Share

Talak Satu

last update Last Updated: 2022-05-07 19:59:38

Aku berjalan ragu mendekati Kang Wirna yang masih memerah wajahnya bagaikan udang dicelupin minyak panas. Ia menatapiku dengan pandangan tegas. Aku dibuatnya keder juga. Aku baru tahu kalau Kang Wirna juga bisa marah seperti ini. Kalau dia bukan suamiku tentu tidak ada sedikit pun gentarku walau jika ia menggertakku. Namun karena jabatannya adalah suamiku, itulah yang membuat aku segan kepadanya.

“Ini Bi...!” ucapku sambil menyodorkan ponselku.

Kang Wirna menerimanya sekalian menarik tangan kiriku ke dalam kamar.

“Duduk di sini dan tunggu Abi selesaikan satu persatu.” ucapnya tidak sekeras tadi. Aku yakin emosinya sudah mulai menurun walau pandangan matanya masih agak beringas.

Kang Wirna terlihat mencari-cari nomor kontak di ponselku. Dan ketika telah menemukannya ia langsung menelepon. Aku belum tahu siapa yang Kang Wirna telepon. Aku hanya duduk mematung di atas kasur sedangkan Kang Wirna berjalan mondar-mandir dengan ponsel ditempelkan ke sebelah telinganya.

“Halo... Haris panggil
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Restu Ibu Mertua

    Aku meninggalkan Kang Wirna di kamar kami untuk membuat minuman untuknya. Aku yakin dirinya cukup gerah dengan kejadian yang baru saja ia alami. Yang memberatkan dia pasti masalah anak-anaknya. Kuletakkan secangkir teh hangat di hadapan Kang Wirna seiring berderingnya nada panggilan di ponselku. Kulirik benda pipih yang tergeletak di atas lantai beralaskan karpet tipis di kamarku itu. Nomor baru lagi.“Aduuh... Siapa lagi ini? Sampai kapan masalah ini selesai?” keluhku dalam hati.Aku memandang Kang Wirna yang juga menatap ke arahku.“Jawablah Bi...!” ucapku.Otakku terasa sudah berbulu oleh masalah Kang Wirna yang datang silih berganti. Capek hati.“Halo...!” Kang Wirna menjawab seseorang yang menelpon di ponselku. Aku hanya diam dan sedikit tegang.“Cager Maak...!” ucap Kang Wirna.Aku langsung paham yang menelepon adalah Mak Kang Wirna atau Ibu mertuaku. Aku tidak berani berlancang ria ikut campur. Karena ini baru pertama kalinya aku dengar Kang Wirna berbicara dengan Mak di hadap

    Last Updated : 2022-05-08
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Mantan

    “Hm, kenyang ya Mi. Enak, juga murah. Tiga hari lagi Abi gajian, kita makan di sana lagi ya Mi. Bisa nambah nanti.” ucap Kang Wirna begitu kami sampai di rumah.“Emangnya tadi Abi mau nambah, ya?” tanyaku sambil meletakkan helm di bawah dipan usang di dapur.“Hehehe.. Iya Mi. Tapi duit kita nggak cukup. Kalau nambah nasi harus tambah bayar 3 ribu lagi.” sahut Kang Wirna dari dalam kamar. Dirinya telah membaringkan tubuh di atas kasur. Aku menyusul Kang Wirna ke kamar.“Kok Abi malah tiduran?” tanyaku dari ambang pintu.“Terus ngapain lagi Mi? Mandi udah, makan udah, kenyang udah. Ya tinggal tinggal tidur. Syukur-syukur Ami mau berbaik hati ngasih jatah. Wuaah... Tidur pasti lebih nyenyak!” ujar Kang Wirna sambil menatap langit-langit kamar. Tubuhnya menelentang dan kedua tangannya disusun menjadi bantal, bibirnya senyum-senyum pasti membayangkan adegan panas.“Mandi udah, kenyang udah, lalu sekarang mau tidur? Dan minta jatah pula?” aku memburunya dengan jemari siap mencubit.“Kena cu

    Last Updated : 2022-05-08
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Badai Fitnah

    Hari keberangkatan ke Sulawesi tibalah sudah. Aku hanya berangkat sendiri karena Papanya Baby atau mantan suamiku gagal mendapatkan vaksin walau Kang Wirna sudah mengusahakannya.Kang Wirna mengantarkanku ke bandara dan beberapa saat kemudian aku terbang menuju ranah rantau anak gadisku itu. Aku akan bertemu dengan calon menantuku dan keluarganya. Selama di Sulawesi setiap hari aku dan Kang Wirna video call-an karena Kang Wirna telah memperbaiki ponselnya dan memakai nomor baru.Sepuluh hari aku di Sulawesi kemudian aku kembali ke Batam yang ditunggu oleh suamiku di bandara. Sepuluh hari rasa rinduku terasa sudah tidak tahan. Aku rindu sikap lembut Kang Wirna, gaya manjanya, menyuapinya dan memandikannya.“Ami cantik banget! Gayanya sangat elegan dan berkelas waktu keluar dari bandara.” puji Kang Wirna saat kami akan menaiki sepeda motor.“Muji-muji Abi. Ketahuan Abi mau minta jatah, kan?” cibirku.“Hahhaha... Ami paling tahu deh. Sepuluh hari ditinggal rasa sudah mau meledak.” sahut

    Last Updated : 2022-05-08
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Emosi Meninggi

    “Mendatangi kawan Abi? Buat apa Mii..? Buat apa...?” Wajah Kang Wirna semakin risau. Ditatapnya wajahku yang mungkin sudah memerah bagaikan udang rebus. Tanganku mengepal, gigi gemerutuk. Kakiku pun rasanya sudah bergerak-gerak sendiri ingin menendang para jantan pake rok itu.Aku melengoskan wajahku dan masih berdiri kaku.“Abi tahu kan? Ami tidak suka cari gara-gara. Tak urus urusan orang. Pernahkah Abi lihat Ami bertandang satu kali saja berkumpul-kumpul dengan tetangga? Pernahkah sekali saja...?” “Nggak Mi..” sahut Kang Wirna disertai gelengan kepalanya.“Karena Ami nggak suka mengurus hidup orang lain Bi! Hidup kita saja belum tentu bener ngapain sibuk urusan orang? Tapi nih lihat kawan-kawan Abi. Laki-laki bergunjing? Ciih... Mungkin burung salah hinggap kali di selangkangan mereka!” Suaraku terus meninggi begitu juga dengan emosiku. Bahkan tubuhku sudah menggigil menahan amarah di hati.“Orang kayak gini memang harus diberi pelajaran sekali-kali. Biar kapok!”Kusambar kunci di

    Last Updated : 2022-05-09
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Mbah Dukun

    Kekesalan yang bertubi-tubi yang aku rasakan ingin aku tumpahkan kepada sahabatku, Risma. Di dunia ini sepertinya hanya Risma yang benar-benar mengerti perasaanku. Setelah sholat Isya aku menghubungi Risma. Waktu seperti ini adalah waktu yang biasa kami gunakan untuk mengobrol. Karena setelah sholat Isya tidak ada kegiatan penting lagi yang akan datang secara mendadak yang memaksa kami harus menjeda percakapan. Apalagi Kang Wirna sedang pergi bekerja, aku punya waktu yang cukup untuk bercurhat ria dengan sahabat dari kecilku itu.Aku mengelus layar ponselku dan mulai memanggil Risma dengan sambungan video call.“Assalamualikum.” Wajah Risma menyembul di layar ponselku seiring ucapan salam darinya.“Walaikumsalam.” jawabku malas.“Udah makan? Kok lemes?” Risma bertanya.“Lagi pengen makan orang!” jawabku ketus.Huahahhaa.....Si Somplak itu malah tertawa ngakak. Syukur saja dia jauh, kalau ia berada di dekatku pasti sudah kumasukkan remasan kertas koran ke dalam mulutnya yang terbuka l

    Last Updated : 2022-05-10
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Ular Kepala Dua

    “Ya, pokoknya mulai besok kamu buat kayak gitu ya? Dengan begitu mudah-mudahan kita bisa membuka tabir rahasia fitnahan ini.” ucap Risma bagaikan komandan detektif saja.Ya sudah, dia kuangkat menjadi Kapten dan aku cukup Brigadir sajalah. 😌🤭 “Un..!”“Hmm...” kudongakkan kepalaku menatap wajah Risma di layar ponselku.“Tadi apa katamu?”“Kata yang mana?” jawabku balik nanya, mengerutkan keningku.“Tadi kamu bilang bisa jadi Kang Wirna-lah sutradara dari drama fitnahan ini. Benar begitu?” Risma bertanya untuk memastikan.Aku mengendikkan bahuku. Jujur, rekaman fitnah itu telah membuat penalaranku begitu liar mengembara bahkan terasa sulit aku kendalikan.“Aku tidak menuduh seperti itu, tapi semua kemungkinan kan bisa saja terjadi. Karena....“Karena apa, Un?” kejar Risma.“Karena saat aku ngobrol dengan Sarmini waktu itu, Sarmini bilang padaku kalau Kang Wirna ngomong kepadanya bahwa dirinya telah aku dukunin. Katanya aku punya keluarga yang bisa jampi-jampi gitu.”“Astagaaaaa....!

    Last Updated : 2022-05-10
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Mimpi Buruk Dalam Tidur Yang Gelisah

    Malam berlalu semakin larut. Aku tidak bisa memejamkan mataku karena suara riuh di atas atap dapur kembali datang mengganggu. Suara-suara itu kini makin sering kali datang tanpa aku tahu apa penyebabnya. Bahkan kepada tetangga yang langsung bersebelahan rumah denganku telah aku tanyakan masalah tersebut. Namun sayang, tidak satu pun dari mereka yang mendengar suara gaduh itu.Hm, apakah hanya halusinasiku saja? Tapi tidak mungkin, aku bahkan mendatangi dapur dan memandang atap dapur yang tidak dilapisi plafon tersebut. Suaranya semakin riuh namun atap itu tidak bergerak sama sekali. Jangankan bergerak, bergetar pun tidak.“Apakah benar kata Risma bahwa santet telah bekerja?” pikirku dalam hati. Aku menatap layar ponselku yang kubawa ikut serta ke dalam dapur. Pukul 01.20 dini hari. Malam memang terasa sangat sunyi.Namun aku yang memang sudah terbiasa tidur pada dini hari pagi, belum merasakan kantuk sedikit pun. Ku henyakkan bokongku di atas dipan dan kulanjutkan pekerjaanku menulis

    Last Updated : 2022-05-12
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Hujan Teror

    Subuh datang menjelang rasa badanku tidak nyaman. Tidur yang tidak nyenyak membuat badan terasa lemas. Lapat kudengar seruan adzan dari mushola perumahan tempat aku tinggal. Namun rasa malas entah mengapa semakin menggayuti badanku. Aku tertidur kembali beberapa jenak lamanya.Adzan berganti qomat. Aku merasa semakin malas namun ada bisikan hati lain yang melarangku untuk kembali tidur.Kulirik Kang Wirna yang masih terlelap menelentang. Kucoba membangunkannya dengan menggoyang-goyang lengannya.“Bi, bangun! Sudah subuh.” ucapku perlahan.“Abi nggak enak badan Mi. Ami saja subuh ya.” sahutnya seperti menggigau.Aku memaklumi. Mungkin saja lambungnya masih sakit. Apalagi semalam ia bermimpi sangat buruk. Ya sudah, aku sholat subuh sendiri saja tanpa seorang Imam di depanku. Rasanya sangat canggung dan menyedihkan.Namun ternyata kemalasan Kang Wirna beribadah bukan sampai disitu saja. Bahkan melewatkan semua waktu sholat sudah menjadi biasa baginya. Hal itu berjalan hampir dua minggu.

    Last Updated : 2022-05-12

Latest chapter

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Kembali Bersama

    "Apa-apaan sih kamu, Wirna..?? Dasar laki-laki tak berguna!" teriak Sarmini langsung mendorong tubuh Wirna hingga laki-laki itu hilang keseimbangan dan jatuh ke tanah. Sarmini naik pitam lalu memungut sepotong kayu yang kebetulan ada ditempat itu lalu ia mengayunkan kayu itu ke kepala Wirna. "Plaaak...!"Kayu tersebut mendarat dengan keras namun bukan mengenai kepala Wirna tapi malah menghantam bahu Amelia yang lebih dulu menjatuhkan diri memeluk dan melindungi tubuh Wirna yang tak berdaya di tanah hingga pukulan Sarmini mengenai bahunya. "Oough..!" Amelia mengaduh tertahan. "Amii..! Oh ...!" Wirna berteriak keras lalu segera bangkit sembari memeluk tubuh Amelia dan mengusap bahu wanita yang ia cintai itu. Lalu dengan mata membesar ia menatap Sarmini yang masih mengayun-ayunkan sepotong kayu ditangannya. "Apa sih kamu? Segitu kasarnya tak punya perasaan!" bentak Wirna sambil menunjuk wajah Sarmini. Beberapa orang yang sudah berkerumun di tempat itu mulai bergerak melerai dan sala

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Penguburan

    Kematian Haris membuat Wirna sangat terpukul. Ia tidak hentinya menyalahkan diri sendiri. Hal itu membuat Amelia menjadi iba. Bagaimana pun mereka berdua pernah saling mencintai walau hanya delapan bulan saja berumah tangga. Namun kasih sayang bukanlah tergantung lama atau singkatnya tempo bersama. Walau Amelia sudah tidak lagi mencintai Wirna, namun ia masih menyayangi layaknya kepada insan yang tengah ditimpa musibah. "Sudahlah! Jangan menangis lagi. Haris sudah tenang di alamnya." bisik Amelia lirih. Ia berdiri disamping Wirna yang masih berjongkok di sisi tanah yang masih berwarna merah yang telah mengubur jasad Haris. "Pergilah dan tinggalkan aku sendiri!" sahut Wirna juga lirih namun terdengar jelas oleh Amelia. Suara itu benar-benar mengandung luka yang dalam. "Baiklah, aku akan pergi!" sahut Amelia lalu memutar tubuh perlahan dan mulai melangkah meninggalkan pusara Haris dan tanpa ia sadari Sarmini mengikutinya dari belakang. "Kau benar-benar telah berhasil menghancurkan

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Tebusan Sumpah

    "Bapak.. Ibu.." tersendat dan terbata-bata Haris memanggil Wirna dan Sarmini yang berada di samping tempat tidurnya. Kedua orang tuanya itu juga menangis sangat sedih menyaksikan penderitaan anak sulung mereka. "Haris, maafkan Bapak. Bapak yang bersalah Haris. huhuhu..." Wirna menggenggam kadang membelai tangan kanan Haris. Lelaki itu terlihat sangat terpukul didera penyesalan yang tiada berguna. Dalam hati ia yakin kalau apa yang terjadi kepada Haris saat ini adalah tebusan sumpah yang pernah ia ucapkan sendiri. Sementara itu mata Haris hanya memandang kosong ke arah kedua orang tuanya secara bergantian. Sedangkan Sarmini mengelus lengan kiri Haris yang cacat. Hati ibu mana yang tidak teriris melihat putranya tak berdaya dan tergolek penuh luka. Kepala Haris diperban dengan selang terpasang dihidung dan beberapa peralatan medis lainnya yang menempel ditubuh kecil Haris. 'Pak, Bu. Berhentilah bertengkar. Setelah Haris pergi, tolong jaga Riski sebaik mungkin. Haris lelah dan ingin

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Jebakan Salma

    Kepergian Mois membawa Amelia meninggalkan rumah sakit meninggalkan kekesalan dan kekecewaan di hati Salma. Entah sudah berapa kali wanita muda itu memaki-maki sendiri. "Nggak abis pikir deh sama pikiran Bang Mois. Kok dia malah lebih tertarik kepada perempuan tua itu dibanding aku yang jauh lebih muda dan lebih cantik. Huh..! Dunia sekarang emang makin edan, makin banyak saja lelaki muda yang lebih memilih pasangan lebih tua. Haah... gagal sudah usahaku untuk mendapatkan Bang Mois. Padahal aku sudah menyukainya sejak pertama bertemu di saat persiapan pesta pernikahanku dengan Mas Farzan empat tahun lalu. Andaikan aku lebih dulu mengenal Bang Mois tentu aku akan menolak ajakan Mas Farzan untuk menikah." Salma terus saja mengoceh dan bersungut-sungut di pojok sebuah ruangan rumah sakit yang mulai tenang. Tidak ada lagi gerombolan orang-orang berkerumun seakan tidak pernah ada keributan disana. Orang-Orang yang tadi berkerumun telah kembali ke urusan masing-masing. Ada yang kembali k

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Sekedar Penjaga

    "Jangan berbuat sekasar itu! Kelewatan!" bentak lelaki yang tiba-tiba saja muncul itu terdengar berdesis bagaikan ular cobra yang siap menyemburkan bisanya. Suasana yang tadi riuh dan panas mendadak sunyi serta mencekam. Semua mata tertuju ke arah Sarmini dan lelaki asing yang terlihat bertatapan disertai pertentangan bathin. "Siapa kamu?" tanya Sarmini juga mendesis. Matanya menyipit dan ia berusaha melepaskan tangannya yang masih dicengkram lelaki dihadapannya tersebut. Namun si lelaki asing semakin memperkuat cengkramannya hingga Sarmini makin meringis. "Siapa aku tidaklah penting. Tapi jika kamu masih menyakiti Amelia, maka aku akan selalu muncul. Ingat itu!" ancam si lelaki tersebut lalu melemparkan tangan Sarmini ke samping. "Siapa laki-laki ini? Ia sangat tampan dan masih muda. Jangan-jangan dirinya adalah adik kandung Amelia." hati Sarmini bertanya-tanya seraya memandangi lelaki yang baru saja melepaskan cengkraman ditangannya. "Tapi mengapa ia terlihat seperti mencintai

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Keributan Di Rumah Sakit

    Hari itu Amelia tidak datang ke kantor polisi untuk menemui Mois. Kabar dari rumah sakit membuat Amelia harus membatalkan rencananya untuk menemui calon suaminya yang sudah lima hari mendekam di dalam tahanan tersebut. Kasus Mois akan segera naik ke persidangan jika berita acara sudah dianggap sempurna. Dengan bergegas Amelia berjalan di koridor rumah sakit tempat Haris mendapat perawatan. Di sana sudah ada Wirna yang juga terlihat menunggu resah. "Ami!" sapa Wirna langsung menyambut kedatangan Amelia dengan sikap mesra. Ia kembali merengkuh bahu wanita itu dan berjalan bersama menuju ruang dokter. "Bagaimana keadaan Haris, Bi?" tanya Amelia cemas. Entah karena hatinya telah mencair terhadap Wirna atau hanya terbawa keadaan saja, tapi yang jelas sikap Amelia sangat jauh melunak kini terhadap Wirna. Mereka terlihat sangat kompak dan akur bahkan sepintas terlihat mesra layaknya seperti dulu sebelum mereka berpisah. "Ayolah kita ke ruangan Dokter! Abi juga belum sampai kesana. Tadi p

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Hanya Tatapan Luka

    Pintu ruang tahanan terbuka lebar. Mois dikawal menuju sebuah ruangan tempat ia diizinkan untuk menerima tamu. "Pasti Amelia yang datang." terka hati Mois dengan menyunggingkan senyum bahagia dibibirnya. Dirinya sangat merindukan wanita yang dicintanya itu. "Silahkan!" ucap petugas polisi yang mengantar Mois ke ruang khusus tersebut. "Terima kasih!" sahut Mois mengangguk sopan. Pintu segera ditutup si petugas dan terdengar bunyi dari lubang kunci tanda pintu tersebut dikunci sang petugas dari luar. Mois membalikkan tubuhnya menghadap ke arah sepasang kursi tamu yang ada di dalam ruang yang tidak begitu besar itu. Disana hanya ada dua buah kursi dengan posisi berhadapan yang dibatasi oleh sebuah meja yang tidak begitu lebar. Agak tercenung Mois melihat seorang wanita yang duduk menunggunya disana. Wanita itu bukan Amelia yang ia kira, tapi seorang perempuan bertubuh ramping dan terlihat lebih muda. Rambutnya tergerai indah berwarna coklat coca-cola. Bergegas Mois mendekat dan l

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Dua Kemungkinan Saja

    Sirene ambulan meraung memecah terik panas matahari sore itu. Tubuh kecil Haris tergolek tidak berdaya di atas bangsal ambulan tersebut. Pakaian yang membungkus tubuhnya sebagian besar telah dibasahi darah. Bau anyir memenuhi kabin bagian belakang mobil penyelamat yang terus melaju kencang membelah keramaian jalan. "Haris..., bangun Nak..! Bapak tidak mau melihatmu seperti ini, huhuhu.." Wirna tiada hentinya meratapi nasib malang yang menimpa putra sulungnya tersebut. Ia tertunduk lesu di samping kanan bangsal tempat tubuh Haris tergolek lemah dan tak sadarkan diri. Tidak berbeda dengan Wirna, Amelia juga melakukan hal yang sama. Wanita yang sudah menganggap Haris seperti anak kandungnya itu tiada hentinya menangis. Ia terduduk lesu disebelah kiri Haris. Amelia tidak sanggup lagi berkata-kata, hanya seribu rasa berkecamuk di dalam hatinya. Ada rasa penyesalan mengapa ia tidak menyadari dari semula kalau pembicaraannya dengan Wirna akan di dengar Haris dan akan membuat bocah polos

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Pertengkaran Sengit

    "Duduklah Kang!" Amelia mempersilahkan Wirna yang masih berdiri kaku. Mereka seperti orang baru kenal saja. "Iya!" sahut Wirna singkat kemudian duduk di sebuah sofa di ruang tamu rumah Amelia. Amelia juga melakukan hal yang sama. Ia menduduki sebuah sofa yang posisinya berhadapan dengan Wirna. Diantara mereka berdua dipisahkan oleh sebuah meja kaca yang tidak begitu lebar. Beberapa detik berlalu begitu saja. Belum ada yang memulai untuk bicara. "Aku sangat senang melihatmu sudah sembuh sekarang, Kang. Dan aku mohon maaf atas semua perbuatan yang telah dilakukan oleh Mois terhadapmu." akhirnya Amelia bicara juga dan memecah kebuntuan diantara mereka berdua. Ucapan Amelia yang kaku membuat wajah Wirna memerah. Tampaknya ia sangat tidak suka dengan kalimat yang diucapkan oleh Amelia. Bukan kalimat itu yang ia harapkan keluar dari bibir Amelia. "Aku...? Kang..? Sejak kapan Ami memanggil Abi seperti itu? Sejak Ami sudah pandai berselingkuh dengan lelaki jahanam itu, hah?" hardik Wirn

DMCA.com Protection Status