Keluarga Yusuf turun dari mobil. Mereka berdecak kagum saat melihat dekorasi pernikahan Melinda kali ini. Sangat berbeda saat pernikahannya dengan Yusuf.Hati Santi berdenyut nyeri kembali, ketika awal mula dia merendahkan Melinda. Hanya karna memakai daster dan menggelar pernikahan dengan sederhana. Dia lalu memperlakukan Melinda seperti Upik Abu yang ternyata adalah seorang Sultan.Mereka langsung mengisi buku tamu, bahkan terpampang banyak papan ucapan dan buket bunga membuat mereka semakin kagum.Saat melihat dekorasi yang begitu bagus, kepala Dina langsung travelling. Dia menduga-duga berapa biaya yang sudah dihabiskan oleh Rio dan Melinda untuk dekorasi ini. Sungguh dia merasa lucu karna sempat ingin bersaing kekayaan dengan Melinda dulu.Mata Yusuf melirik ke sebuah foto besar yang di sebut foto prewedding. Foto itu sepertinya diambil di sebuah pantai. Tiba-tiba Yusuf teringat saat dia menelantarkan mantan istrinya itu."Lihat itu!" bisik Dina pada Yuda. Yuda langsung melirik k
"Mel kamu bereskan ruang tamu ya!" kata Santi kakaknya Yusuf."Loh kok aku mbak? Kan aku gak ikutan kumpul-kumpul disana tadi," protes Melinda."Terus siapa lagi dong? Aku? Hari ini Siti pembantunya bude Ami gak masuk lagi sakit dia. Jadi kamu yang cuci semuanya," titah Santi berlalu meninggalkan Melinda karna tak mau dibantah lagi.Hari ini keluarga besar Yusuf melangsungkan arisan bulanan keluarga. Kebetulan diadakan dirumah bude Ami, saudara tertua dari mamanya Yusuf. Berhubung Melinda baru menikah dua bulan bersama Yusuf, pertemuan ini juga menjadi perkenalan pertamanya dengan keluarga besar suaminya."Loh kok masih diam aja? Diluar banyak loh piring dan gelas kotornya. Cepat dicuci," ucap bude Ami mengagetkan Melinda."Ah iya bude," jawab Melinda agak gugup. Melinda langsung mengambil piring dan gelas kotor untuk dibawa ke wastafeel kemudian dicucinya. Padahal saat dirumahnya sebelum menikah dengan Yusuf, Melinda tidak pernah melakukan pekerjaan ini. Karna semua sudah dikerjakan
Saat Melinda berjalan menuju warung untuk membelikan pakdenya rokok. Seorang pengendara motor menjambret dompet yang dipenggang oleh Melinda."T-tolong!! Tolong!!" teriak Melinda repleks tersentak kaget.Tak berselang lama seorang lelaki paruh baya menghampiri Melinda. Tapi sayangnya, jambret itu lebih dulu kabur."Kamu kenapa nak?" tanya lelaki paruh baya itu membantu Melinda berdiri.Melinda menunjuk kearah pengendara motor yang sudah berhasil mengambil dompetnya, "Itu pak! A-anu, dompet saya!""Loh bukannya kamu Melinda? Putrinya pak Kusuma?" ucap lelaki paru baya itu balik bertanya.Melinda yang tadi shock malah menjadi bingung untuk mengenali lelaki paruh baya yang menolongnya. Dia mengingat-ingat apakah pernah bertemu dengan lelaki paruh baya yang ada dihadapannya, "Bapak mengenalku? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"Lelaki paruh baya itu tersenyum simpul, "Saya Wijaya. Rekan bisnisnya bapak kamu, Kusuma. Kita bertemu waktu kamu masih SMA dulu,""Oh pantes saya lupa mungki
Bik Ramlah sepertinya mendengar hinaan kepada Melinda tadi. Dia pun langsung menyuruh majikan nya untuk istirahat."Mbak istirahat saja dikamar. Biar saya saja yang mengerjakan semua ini. Nanti kalau mbak Santi nanya saya tinggal bilang kalau mbak Melinda capek," ujar bik Ramlah tak tega melihat Melinda yang terlihat pucat."Iya bik. Makasih ya," balas Melinda langsung melangkah menuju kamarnya. Dia sangat lelah fisik dan batinnya. Melinda juga gak mau terjadi sesuatu kepada janin yang dikandungnnya. Melinda langsung merebahkan tubuh nya dikasur, merenggangkan otot-otot yang sudah mulai kaku. Baru ingin memejamkan mata, dering diponselnya menghentikan keinginannya. Terpampang nama ibunya di ponsel, lekas Melinda menjawab panggilan dari sang ibu."Assalamualaikum, bu," ucap Melinda ketika telpon sudah tersambung."Waalaikumsalam nak. Bagaimana kabarmu?""Alhamdulillah Melin baik bu. Ibu dan bapak juga apa kabar?""Kami juga baik Mel,""Syukurlah kalau begitu. Oh iya ibu ada apa menelp
Saat keluarga Melinda sedang asyik berbincang. Mbak Santi datang dan berucap dengan sinis, "Piring-piring kotor sudah numpuk didalam Mel. Oh iya bu sekalian bantuin anaknya ya,"Pak Kusuma seketika melotot, begitupun dengan pak Wowo mereka saling tatap."Ini ada apa Mel? Kenapa kamu menyuruh Melinda? Bukan kah kamu kakak iparnya Melin?" cecar pak Kusuma."Iya benar saya kakak iparnya. Saya juga tau kalau bapak adalah bapaknya Melinda," balas mbak Santi tanpa rasa bersalah telah memerintah iparnya."Lalu kenapa kamu menyuruh anak dan istri saya? Bukan kah disini ada pembantu?" ucap pak Kusuma lagi berusaha menahan emosinya."Ada sih, tapi dia lagi sakit. Gak tau kapan sembuhnya, jadi untuk sementara Melinda yang menggantikan tugas-tugasnya," ucap mbak Santi berlalu masuk kedalam tanpa menoleh kearah pak Kusuma yang sedang diambang kemarahan.Pak Kusuma terlihat sangat marah, dia memperlakukan putrinya seperti sultan dirumahnya. Sedangkan dirumah mertuanya, putrinya dijadikan upik abu.
"Hahaha bodyguard sekaligus sopir pribadi katanya, yank. Nih bodyguard tu harus nya badan nya ideal kayak saya, bukan kayak kamu kurus kering gitu," ucap Riko memamerkan ototnya sambil terkekeh."Dan untuk anda, anda, dan kamu terutama Mel! Masih untung keluarga ku mau menampung mu tinggal dirumah mewah ini. Kalau gak kamu pasti masih tinggal di gubuk orangtua mu atau mungkin di kolong jembatan. Kamu juga dikasih makan secara gratis disini. Jadi wajar dong jika Melinda menbantu pekejaan rumah ini. He to llo jangan sok mengaku sebagai sultan ya kalau aslinya hanya upik abu! Nih barang bawaan nya juga pakai kardus, mana ada sultan bawa kardus!" sinis mbak Santi menunjuk kearah pak Kusuma, Ibu Marisha dan Melinda secara bergantian dengan senyum mengejek."Hey anak kemarin sore! Jangan berani-berani tangan kamu menunjuk ke wajah saya, gak sopan! Saya pastikan kalian akan menyesal melakukan hal ini kepada kami! Ayo Mel kita pergi dari sini, kita akan menginap di hotel selama menunggu suami
Bapak Kusuma dan ibu Marisha saling pandang lalu mereka mengaguk bersamaan. Melinda pun langsung menyentuh ikon hijau pada layar ponselnya."Assalamualaikum mas!" ucap Melinda setelah telpon tersambung."Waalaikumsalam, dek. Em anu dek mas mau nanya apakah yang dikatakan oleh bapak tadi benar? Mbak Santi dan mas Riko menjadikan mu upik abu dirumah?" tanya Yusuf seakan ragu untuk bertanya.Melinda terdiam, sebenarnya dia ragu untuk berkata jujur. Ia takut akan membuat hubungan suami dengan kakak iparnya menjadi renggang. Tapi jika berbohong, itupun juga tak baik."Kenapa diam, dek? Apakah semua itu benar? Jangan pernah ragu untuk berkata jujur kepada mas.""Em, maaf mas bukan itu. Sebenarnya aku masih bingung dengan perlakukan mereka terhadap ku. Tapi seiring berjalannya waktu, kelakuan mereka semakin menjadi-jadi kepada ku," jawab Melinda jujur."Nanti mas akan tegur mereka, maafin mas ya sudah membuat mu tersakiti begini. Sekarang kamu dimana dek? Apakah bapak dan ibu membawamu pulan
"Mas Yusuf dikirim ke Kalimantan untuk mengurus sesuatu pak," jawab Melinda."Astaga istri lagi hamil muda kok ditinggalin begitu aja. Tapi bagus deh kalau dia mau tetap pulang itu artinya dia lelaki yang bertanggung jawab dan cekatan," ucap bapak Kusuma kemudian.***Setelah dua jam berlalu, ponsel Melinda kembali berdering. Terpampang jelas nama Mas Yusuf dilayar.Dia hanya mengirim pesan untuk menanyakan alamat tempat Melinda dan keluarganya menginap.Gegas Melinda menjawab dan menshareloc kepada suaminya. Tak perlu menunggu lama, hanya setengah jam Yusuf telah tiba dihotel karna memang jarak antara bandara dan hotel cukup dekat.Yusuf langsung menemui keluarga Melinda. Dia juga minta maaf kepada istri dan mertuanya untuk perihal perlakukan keluarganya."Sudah lah gak papa kok, Suf. Bukan salah kamu juga. Hanya saja bapak ingin mengingatkan janji mu dulu saat meminta Melin menjadi istrimu, kamu tak akan pernah lupa dengan janjimu itukan?" jawab pak Kusuma mencoba mengingatkan peran