"Mel kamu bereskan ruang tamu ya!" kata Santi kakaknya Yusuf.
"Loh kok aku mbak? Kan aku gak ikutan kumpul-kumpul disana tadi," protes Melinda."Terus siapa lagi dong? Aku? Hari ini Siti pembantunya bude Ami gak masuk lagi sakit dia. Jadi kamu yang cuci semuanya," titah Santi berlalu meninggalkan Melinda karna tak mau dibantah lagi.Hari ini keluarga besar Yusuf melangsungkan arisan bulanan keluarga. Kebetulan diadakan dirumah bude Ami, saudara tertua dari mamanya Yusuf. Berhubung Melinda baru menikah dua bulan bersama Yusuf, pertemuan ini juga menjadi perkenalan pertamanya dengan keluarga besar suaminya."Loh kok masih diam aja? Diluar banyak loh piring dan gelas kotornya. Cepat dicuci," ucap bude Ami mengagetkan Melinda."Ah iya bude," jawab Melinda agak gugup. Melinda langsung mengambil piring dan gelas kotor untuk dibawa ke wastafeel kemudian dicucinya. Padahal saat dirumahnya sebelum menikah dengan Yusuf, Melinda tidak pernah melakukan pekerjaan ini. Karna semua sudah dikerjakan oleh Yati, pembantu rumah tangga dirumah orangtuanya."Kalau sudah selesai kamu sapu dan pel langsung lantainya hari ini juga!" perintah bude Ami lagi.Melinda hanya mengaguk dan terus mencuci piring-piring kotor. Meskipun tidak pernah melakukannya sebelumnya, tapi ini bukan pekerjaan yang susah untuk Melinda. Semua orang pasti bisa melakukannya.Suara dering ponsel dari saku daster yang dikenakan oleh Melinda menghentikan pekerjaannya. Saat dilihatnya ternyata Yusuf yang menelponnya. Langsung saja Melinda menjawab panggilan dari suaminya."Assalamualaikum, Mas!" ucap Melinda saat panggilan terhubung."Waalaikumsalam, yank. Bagaimana dirumah bude Ami? Kamu senangkan bisa kenal dengan keluarga besarku?" jawab Yusuf diseberang sana. Ya, Yusuf memang tidak bisa ikut bergabung dengan keluarganya karna harus pergi keluar kota untuk mengurus pekerjaannya."Rame mas,""Iya memang rame yank. Apalagi kalau dikumpulkan dengan keluarga papa jadi tambah rame," sahut Yusuf."Iya mas. Kamu lagi ngapain? Kapan pulang?" cecar Melinda."Lusa kayaknya. Kenapa yank? Kangen kah?""Iya gitu deh mas. Soalnya ini kali pertama aku ditinggalkan saat kita menikah," balas Melinda.Sudah dua minggu Yusuf pergi meninggalkan Melinda karna pekerjaannya. Dengan terpaksa Melinda pun mengizinkan Yusuf pergi, meski dengan berat hati. Melinda juga terpaksa mengikuti keinginan Yusuf untuk tinggal dirumah orangtuanya karna rumah mereka masih dalam proses pembangunan."Sabar ya sayang. Bentar lagi aku pasti pulang kok," kata yang diucapkan oleh Yusuf menambah rasa kangen di hati Melinda."Aku tunggu loh mas. Udah dulu ya, aku lagi bantu-bantu dirumah bude Ami. Nanti kalau udah sampai rumah ku telpon lagi ya Mas," ujar Melinda mengakhiri panggilan dengan suaminya."Iya sayang. Jangan capek-capek ya, jaga kandunganmu," balas Yusuf.Ya, benar. Melinda memang lagi mengandung benih cintanya dengan Yusuf. Bahkan dokter juga berpesan jangan terlalu capek karna usia kandungannya baru dua minggu, masih sangat rawan soalnya.Melinda pun meneruskan pekerjaannya. Namun teriakan dari mbak Santi menghentikan pekerjaannya lagi."Mel cepat disini masih banyak nih!" teriak mbak Santi.Membuat Melinda langsung berlari keluar. Namun, betapa terkejutnya Melinda saat melihat semua orang justru sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Tidak seperti dugaan Melinda yang mengira mereka saling membantu. Piring-piring masih berserakan sama seperti saat Melinda pergi ke dapur tadi."Itu Mel disana! Kamu bereskan dulu, kemudian kamu cuci ya. Kenapa malah melamun begitu?" ucap bude Ami sambil menunjuk kearah piring dan gelas yang berserakan.Melinda nampak mematung memikirkan. Kenapa hanya dia yang bekerja disini? Kenapa hanya dia yang disuruh membereskan semua ini? Bukan kah disini juga banyak keponakannya yang lain. Kenapa tidak disuruh juga? Kenapa hanya Melinda yang dijadikan babu?"Kenapa malah diam aja Mel? Bude tahu kok kalau ini adalah pekerjaanmu sebelum kamu menikah dengan Yusuf!""Kenapa hanya aku saja yang disuruh mengejakan semua ini bude?" tanya Melinda."Ya iyalah kamu Mel. Kamu kan hanya bisa bantu tenaga saja disini. Gak mungkin kan kamu bisa kayak Dina?" ujar bude Ami membuat Melinda bingung akan perkataannya."Ma aku haus. Pengen es jeruk!" ujar Syifa anaknya mbak Santi."Tolong kamu ambilkan es jeruk didalam kulkas sekalian ya Mel. Syifa haus katanya," mbak Santi kembali menyuruh Melinda. Padahal pekerjaan itu sangat mudah. Tapi tak dilakukannya."Aku mbak?" tanya Melinda menunjuk dirinya sendiri."Iya lah. Siapa lagi memangnya yang namanya Melinda disini? Cuman kamu doangkan?" ketus mbak Santi."Udah sana kamu ambilin. Sekalian kamu bawa piring-piring kotor itu kebelakang!" bude Ami menengahi tapi masih menyuruh Melinda."Tapi kan mbak Santi bisa mengambilnya sendiri,""Kamu ini diminta tolong malah protes? Ini keponakan kamu loh yang haus, gak ikhlas kah?" balas mbak Santi."Bukan kah dia juga anak mu mbak?" ucap Melinda dalam hati. Tapi dia memilih diam dan melanjutkan pekerjaannya. Ia tak mau memperpanjang masalah lagi.Tapi tetap saja Melinda bertanya-tanya dalam hatinya. Kenapa dia diperlakukan begini? Apa karna dia anggota baru dikeluarga ini? Atau karna bajunya tak sebagus dengan anggota keluarga yang lain? Melinda sempat melirik kearah Dina tadi yang tampil mewah sangat berbeda dengannya karna hanya mengenakan daster. Karna daster adalah pakainan favorit Melinda, tidak gerah dan tidak ribet."Mel mana es jeruknya? Buruan dong!" teriak mbak Santi lagi."Iya!" sahut Melinda sambil berlari kearah kulkas."Loh kok jus mangga?" ucap Syifa melotot."Es jeruknya habis. Hanya sisa jus mangga""Pokoknya aku gak mau itu! Aku mau nya es jeruk tante. Tadi aja masih banyak!" rengek Syifa."Kamu beliin ya Mel. Ada kok di depan komplek. Nih uangnya, kembaliannya buat kamu aja!" ucap mbak Santi menyerahkan uang dua puluh ribu."Tinggal keluar. Kamu lurus aja. Nah di depan orang jualan jus buahnya," ucap bude Ami disamping mbak Santi."Nah dekat aja Mel. Kamu cepat beliin ya. Kasian Syifa kehausan," timpal mbak Santi.Dengan langkah berat Melinda pun melakukan perintah iparnya lagi. Dia melangkah keluar rumah."Ehh mau kemana Mel?" tanya pakde Anton sambil memainkan ponselnya diteras."Mau beliin Syifa jus pakde!" sahut Melinda."Wah kebetulan sekali. Pakde nitip beliin rokoknya. Malas harus jalan kaki keluar," ujar pakde Anton."Tapi pakde?""Udah gak usah tapi-tapian. Nih uangnya!" sela pakde Anton mengeluarkan uang merah dari dalam dompetnya."Bukan itu pakde! Aku gak tau dimana warungnya!" ucap Melinda mulai kesal menghadapi keluarga suaminya."Kamu jalan aja kedepan pasti ketemu nanti warungnya!" balas pakde Anton berlalu masuk tanpa mau tahu alasan Melinda lagi.Seandainya, Imel mama mertua nya ada disini, beliau pasti membela Melinda. Sayangnya beliau sedang melaksanakan ibadah Umrah ditanah suci. Imel mama mertuanya Melinda tak pernah pilih kasih dan pandang bulu. Dia sangat menyayangi anak menantunya. Merupakan satu kebanggaan khusus dihati Melinda mengingat perlakuan ramah mertuanya, "Melinda kangen mama deh,"Bersambung...Saat Melinda berjalan menuju warung untuk membelikan pakdenya rokok. Seorang pengendara motor menjambret dompet yang dipenggang oleh Melinda."T-tolong!! Tolong!!" teriak Melinda repleks tersentak kaget.Tak berselang lama seorang lelaki paruh baya menghampiri Melinda. Tapi sayangnya, jambret itu lebih dulu kabur."Kamu kenapa nak?" tanya lelaki paruh baya itu membantu Melinda berdiri.Melinda menunjuk kearah pengendara motor yang sudah berhasil mengambil dompetnya, "Itu pak! A-anu, dompet saya!""Loh bukannya kamu Melinda? Putrinya pak Kusuma?" ucap lelaki paru baya itu balik bertanya.Melinda yang tadi shock malah menjadi bingung untuk mengenali lelaki paruh baya yang menolongnya. Dia mengingat-ingat apakah pernah bertemu dengan lelaki paruh baya yang ada dihadapannya, "Bapak mengenalku? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"Lelaki paruh baya itu tersenyum simpul, "Saya Wijaya. Rekan bisnisnya bapak kamu, Kusuma. Kita bertemu waktu kamu masih SMA dulu,""Oh pantes saya lupa mungki
Bik Ramlah sepertinya mendengar hinaan kepada Melinda tadi. Dia pun langsung menyuruh majikan nya untuk istirahat."Mbak istirahat saja dikamar. Biar saya saja yang mengerjakan semua ini. Nanti kalau mbak Santi nanya saya tinggal bilang kalau mbak Melinda capek," ujar bik Ramlah tak tega melihat Melinda yang terlihat pucat."Iya bik. Makasih ya," balas Melinda langsung melangkah menuju kamarnya. Dia sangat lelah fisik dan batinnya. Melinda juga gak mau terjadi sesuatu kepada janin yang dikandungnnya. Melinda langsung merebahkan tubuh nya dikasur, merenggangkan otot-otot yang sudah mulai kaku. Baru ingin memejamkan mata, dering diponselnya menghentikan keinginannya. Terpampang nama ibunya di ponsel, lekas Melinda menjawab panggilan dari sang ibu."Assalamualaikum, bu," ucap Melinda ketika telpon sudah tersambung."Waalaikumsalam nak. Bagaimana kabarmu?""Alhamdulillah Melin baik bu. Ibu dan bapak juga apa kabar?""Kami juga baik Mel,""Syukurlah kalau begitu. Oh iya ibu ada apa menelp
Saat keluarga Melinda sedang asyik berbincang. Mbak Santi datang dan berucap dengan sinis, "Piring-piring kotor sudah numpuk didalam Mel. Oh iya bu sekalian bantuin anaknya ya,"Pak Kusuma seketika melotot, begitupun dengan pak Wowo mereka saling tatap."Ini ada apa Mel? Kenapa kamu menyuruh Melinda? Bukan kah kamu kakak iparnya Melin?" cecar pak Kusuma."Iya benar saya kakak iparnya. Saya juga tau kalau bapak adalah bapaknya Melinda," balas mbak Santi tanpa rasa bersalah telah memerintah iparnya."Lalu kenapa kamu menyuruh anak dan istri saya? Bukan kah disini ada pembantu?" ucap pak Kusuma lagi berusaha menahan emosinya."Ada sih, tapi dia lagi sakit. Gak tau kapan sembuhnya, jadi untuk sementara Melinda yang menggantikan tugas-tugasnya," ucap mbak Santi berlalu masuk kedalam tanpa menoleh kearah pak Kusuma yang sedang diambang kemarahan.Pak Kusuma terlihat sangat marah, dia memperlakukan putrinya seperti sultan dirumahnya. Sedangkan dirumah mertuanya, putrinya dijadikan upik abu.
"Hahaha bodyguard sekaligus sopir pribadi katanya, yank. Nih bodyguard tu harus nya badan nya ideal kayak saya, bukan kayak kamu kurus kering gitu," ucap Riko memamerkan ototnya sambil terkekeh."Dan untuk anda, anda, dan kamu terutama Mel! Masih untung keluarga ku mau menampung mu tinggal dirumah mewah ini. Kalau gak kamu pasti masih tinggal di gubuk orangtua mu atau mungkin di kolong jembatan. Kamu juga dikasih makan secara gratis disini. Jadi wajar dong jika Melinda menbantu pekejaan rumah ini. He to llo jangan sok mengaku sebagai sultan ya kalau aslinya hanya upik abu! Nih barang bawaan nya juga pakai kardus, mana ada sultan bawa kardus!" sinis mbak Santi menunjuk kearah pak Kusuma, Ibu Marisha dan Melinda secara bergantian dengan senyum mengejek."Hey anak kemarin sore! Jangan berani-berani tangan kamu menunjuk ke wajah saya, gak sopan! Saya pastikan kalian akan menyesal melakukan hal ini kepada kami! Ayo Mel kita pergi dari sini, kita akan menginap di hotel selama menunggu suami
Bapak Kusuma dan ibu Marisha saling pandang lalu mereka mengaguk bersamaan. Melinda pun langsung menyentuh ikon hijau pada layar ponselnya."Assalamualaikum mas!" ucap Melinda setelah telpon tersambung."Waalaikumsalam, dek. Em anu dek mas mau nanya apakah yang dikatakan oleh bapak tadi benar? Mbak Santi dan mas Riko menjadikan mu upik abu dirumah?" tanya Yusuf seakan ragu untuk bertanya.Melinda terdiam, sebenarnya dia ragu untuk berkata jujur. Ia takut akan membuat hubungan suami dengan kakak iparnya menjadi renggang. Tapi jika berbohong, itupun juga tak baik."Kenapa diam, dek? Apakah semua itu benar? Jangan pernah ragu untuk berkata jujur kepada mas.""Em, maaf mas bukan itu. Sebenarnya aku masih bingung dengan perlakukan mereka terhadap ku. Tapi seiring berjalannya waktu, kelakuan mereka semakin menjadi-jadi kepada ku," jawab Melinda jujur."Nanti mas akan tegur mereka, maafin mas ya sudah membuat mu tersakiti begini. Sekarang kamu dimana dek? Apakah bapak dan ibu membawamu pulan
"Mas Yusuf dikirim ke Kalimantan untuk mengurus sesuatu pak," jawab Melinda."Astaga istri lagi hamil muda kok ditinggalin begitu aja. Tapi bagus deh kalau dia mau tetap pulang itu artinya dia lelaki yang bertanggung jawab dan cekatan," ucap bapak Kusuma kemudian.***Setelah dua jam berlalu, ponsel Melinda kembali berdering. Terpampang jelas nama Mas Yusuf dilayar.Dia hanya mengirim pesan untuk menanyakan alamat tempat Melinda dan keluarganya menginap.Gegas Melinda menjawab dan menshareloc kepada suaminya. Tak perlu menunggu lama, hanya setengah jam Yusuf telah tiba dihotel karna memang jarak antara bandara dan hotel cukup dekat.Yusuf langsung menemui keluarga Melinda. Dia juga minta maaf kepada istri dan mertuanya untuk perihal perlakukan keluarganya."Sudah lah gak papa kok, Suf. Bukan salah kamu juga. Hanya saja bapak ingin mengingatkan janji mu dulu saat meminta Melin menjadi istrimu, kamu tak akan pernah lupa dengan janjimu itukan?" jawab pak Kusuma mencoba mengingatkan peran
Yusuf, pak Kusuma dan pak Wowo sedang bermain catur di teras. Sedangkan bu Marisha sedang bercengkrama dengan Melinda.Silau sorot lampu mobil memasuki pekarangan membuat obrolan Yusuf dan mertuanya terhenti.Dari arah mobil keluar lah Yuda, adik bungsu Yusuf. Diikuti dengan Dina, istrinya Yuda. Mereka ada pasangan dibanggakan oleh Santi. Mereka menyapa Yusuf dengan alakadarnya dan langsung masuk ke dalam rumah."Eh ini dia yang ditunggu dari tadi, kok baru datang sih? Udah makan apa belum?" ucap Santi ramah keluar dari kamarnya. Dia memeluk dan menciumi pipi kiri dan kanan Dina."Dia adik ipar mu, Mel?" bisik bu Marisha kepada Melinda."Iya bu. Itu Yuda, adiknya mas Yusuf," jawab Melinda."Hai mbak Melin!" sapa Dina saat melihat kearah Melinda, "Apa kabar mbak?""Baik Din. Kamu juga apa kabar?"Meskipun Yusuf lebih tua daripada Yuda, tapi Yuda menikah lebih dari dulu dari Yusuf. Sedangkan Yusuf memilih melanjutkan sekolah S2 nya terlebih dahulu. Tapi Yuda dan Dina belum memiliki ketur
"Lelucon apa sih maksudmu Din? Aku beneran tidak mengerti," ungkap Yusuf serius."Masa kamu gak ngerti sih mas? Coba tanya disini apa ada yang percaya kalau perempuan yang menjadi istrimu itu memiliki pembantu dirumahnya? Gak kan?" balas Dina sambil terkekeh geli.Santi dan Yuda yang mendengar perkataan Dina ikut tertawa."Loh kok kalian tertawa? Ada yang lucu kah dari ucapanku?" "Gak ada yang lucu sih. Hanya saja kami tidak mempercayai halusinasi mu itu saja. Bagaimana bisa kamu bilang kalau Melinda memiliki pembantu sedangkan dia saja berasal dari keluarga upik abu yang tak sengaja kamu pungut dan berubah menjadi sultan. Ingat gak waktu resepsi pernikahan mu dulu, sumpah deh gak banget. Nikahan kok sepi kayak kuburan," kata Santi mengibas-ngibaskan anak rambutnya."Jadi mbak Santi dapat menyimpulkan kalau Melinda itu dari keluarga tak mampu hanya karna acara resepsi kami digelar sederhana, begitu kah?" tanya Yusuf lagi."Iya dong, kan kalau sultan mah acaranya mewah bisa sampai tuj