""Sayang, papa kamu, kan, sibuk, nak," jawab wanita itu sambil mengelus pucuk kepala sang anak."Gak apa-apa, lagian cuma jalan doang. Gak akan bikin capek," kemudian pria itu tertawa pelan melihat ekspresi putri kecilnya menjadi sedih. "Lagian ini buat princesess kita." Lanjutnya.Awalnya semua berjalan dengan indah, sampai gadis
Hari ini Nayla dan Lisa sedang berada di rumah Azza , hari minggu adalah hari untuk bermalas-malasan bagi trio siput. Nayla yang sibuk memakai masker wajahnya dan Lisa yang sibuk dengan ponselnya, lalu dimana Azza? Ia hanya rebahkan tubuhnya di kasur sambil menonton kartun kesukaannya yaitu spongebob.Lisa menghela nafasnya, "Hah... Bosen banget, anjir."Nayla yang tampak menepuk-nepuk maskernya untuk memastikan apakah sudah benar-benar kering."Keluar, yuk, cari makan," ajak Azza."Gak mau, diluar so hot!" ujar Nayla setelah membersihkan masker wajahnya."Yaelah, lagian kita keluar pakai mobil kali, mbak.""Lis, lo gak lihat apa tanaman di luar aja sampai layu karena pemanasan global yang berlebihan ini.""Hillih! Drama banget lo, cocok banget jadi artis sinetron azab!""Lo jahat banget, Lis," ucap Nayla mengdramatisir."Ah, banyak cincong lo berdua," Azza langsung berdiri mengambil jaket