Share

4. Masalalu

Penulis: Hahoo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Papa!" gadis kecil itu berlari ke arah seorang pria yang memakai kemeja rapi turun dari sebuah mobil. 

"Anak papa," pria itu merentangkan tangannya untuk memeluk tubuh gadis kecil kesayangannya itu. 

Terlihat senyum bahagia dari anak kecil itu, "Papa, hari minggu nanti kita jalan-jalan ke kebun binatang, yuk!" 

"Boleh, sayang. Kita jalan-jalan sampai ujung dunia." 

"Beneran?" gadis itu sangat antusias. Kemudian mereka masuk kedalam rumah dan menuju dapur, terlihat seorang wanita sibuk menyiapkan makan malam. 

"Mama, hari minggu kita jalan-jalan, ya?"

"Sayang, papa kamu, kan, sibuk, nak," jawab wanita itu sambil mengelus pucuk kepala sang anak. 

"Gak apa-apa, lagian cuma jalan doang. Gak akan bikin capek," kemudian pria itu tertawa pelan melihat ekspresi putri kecilnya menjadi sedih. "Lagian ini buat princesess kita." Lanjutnya.

Awalnya semua berjalan dengan indah, sampai gadis itu beranjak dewasa dan mengerti semua yang terjadi. 

Tiba-tiba seorang wanita datang dengan membawa anak seusianya kerumah. Wanita itu menghancurkan semua kebahagiaannya dan juga senyumannya. Tanpa permisi wanita itu masuk dalam kehidupannya dan terus mengusiknya. 

Sebuah pertengkaran hebat pun terjadi di dalam rumah yang penuh akan kenangan itu, termasuk kenangan terburuk dalam hidup dan juga mimpinya.

"Aku udah jelasin sama kamu!"

"Jelasin apa? Semuanya udah jelas! Tes DNA itu pun juga sudah jelas! Apalagi yang mau kamu jelasin?" suara dengan nada tinggi memenuhi setiap sudut ruang. 

"Papa, udah, jangan bentak tante itu lagi."

"Stop! Jangan panggil saya papa, karena saya bukan papa kamu!" 

"Mas! Kamu berani bentak anak kita?" 

"Kita? Kamu bilang Anak kita?" tanya pria itu pada wanita yang sudah merusak keluarganya. "Cuih! Saya gak sudi punya anak dari kamu!" lanjutnya.

"Aku mau kita cerai!" setelah mengucap kalimat yang seperti petir menyambar, wanita itu pergi ke atas menemui putri kecilnya yang kini sudah beranjak dewasa. Terlihat seorang gadis sedang duduk di pinggir kasur dengan melamun. 

"Sayang, kita pulang ke rumah nenek, ya?" ucap wanita itu dengan lemah lembut. Tanpa menunggu jawaban wanita itu kembali keluar dan menutup pintu kamarnya. 

Gadis itu berjalan keluar dan bertemu dua orang asing yang telah menghancurkan semuanya. Tanpa ekspresi ia melihat dua orang itu, ia meluapkan emosinya dengan melempar vas kecil ke arah wanita ular itu. 

"Brengsek!" 

"Bajingan, kalian!" 

"Puas lihat keluarga kayak gini?" 

"Kenapa harus keluarga gue yang jadi sasaran! Udah berapa keluarga yang kalian hancurin! Dasar pelacur! Mati kalian bastard!" 

Gadis itu menjambak rambut wanita yang berusia sama dengan sang Mama, "akhh! Sakit bocah! Lepasin gak!" jerit wanita itu. Sementara anak yang sama dengan usianya berusaha memisahkan sang ibu dengan gadis itu. 

"Lepasin tangan lo dari nyokap gue, anjing!"

"Diem, lo, lonte!" 

Tak lama seseorang datang, "Azza." 

Seketika Azza membuka lebar matanya, ia melihat jam yang menunjukkan pukul satu malam. Azza menghela nafas dan mengusap wajahnya, "sebenci itu sampai ke bawa mimpi." 

Kemudian ia turun dari kasurnya dan pergi ke dapur untuk mengambil minum, terdengar suara isakan tangis. Azza pun berjalan ke arah suara, betapa sesak hatinya ketika melihat Vina sang Mama menangis dalam gelapnya malam. 

Azza ingin memeluk tubuh sang Mama, namun ia urungkan. Ia kembali kedalam kamar dan teringat bagaimana sang Mama menangis, walaupun kejadian di masalalu sudah lah lama. Tapi itu mungkin menjadi luka yang paling membekas dalam hidupnya. 

**** 

"Kita ke kantin, yuk, bestie!" 

"Bal, bisa gak lo ilang aja dari dunia ini?" 

"Ih, kamu kok jahat banget, sih, sama adek."

"Jijik!" 

"Kakak, mau nemenin adek ke kantin, nggak?" ucap Iqbal dengan memasang muka imut kepada Azza. 

"Boleh, tapi adek yang bayarin, ya?" Iqbal pun mengangguk setuju, dan akhirnya mereka pergi ke kantin meninggalkan tiga sahabatnya yang setia. 

"Bukan temen gue," ucap Nayla membuang muka. 

"Gue juga," sahut Ibra.

"Ya, apalagi gue," ujar Niko. Kemudian berjalan menyusul Iqbal dan Azza. Itu lah teman.

Sampai di kantin, Azza melihat tempat kosong dan berjalan ke kursi kosong itu sementara Iqbal memesan makanan. 

Saat Azza sampai di kursi itu, tiba-tiba sesorang datang dan menduduki terlebih dahulu dan mengklaim itu miliknya, "eits! Punya gue duluan." 

Azza pun tak mau ambil pusing, ia berbalik dan berjalan menjauhi Bisma, "eh, karena ini punya gue, jadi, lo boleh duduk di sini." ujarnya sambil menepuk tempat duduk yang kosong. 

"Gak, gue bisa nunggu tempat lain," tolak Azza.

"Yaelah, Za, gitu aja ngambek. Ternyata lo gak berubah, ya." 

"Apaan, sih, lo!" 

Bisma pun menarik tangan Azza untuk duduk, "udah, duduk aja, gak apa-apa." Azza hanya diam memutar bola matanya. 

Tak lama Iqbal datang dengan membawa makanan. 

"Eh, cumi! Geser dong." 

"Enak aja, ini tempat gue dari tadi. Lagian di situ juga masih ada kali." 

"Eh! Gue mau duduk deket kakak tersayang gue," sulut Iqbal saat Bisma tak mau kalah. Oh, come on, boy! Kalian kenapa sangat merepotkan. 

Niko, Nayla, dan Ibra pun datang dan duduk memakan makanan mereka.

****

Malam telah tiba, Azza hanya mengurung diri dalam kamarnya. Semenjak kejadian Erik menamparnya, Azza selalu mengunci kamarnya kemana pun ia pergi meskipun hanya ke dapur untuk mengambil makanan atau minuman. 

"Azza, bangun, sayang," Vina mengetuk pintu kamar Azza yang berwarna coklat kayu itu. 

"Iya, Ma, ada apa?" 

"Bisa anterin mama ke supermarket, nggak?" 

"Iya, Azza anterin."

"Ya, udah, mama tunggu di depan, ya," Azza hanya mengangguk dan kembali menutup kamarnya, ia mengambil hoodie dan berjalan keluar menghampiri Vina yang sudah di dalam mobil. 

"Supermarket mana, Ma?" tanya Azza. 

"Ya, supermarket biasanya dong, sayang." 

"Oke, berangkat." 

Setelah sampai di supermarket, Azza dan Vina turun dari mobil dan masuk ke dalam supermarket, mulai mencari barang yang mereka cari.

"Ma, Azza kesana bentar, ya," tunjuk Azza ke arah boneka karakter idol kpop. 

"Iya, jangan lama-lama, hati-hati, ya, sayang." 

"Azza bukan anak kecil, lagi, Ma," rengek Azza. Vina hanya tertawa dan mulai kembali pada kegiatannya. 

"Hmm, Nayla sama Lisa pasti seneng, nih," kemudian Azza menelpon ke dua sahabatnya itu melalui vidio call. 

"Gue mau yang Shocky, dong, Za."

"Ya, oke. Kalau lo, Nay?" 

"Hmm, gue mau yang RJ, Cokky, sama Mang, trus Van." 

"Heh, bunga rafflesia arnoldi! Lo mau toko boneka, hah?" sergah Lisa. 

"Yeuu, kapan lagi kita di beliin." 

"Ya, udah iya, besok gue bawain ke sekolah. Ya udah, bye!" tak berselang ia menutup sambungan teleponnya, Azza mendengar suara keributan. Ia pun langsung berlari dan melihat tak percaya, bahwa sang Mama sedang ribut dengan istri baru papanya. 

"Lepas!" 

"Hei, diam! Dasar wanita jalang!" Terlihat beberapa orang berusaha melerai keributan itu. 

"Udah, cukup! Stop!" bentak Azza membuat kedua wanita itu berhenti. Nafas yang memburu dari ketiga wanita disana. Dengan di saksikan beberapa orang Vina dan Diana nama wanita itu, mereka melihat sekeliling dan menjadi pusat perhatian. Salah seorang pengunjung menjelaskan kejadian itu pada Azza. 

Azza sudah menduga, jika Ririn yang selalu memulai masalah terlebih dahulu. Ia hanya menghela nafas frustasi. 

"Mama, gak apa-apa?" kini mereka sudah berada dalam mobil. 

"Mama, gak apa-apa, kok, sayang," ucap Vina.

"Kita pulang aja, ya. Biar Azza besok yang pergi belanja." 

"Nggak usah, sayang. Biar mama, aja." 

"Ma ... Udah, biar Azza aja. Mama di rumah aja. Mulai sekarang biar Azza aja yang pergi, oke." 

Vina menghela nafasnya, akhirnya ia mengiyakan perkataan dari Azza. Mereka pun pergi meninggalkan halaman parkir. 

Bab terkait

  • Surat dari Azza    5. Ular Zumba

    Hari ini, Azza sedang duduk di sebuah kafe dan sedang menunggu teman-temannya datang. Satu hal menjadi kebiasaannya, berkumpul bersama teman-temannya membuat Azza sedikit melupakan segala masalahnya."Hai, bestie!" sapa Iqbal."Yang lain, mana?""Ada, bentar lagi juga masuk," ucap Iqbal, lalu mengambil tempat duduknya.Tak lama Lisa datang, dan di susul Nayla, lalu Ibra dan Niko. Kali ini mereka hanya berkumpul untuk membahas tempat mereka akan kuliah.Namun, tanpa sengaja Nayla melihat meja di seberangnya. Ia melihat seorang gadis yang seusianya duduk bersama seorang pria."Eh, guys! Ada ulet bulu.""Hah? Mana, aaaaa ... gak mau, mama," teriak Lisa heboh yang membuat beberapa pengunjug kafe menoleh padanya."Ishh, bukan itu maksud gue," kemudian Nayla memutar kepala Lisa ke arah yang di maksud dan di ikuti yang lainnya.Mereka melihat Sofia duduk bersama pria seperti ora

  • Surat dari Azza    6. Kondangan

    Terdengar suara keributan di parkiran kampus tempat Azza kuliah. Beberapa mahasiswa berdatangan, ada yang datang hanya untuk melihat, dan ada juga mahasiswa yang memisah."Udah puas lo hancurin semuanya!""Ini bukan urusan lo, ya, babi!" terdengar kalimat kalimat kotor bernada tinggi. Mereka saling menjambak dan mengakar satu sama lain.Azza yang melihat, mendengar suara yang sepertinya tak asing baginya. Akhirnya ia berlari kearah kerumunan. Matanya melebar, betapa terkejutnya ia melihat sahabatnya bertengkar dengan parasit yang selama ini mengganggu hidupnya."Nay, stop!" ucap Azza sembari mencoba memeluk tubuh sahabatnya itu."Gak! Dia yang udah hancurin lo, Za, gak terima gue!""Eh, lo gak tahu apa-apa, gak usah sok ikut campur urusan orang!" ucap Sofia yang semakin membuat Nayla emosi.Meskipun ini memang bukan urusannya, tapi Nayla sangat sayang pada Azza. "Nay, udah, dia bukan level k

  • Surat dari Azza    7. Kakak Senior

    Saat ini Azza dan Lisa berjalan di koridor kampus."Azza!" panggil seseorang, Azza menoleh ke belakang dan melihat Andra berlari ke arahnya."Iya, kak?""Kamu nanti sore sibuk nggak?""Enggak, kenapa?""Ikut aku, yuk, beli kebutuhan organisasi.""Lisa gak di ajak, kak?" sahut Lisa saat mengatahui hanya Azza yang di ajak."Iya, boleh.""Yes! Oke, nanti sore kita tunggu," bukan Azza yang menjawab namun Lisa. "Oke, nanti kakak kabarin," kemudian setelah itu Andra kembali berjalan meninggalkan mereka."Gila, ganteng banget, ya, kak Andra, Za.""Biasa aja. Udah, ayok gue udah laper ini."Akhirnya mereka pergi ke warung jajanan yang berada tidak jauh dari universitas."Buk, bakso dua yang satu kayak biasa gak pakai ijo-ijo.""Siap, mbak Azza."Azza duduk di dekat pintu, "hari ini panas banget, ya, pada

  • Surat dari Azza    8. Kosong

    Suara ketukan pintu membuat Dinda menoleh dan menampilkan seorang laki-laki tampan dari balik pintu."Apa?""Gak apa-apa," ucapnya masuk kamar Dinda dan merebahkan tubuhnya di kasur."Dek, lo satu kelas sama Azza, kan?" lanjutnya."Hmm, kenapa?""Gak apa-apa, kok." Andra merasa penasaran dengan seorang Azza. Semenjak pertama kali tak sengaja bertemu di toko buku, rasa penasaran itu tumbuh saat tubuh mereka bertabrakan."Dia ..." ucapnya menggantung. "Dia gak pernah cerita apa-apa gitu sama lo?"Dinda menghentikan aktifitasnya dan memajukan kursi belajarnya menghadap sang Kakak yang masih berbaring. "Lo... suka, ya, sama Azza?" tanya Dinda penuh selidik."Kenapa? Itu wajar, kan?" Dinda yang mendengar sebuah kalimat yang sudah lama tak keluar dari mulut Andra pun berbinar meskipun tidak menjawabnya langsung.Ya, semenjak Andra sakit hati karena masalalunya, membuatnya

  • Surat dari Azza    9. Liburan

    Hujan turun deras hari ini, sedang kan Azza masih berada di kampusnya. Ia terus memandangi setiap tetes air hujan yang turun.Merasakan dinginnya cuaca, menikmati suara rintik hujan yang terjatuh di atas atap. Berisik, tapi Azza suka itu. Ia suka hujan.Ya, hujan. Mungkin hanya hujan lah yang tahu dan mengerti bagaimana perasaannya saat itu. Tangannya terulur untuk menyentuh tetesan air hujan yang turun."Kamu suka hujan?" seseorang tiba-tiba datang. Azza perlahan membuka matanya dan menoleh, "Kak Andra.""Tumben jam segini, belum pulang?""Emang, ini kampus punya nenek moyang, kakak?" Andra tertawa kecil, ia merasa nyaman jika bersama Azza."Kalau, iya, kenapa? Sekarang aku mau kamu pulang sekarang.""Ish, apa, sih, kak. Gak lihat lagi hujan apa?""Lha, ini kampus, kan punya nenek moyang ku.""Senior, yang menyebalkan!" gerutu Azza.Hening

  • Surat dari Azza    10. Senja

    "Ya, maaf, Ma, Azza kemarin lupa ketiduran.""Mama khawatir, tahu, takut kamu kenapa-kenapa di jalan," ucap Vina di sebrang sana."Iya, Ma, maaf.""Kamu udah mandi?""Emm... Udah, dong, Mama gak ke Butik?""Iya, ini mama mau berangkat. Ya, udah kamu sarapan dulu nanti kita telfonan lagi.""Okay, Mama jangan lupa sarapan juga, istirahat yang cukup.""Iya, sayang. Love you.""Love you to, Mom."Setelah memutus sambungan telepon, Azza terdiam sejenak. Entah apa yang ia pikirkan."Za, udah selesai?" tanya Nayla menemui Azza yang sedang berada di balkon Villa."Udah.""Kenapa?""Enggak.""Kita ke Bali buat liburan, lho. Jangan sedih, gitu mukanya."Ya, benar. Tujuannya datang ke sini adalah liburan, waktu untuk menenangkan diri dan pikiran.Azza menarik nafasnya panjang, "Ya, oke, gue gak bakalan sedih."

  • Surat dari Azza    11. Mama

    Sinar matahari samar-samar menelisik masuk ke dalam sebuah kamar yang di tempati gadis manis.Terdengar suara erangan dari mulutnya. Ia meregangkan tubuhnya. Lalu ia membuka matanya, menoleh ke kanan dan kiri. Melihat dua sahabat kesayangannya masih tertidur.Seperti biasa, Azza setelah bangun tidur selalu mencari satu benda yang pernah bisa lepas dari hidupnya. Di ambil handphone berlogo sebuah apel dan melihat ke arah layar ponsel.Terdapat banyak notif pesan dan panggilan masuk yang tak terjawab. Telfon itu dari mbak Ida, asisten rumah tangga di rumahnya."Tumben, Mbak Ida telfon banyak banget." Azza mengabaikan itu. Ia pun segera bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Karena kini jam sudah menunjukkan delapan pagi.Setelah ia beres dengan aktifitas paginya. Azza tiba-tiba merasa gelisah. Entah mengapa ia memikirkan panggilan dari Mbak Ida.Ia pun memutuskan untuk kembali menelfon

  • Surat dari Azza    1. Azza

    Azza Kharisma, gadis delapan belas tahun yang di kenal banyak orang sebagai pribadi yang manis dan ceria."Woi! Masih pagi udah ngelamun aja, ntar radak siangan dikit kenapa?""Apaan, sih!""Ipiin, sih. Lagian lu ngapain pagi pagi mukanya di tekuk kayak kanebo kering aja," ucap Azza kepada sahabatnya yang bernama Nayla.Azza memang di kenal banyak orang sebagai pribadi yang mudah untuk bergaul dengan siapapun. Terutama Nayla, temannya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama."Za, lo udah putus beneran sama Bisma?" ucap Nayla saat mereka masuk dalam kelas dan duduk.Azza yang lelah dengan pertanyaan yang sama pun hanya memutar bola matanya malas. Pasalnya, ia tak suka jika masalalunya masih ada yang mengungkit kembali, "ya, menurut lo.""Hillih, sayang tahu! Lo sama Bisma tuh udah dua tahun dan itu gak lama lho, Za.""Ya, terus?""Hah? Terus? Wah!

Bab terbaru

  • Surat dari Azza    11. Mama

    Sinar matahari samar-samar menelisik masuk ke dalam sebuah kamar yang di tempati gadis manis.Terdengar suara erangan dari mulutnya. Ia meregangkan tubuhnya. Lalu ia membuka matanya, menoleh ke kanan dan kiri. Melihat dua sahabat kesayangannya masih tertidur.Seperti biasa, Azza setelah bangun tidur selalu mencari satu benda yang pernah bisa lepas dari hidupnya. Di ambil handphone berlogo sebuah apel dan melihat ke arah layar ponsel.Terdapat banyak notif pesan dan panggilan masuk yang tak terjawab. Telfon itu dari mbak Ida, asisten rumah tangga di rumahnya."Tumben, Mbak Ida telfon banyak banget." Azza mengabaikan itu. Ia pun segera bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Karena kini jam sudah menunjukkan delapan pagi.Setelah ia beres dengan aktifitas paginya. Azza tiba-tiba merasa gelisah. Entah mengapa ia memikirkan panggilan dari Mbak Ida.Ia pun memutuskan untuk kembali menelfon

  • Surat dari Azza    10. Senja

    "Ya, maaf, Ma, Azza kemarin lupa ketiduran.""Mama khawatir, tahu, takut kamu kenapa-kenapa di jalan," ucap Vina di sebrang sana."Iya, Ma, maaf.""Kamu udah mandi?""Emm... Udah, dong, Mama gak ke Butik?""Iya, ini mama mau berangkat. Ya, udah kamu sarapan dulu nanti kita telfonan lagi.""Okay, Mama jangan lupa sarapan juga, istirahat yang cukup.""Iya, sayang. Love you.""Love you to, Mom."Setelah memutus sambungan telepon, Azza terdiam sejenak. Entah apa yang ia pikirkan."Za, udah selesai?" tanya Nayla menemui Azza yang sedang berada di balkon Villa."Udah.""Kenapa?""Enggak.""Kita ke Bali buat liburan, lho. Jangan sedih, gitu mukanya."Ya, benar. Tujuannya datang ke sini adalah liburan, waktu untuk menenangkan diri dan pikiran.Azza menarik nafasnya panjang, "Ya, oke, gue gak bakalan sedih."

  • Surat dari Azza    9. Liburan

    Hujan turun deras hari ini, sedang kan Azza masih berada di kampusnya. Ia terus memandangi setiap tetes air hujan yang turun.Merasakan dinginnya cuaca, menikmati suara rintik hujan yang terjatuh di atas atap. Berisik, tapi Azza suka itu. Ia suka hujan.Ya, hujan. Mungkin hanya hujan lah yang tahu dan mengerti bagaimana perasaannya saat itu. Tangannya terulur untuk menyentuh tetesan air hujan yang turun."Kamu suka hujan?" seseorang tiba-tiba datang. Azza perlahan membuka matanya dan menoleh, "Kak Andra.""Tumben jam segini, belum pulang?""Emang, ini kampus punya nenek moyang, kakak?" Andra tertawa kecil, ia merasa nyaman jika bersama Azza."Kalau, iya, kenapa? Sekarang aku mau kamu pulang sekarang.""Ish, apa, sih, kak. Gak lihat lagi hujan apa?""Lha, ini kampus, kan punya nenek moyang ku.""Senior, yang menyebalkan!" gerutu Azza.Hening

  • Surat dari Azza    8. Kosong

    Suara ketukan pintu membuat Dinda menoleh dan menampilkan seorang laki-laki tampan dari balik pintu."Apa?""Gak apa-apa," ucapnya masuk kamar Dinda dan merebahkan tubuhnya di kasur."Dek, lo satu kelas sama Azza, kan?" lanjutnya."Hmm, kenapa?""Gak apa-apa, kok." Andra merasa penasaran dengan seorang Azza. Semenjak pertama kali tak sengaja bertemu di toko buku, rasa penasaran itu tumbuh saat tubuh mereka bertabrakan."Dia ..." ucapnya menggantung. "Dia gak pernah cerita apa-apa gitu sama lo?"Dinda menghentikan aktifitasnya dan memajukan kursi belajarnya menghadap sang Kakak yang masih berbaring. "Lo... suka, ya, sama Azza?" tanya Dinda penuh selidik."Kenapa? Itu wajar, kan?" Dinda yang mendengar sebuah kalimat yang sudah lama tak keluar dari mulut Andra pun berbinar meskipun tidak menjawabnya langsung.Ya, semenjak Andra sakit hati karena masalalunya, membuatnya

  • Surat dari Azza    7. Kakak Senior

    Saat ini Azza dan Lisa berjalan di koridor kampus."Azza!" panggil seseorang, Azza menoleh ke belakang dan melihat Andra berlari ke arahnya."Iya, kak?""Kamu nanti sore sibuk nggak?""Enggak, kenapa?""Ikut aku, yuk, beli kebutuhan organisasi.""Lisa gak di ajak, kak?" sahut Lisa saat mengatahui hanya Azza yang di ajak."Iya, boleh.""Yes! Oke, nanti sore kita tunggu," bukan Azza yang menjawab namun Lisa. "Oke, nanti kakak kabarin," kemudian setelah itu Andra kembali berjalan meninggalkan mereka."Gila, ganteng banget, ya, kak Andra, Za.""Biasa aja. Udah, ayok gue udah laper ini."Akhirnya mereka pergi ke warung jajanan yang berada tidak jauh dari universitas."Buk, bakso dua yang satu kayak biasa gak pakai ijo-ijo.""Siap, mbak Azza."Azza duduk di dekat pintu, "hari ini panas banget, ya, pada

  • Surat dari Azza    6. Kondangan

    Terdengar suara keributan di parkiran kampus tempat Azza kuliah. Beberapa mahasiswa berdatangan, ada yang datang hanya untuk melihat, dan ada juga mahasiswa yang memisah."Udah puas lo hancurin semuanya!""Ini bukan urusan lo, ya, babi!" terdengar kalimat kalimat kotor bernada tinggi. Mereka saling menjambak dan mengakar satu sama lain.Azza yang melihat, mendengar suara yang sepertinya tak asing baginya. Akhirnya ia berlari kearah kerumunan. Matanya melebar, betapa terkejutnya ia melihat sahabatnya bertengkar dengan parasit yang selama ini mengganggu hidupnya."Nay, stop!" ucap Azza sembari mencoba memeluk tubuh sahabatnya itu."Gak! Dia yang udah hancurin lo, Za, gak terima gue!""Eh, lo gak tahu apa-apa, gak usah sok ikut campur urusan orang!" ucap Sofia yang semakin membuat Nayla emosi.Meskipun ini memang bukan urusannya, tapi Nayla sangat sayang pada Azza. "Nay, udah, dia bukan level k

  • Surat dari Azza    5. Ular Zumba

    Hari ini, Azza sedang duduk di sebuah kafe dan sedang menunggu teman-temannya datang. Satu hal menjadi kebiasaannya, berkumpul bersama teman-temannya membuat Azza sedikit melupakan segala masalahnya."Hai, bestie!" sapa Iqbal."Yang lain, mana?""Ada, bentar lagi juga masuk," ucap Iqbal, lalu mengambil tempat duduknya.Tak lama Lisa datang, dan di susul Nayla, lalu Ibra dan Niko. Kali ini mereka hanya berkumpul untuk membahas tempat mereka akan kuliah.Namun, tanpa sengaja Nayla melihat meja di seberangnya. Ia melihat seorang gadis yang seusianya duduk bersama seorang pria."Eh, guys! Ada ulet bulu.""Hah? Mana, aaaaa ... gak mau, mama," teriak Lisa heboh yang membuat beberapa pengunjug kafe menoleh padanya."Ishh, bukan itu maksud gue," kemudian Nayla memutar kepala Lisa ke arah yang di maksud dan di ikuti yang lainnya.Mereka melihat Sofia duduk bersama pria seperti ora

  • Surat dari Azza    4. Masalalu

    "Papa!" gadis kecil itu berlari ke arah seorang pria yang memakai kemeja rapi turun dari sebuah mobil."Anak papa," pria itu merentangkan tangannya untuk memeluk tubuh gadis kecil kesayangannya itu.Terlihat senyum bahagia dari anak kecil itu, "Papa, hari minggu nanti kita jalan-jalan ke kebun binatang, yuk!""Boleh, sayang. Kita jalan-jalan sampai ujung dunia.""Beneran?" gadis itu sangat antusias. Kemudian mereka masuk kedalam rumah dan menuju dapur, terlihat seorang wanita sibuk menyiapkan makan malam."Mama, hari minggu kita jalan-jalan, ya?""Sayang, papa kamu, kan, sibuk, nak," jawab wanita itu sambil mengelus pucuk kepala sang anak."Gak apa-apa, lagian cuma jalan doang. Gak akan bikin capek," kemudian pria itu tertawa pelan melihat ekspresi putri kecilnya menjadi sedih. "Lagian ini buat princesess kita." Lanjutnya.Awalnya semua berjalan dengan indah, sampai gadis

  • Surat dari Azza    3. Minggu

    Hari ini Nayla dan Lisa sedang berada di rumah Azza , hari minggu adalah hari untuk bermalas-malasan bagi trio siput. Nayla yang sibuk memakai masker wajahnya dan Lisa yang sibuk dengan ponselnya, lalu dimana Azza? Ia hanya rebahkan tubuhnya di kasur sambil menonton kartun kesukaannya yaitu spongebob.Lisa menghela nafasnya, "Hah... Bosen banget, anjir."Nayla yang tampak menepuk-nepuk maskernya untuk memastikan apakah sudah benar-benar kering."Keluar, yuk, cari makan," ajak Azza."Gak mau, diluar so hot!" ujar Nayla setelah membersihkan masker wajahnya."Yaelah, lagian kita keluar pakai mobil kali, mbak.""Lis, lo gak lihat apa tanaman di luar aja sampai layu karena pemanasan global yang berlebihan ini.""Hillih! Drama banget lo, cocok banget jadi artis sinetron azab!""Lo jahat banget, Lis," ucap Nayla mengdramatisir."Ah, banyak cincong lo berdua," Azza langsung berdiri mengambil jaket

DMCA.com Protection Status