Beranda / Pernikahan / Sultan Dianggap Upik Abu / Bab. 6 Yusuf Kerja Dimana?

Share

Bab. 6 Yusuf Kerja Dimana?

Penulis: Pena Merah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bapak Kusuma dan ibu Marisha saling pandang lalu mereka mengaguk bersamaan. Melinda pun langsung menyentuh ikon hijau pada layar ponselnya.

"Assalamualaikum mas!" ucap Melinda setelah telpon tersambung.

"Waalaikumsalam, dek. Em anu dek mas mau nanya apakah yang dikatakan oleh bapak tadi benar? Mbak Santi dan mas Riko menjadikan mu upik abu dirumah?" tanya Yusuf seakan ragu untuk bertanya.

Melinda terdiam, sebenarnya dia ragu untuk berkata jujur. Ia takut akan membuat hubungan suami dengan kakak iparnya menjadi renggang. Tapi jika berbohong, itupun juga tak baik.

"Kenapa diam, dek? Apakah semua itu benar? Jangan pernah ragu untuk berkata jujur kepada mas."

"Em, maaf mas bukan itu. Sebenarnya aku masih bingung dengan perlakukan mereka terhadap ku. Tapi seiring berjalannya waktu, kelakuan mereka semakin menjadi-jadi kepada ku," jawab Melinda jujur.

"Nanti mas akan tegur mereka, maafin mas ya sudah membuat mu tersakiti begini. Sekarang kamu dimana dek? Apakah bapak dan ibu membawamu pulang ke rumah mereka?"

"Hem. Kami tidak pulang ke rumah, bapak dan ibu hanya membawa ke hotel tempat mereka menginap kok mas. Jadi kamu gak usah khawatir,"

"Syukurlah kalau begitu. Mas akan pulang sekarang juga, gak enak rasanya kalau pikiran mas tertuju pada mu. Pasti akan gagal fokus juga dalam pekerjaan. Yaudah kamu shareloc aja ya, nanti mas akan langsung nyusul ke hotel tempat kalian menginap," ujar Yusuf lagi.

"Oh iya mas nanti langsung dishareloc pas sampai hotel. Maafin sikap bapak ya yang tadi marah-marah sama mas,"

"Ah gak papa kok dek. Mas pun akan melakukan hal serupa jika menjadi bapak, jadi wajar jika bapak melakukan hal itu. Yaudah mas langsung berangkat hari ini, jaga dirimu dan anak kita ya. Assalamualaikum yank," kata Yusuf mengakhiri panggilannya.

"Iya mas, kamu juga hati-hati di jalan."

Begitu panggilan terputus, pak Kusuma langsung bertanya kepada putrinya, "Bagaimana? Apakah Yusuf mau menuruti permintaan bapak untuk pulang hari ini?"

"Iya, pak. Mas Yusuf pulang hari ini juga."

"Baguslah kalau begitu, dia harus tahu bagaimana kelakuan keluarganya terhadap mu. Dan bapak marah kepadanya,"

"Ah bapak harusnya tak boleh marah sama mas Yusuf. Dia tak tau apa-apa karna memang Melin belum cerita tentang perlakukan keluarganya," ucap Melinda membujuk bapaknya.

"Loh kenapa begitu? Harusnya kamu harus cerita dan terbuka kepada Yusuf. Pantas saja saat bicara dengan nya tadi, dia nya bengong begitu,"

"Sebenarnya, Melin gak mau mereka sampai berantem hanya karna masalah ini pak,"

"Astaga Melinda, jadi orang jangan terlalu baik. Mana Melin bapak dan ibu yang tegas dulu? Kami tak pernah mengajarimu untuk menjadi wanita yang lemah. Kamu boleh bersikap baik kepada siapa yang pantas untuk dibaiki, bukan kepada manusia angkuh begitu. Coba lah untuk tegas kepada mereka Mel, agar mereka tak merendahkanmu lagi. Kamu putri kebanggaan kami, kami akan sedih melihatmu diperlakukan sebagai upik abu, nak,"

***

Waktu bergulir bagitu cepat saat tak berada dirumah Yusuf. Berbeda saat ada disana, menunggu satu menit pun serasa satu jam. Kebebasan, itulah yang dirasakan oleh Melinda saat ini.

Tring! Dering ponsel membuyarkan lamunannya. Terpampang dilayar "Mamer" nama untuk nomor ponsel mama mertuanya. Melinda pun langsung menjawab panggilan itu.

"Hallo Assalamualaikum ma," kata Melinda membuka perkacapan saat telpon tehubung.

"Waalaikumsalam, Mel. Kamu apa kabar nak?"

"Baik ma. Mama sama papa juga apa kabar disana?"

"Alhamdulillah baik Mel. Bagaimana juga dengan kandungan mu, sehat juga kan?" pertanyaan dari mertuanya mampu membuat hati Melinda tersentuh, mama mertuanya memang berbeda dengan keluar Yusuf yang lainnya. Dia selalu memperlakukan Melinda selayaknya anak kandung nya sendiri, padahal baru dua bulan mereka menjadi keluarga.

"Sehat juga ma. Oiya ma bagaimana disana? Apakah semuanya lancar?"

"Alhamdulillah lancar, nak. Mama menghubungimu karna kangen padamu. Kan selama mama berangkat belum pernah menghubungimu, maaf kan mama ya Mel,"

"Ahh tidak papa kok ma. Melin paham kok, kan mama sama papa harus fokus beribah selama disana. Yang terpenting kalian sehat disana,"

"Tetap aja mama merasa gak enak sama kamu. Tapi besok kami sudah selesai kok dan segera pulang kerumah. Duh jadi gak sabar rasanya, Mel,"

"Besok ma?"

"Iya besok Mel. Jangan bilang kamu lupa kamu besok kami sudah pulang?"

"Hehe, maafin Melin ya ma. Melin memang lupa," ucap Melinda kikuk menahan malu kepada mertuanya karna melupakan hari kepulangannya.

"Ahh gak papa kok Mel. Wajar bumil emang sering pelupa. Mama dulu juga begitu saat mengandung Yusuf. Oh iya Yusuf juga pulang kan besok dari luar kota?"

"Iya ma, mas Yusuf pulang kok,"

"Syukurlah kalau begitu. Mama tutup dulu ya telpon nya. Jaga diri dan kandungan mu ya Mel. Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam. Pasti ma,"

Panggilan dengan mertuanya terputus. Melinda pun memutuskan untuk pergi ke kamar orangtuanya.

***

Melinda mengetuk pintu kamar orangtuanya tapi tak ada sahutan. Jadi ia memutuskan untuk segera masuk. Melinda mengedarkan pandangan tapi tak melihat orangtuanya disana tapi pintu balkon tebuka. Karna penasaran Melinda pun melangkah ke arah balkon.

"Pantas gak ada sahutan, ternyata ibu sama bapak sedang bersantai disini rupa," ucap Melinda mengagetkan orangtuanya.

"Astaga Mel, kalau masuk itu kasih salam bukan ngagetin begini,"

"Hehe maaf bu. Abisnya dari tadi ketuk pintu gak ada yang bukain. Saat masuk ke kamar juga gak ada orang. Eh gak tau nya lagi berduaan disini," kekeh Melinda menggoda orangtuanya.

Bu Marisha jadi salah tingkah digoda sama putrinya sendiri, "Udah ah masa orangtua di godain begitu, gak baik Mel. Oh iya kamu ngapai kemari?"

"Cie-cie muka ibu merah tuh."

Bu Marisha mendelik menatap purtinya.

"Ahh iya maaf bu sultan. Melin mau ngasih tau kalau besok mertua Melin pulang umrah," ucap Melinda duduk disamping bu Marisha sambil bergelanjut manja dipaha perempuan paruh baya itu. Meski tak bisa dikatakan muda lagi, tapi tetap bu Marisha tetap di usianya yang sekarang.

"Kenapa baru cerita sekarang Mel?" tanya bapak Kusuma menimpali.

"Hehe abisnya Melin lupa kalau besok tanggal 20 pak," ucap Melin sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Kalau tanggal satu aja kamu ingat mulu," sindir ibu Marisha.

"Tau aja ibu nih. Mungkin karna mertua ku lagi gak ada dirumah makanya mbak Santi dan yang lainnya memperlakukan begitu ya bu?"

Ibu Marisha mengangkat kedua bahunya, "Maybe so Mel. Mereka itu aneh loh menurut ibu, Santi dan Yusuf berbeda 180 derajat."

"Si ibu sok-sokan pakai bahasa Inggris segala. Wong tinggalnya di kampung juga. Yang sifat manusia kan memang berbeda bu, gak ada yang sama,"

"Kamu lupa Mel, ibu kan blasteran. Hanya karna cinta sama bapakmu jadi ibu mau tinggal di kampung,"

"Sultan mah bebas," kekeh Melinda.

"Udah ah jangan ribut! Tapi bapak setuju loh Melinda, manusia itu tak ada yang sama sifatnya meskipun mengalir darah yang sama dinadi nya. Wong Tasya dan Nasya aja beda, padahal mereka kembar loh," ucap pak Kusuma membicarakan keponakannya, Tasya sangat lemah lembut sedangkan Nasya Masyaallah angkuhnya tak ketulungan.

Ibu Marisha mengaguk membenarkan ucapan suaminya. Baru Melinda mau ikut menimpali, dering ponsel menghentikan nya.

Ternyata Yusuf suaminya lah yang menelpon.

"Dek kamu shareloc ya. Sebentar lagi mas menuju bandara." ucap Yusuf saat telpon terhubung.

"Oke mas. Apa pekerjaanmu bisa langsung ditinggalkan?"

"Disini juga mas gak akan fokus bekerja. Udah dulu ya dek, mas mau check in dulu. Nanti mas hubungi lagi begitu sampai di Jakarta,"

"Iya mas, hati-hati dijalan,"

Begitu telpon terputus, ibu Marisha langsung bertanya, "Bagaimana Mel, apakah Yusuf akan pulang hari ini juga?"

Melinda mengaguk, "Iya bu. Mas Yusuf berhasil mendapatkan penerbangan sore ini,"

Bapak Kusuma menyerngit heran, "Loh kok pakai pesawat, memangnya Yusuf bekerja dimana?"

Bersambang...

Bab terkait

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 7 Pertengkaran Yusuf vs Santi

    "Mas Yusuf dikirim ke Kalimantan untuk mengurus sesuatu pak," jawab Melinda."Astaga istri lagi hamil muda kok ditinggalin begitu aja. Tapi bagus deh kalau dia mau tetap pulang itu artinya dia lelaki yang bertanggung jawab dan cekatan," ucap bapak Kusuma kemudian.***Setelah dua jam berlalu, ponsel Melinda kembali berdering. Terpampang jelas nama Mas Yusuf dilayar.Dia hanya mengirim pesan untuk menanyakan alamat tempat Melinda dan keluarganya menginap.Gegas Melinda menjawab dan menshareloc kepada suaminya. Tak perlu menunggu lama, hanya setengah jam Yusuf telah tiba dihotel karna memang jarak antara bandara dan hotel cukup dekat.Yusuf langsung menemui keluarga Melinda. Dia juga minta maaf kepada istri dan mertuanya untuk perihal perlakukan keluarganya."Sudah lah gak papa kok, Suf. Bukan salah kamu juga. Hanya saja bapak ingin mengingatkan janji mu dulu saat meminta Melin menjadi istrimu, kamu tak akan pernah lupa dengan janjimu itukan?" jawab pak Kusuma mencoba mengingatkan peran

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 8 Tamu Agung

    Yusuf, pak Kusuma dan pak Wowo sedang bermain catur di teras. Sedangkan bu Marisha sedang bercengkrama dengan Melinda.Silau sorot lampu mobil memasuki pekarangan membuat obrolan Yusuf dan mertuanya terhenti.Dari arah mobil keluar lah Yuda, adik bungsu Yusuf. Diikuti dengan Dina, istrinya Yuda. Mereka ada pasangan dibanggakan oleh Santi. Mereka menyapa Yusuf dengan alakadarnya dan langsung masuk ke dalam rumah."Eh ini dia yang ditunggu dari tadi, kok baru datang sih? Udah makan apa belum?" ucap Santi ramah keluar dari kamarnya. Dia memeluk dan menciumi pipi kiri dan kanan Dina."Dia adik ipar mu, Mel?" bisik bu Marisha kepada Melinda."Iya bu. Itu Yuda, adiknya mas Yusuf," jawab Melinda."Hai mbak Melin!" sapa Dina saat melihat kearah Melinda, "Apa kabar mbak?""Baik Din. Kamu juga apa kabar?"Meskipun Yusuf lebih tua daripada Yuda, tapi Yuda menikah lebih dari dulu dari Yusuf. Sedangkan Yusuf memilih melanjutkan sekolah S2 nya terlebih dahulu. Tapi Yuda dan Dina belum memiliki ketur

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 9 Telpon dari Bude Ami

    "Lelucon apa sih maksudmu Din? Aku beneran tidak mengerti," ungkap Yusuf serius."Masa kamu gak ngerti sih mas? Coba tanya disini apa ada yang percaya kalau perempuan yang menjadi istrimu itu memiliki pembantu dirumahnya? Gak kan?" balas Dina sambil terkekeh geli.Santi dan Yuda yang mendengar perkataan Dina ikut tertawa."Loh kok kalian tertawa? Ada yang lucu kah dari ucapanku?" "Gak ada yang lucu sih. Hanya saja kami tidak mempercayai halusinasi mu itu saja. Bagaimana bisa kamu bilang kalau Melinda memiliki pembantu sedangkan dia saja berasal dari keluarga upik abu yang tak sengaja kamu pungut dan berubah menjadi sultan. Ingat gak waktu resepsi pernikahan mu dulu, sumpah deh gak banget. Nikahan kok sepi kayak kuburan," kata Santi mengibas-ngibaskan anak rambutnya."Jadi mbak Santi dapat menyimpulkan kalau Melinda itu dari keluarga tak mampu hanya karna acara resepsi kami digelar sederhana, begitu kah?" tanya Yusuf lagi."Iya dong, kan kalau sultan mah acaranya mewah bisa sampai tuj

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 10 Emang Gue Babu Lu?

    "Iya pak Wijaya, Mel. Tetangga dekat rumah bude, dia bilang kalau bapak mu itu adalah rekan bisnisnya. Ya kali rekan bisnisnya orang susah, secara kan pak Wijaya itu terkenal kaya raya disini, bisnisnya dimana-mana juga." kata bude Ami lagi."Oh jadi bude Ami menghubungiku karna sudah mengetahui siapa bapak sebenarnya?" batin Melinda."Hallo Mel! Kamu masih disana kan?" ucap bude Ami lagi karna tak terdengar suara Melinda dari tadi."Ah iya bude, Melin masih disini kok. Pak Wijaya itu memang rekan bisnis bapak sekaligus teman main golf," jawab Melinda sekenanya."Jadi benar dong dia rekan bisnis bapak mu. Oh iya soal uang yang bude mau pinjam tadi gak papa kok kalau gak ada sekarang, besok atau lusa juga gak papa. Nanti bude kirim aja nomor rekening bude biar kamu bisa langsung transfer kalau uang nya sudah ada. Udah dulu ya Mel, bude sedang ada urusan. Terimakasih sebelumnya," ucap bude Ami mengakhiri panggilan tapi masih mengingatkan perihal peminjaman uang.Bude Ami langsung memati

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 11 Sinta bukan Princess

    Dina terlihat sangat kesal. Dia pergi meninggalkan Melinda dan bik Ramlah begitu saja. "Bibik kok senang ya melihat mbak Melin berani melawan perintah mbak Dina," ucap bik Ramlah sambil memotong sayuran."Benarkah bik? Ah pokoknya mulai sekarang aku akan melawan orang yang sudah berani menghinaku dan orang tua ku. Aku tidak mau lagi menjadi perusuh mereka,""Iya benar mbak. Bibik dukung 100 persen deh buat mbak Melin," ucap bik Ramlah mengacungkan kedua jempolnya."Benar kan bik? Masa ada orang yang mau harga dirinya diinjak-injak? Mungkin hanya ada di sinetron ikan terbang ya bik ckck," kekeh Melinda."Benar sekali mbak Melin ini. Bibik juga sebenarnya risih melihat perlakuan mereka ke mbak, tapi bibik mah bisa apa. Hanya seorang pembantu tak berhak untuk mengeluarkan pendapat. Oh iya mbak mau makan kah? Biar sekalian saya buatkan?" kata bik Ramlah ketika melihat Melinda mengambil tahu dan tempe dari dalam kulkas."Ah gak usah bik. Biar aku masak sendiri saja, kan buat mas Yusuf. Bi

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 12 Mama Harus Adil

    Mama Imelda dan papa Eddy tiba dikediaman mereka tepat pukul sebelas pagi. Semua anggota keluarga menyambut dengan suka cita. "Akhirnya kita pulang dengan selamat dan bisa menjalankan ibadah dengan hikmat ya, pa," ujar mama Imel saat mereka sedang makan bersama."Iya, ma. Kami harap setelah ini kalian juga bisa berangkat kesana ya!" balas pak Eddy.Semua anak menantu mereka menjawab dengan anggukan, karna memang setiap umat Muslim menginginkan berkunjung ke tanah suci. Hanya menunggu panggilan dari yang kuasa saja lagi."Melinda bagaimana kondisi kandungan mu, nak?" tanya mama Imel."Alhamdulillah baik ma," jawab Melinda tersenyum simpul. Sungguh dia merasa sangat beruntung karna memiliki mertua yang sangat perhatian kepadanya."Syukurlah kalau begitu, Mel. Berarti sekarang mau jalan dua bulan kan?" tanya mama Imel memastikan."Iya ma,"Mendengar percakapan mama Imel dan Melinda, Dina terlihat tidak suka, seperti nya dia cemburu akan kedekatan mertua dan iparnya itu."Tuh Din kamu li

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 13 Perihal Uang

    Mama Imel melotot tajam kearah Santi, "Siapa bilang mama gak adil? Mama juga membelikan Dina oleh-oleh. Hanya belum mama berikan aja kok,""Tuh dengar, jangan asal nuduh! Jadi malu sendirikan," sahut Melinda membuat Dina dan Santi terdiam."Jadi mama juga beliin oleh-oleh buat Dina, ma?" kata Dina tanpa malu bertanya kepada mertuanya."Iya dong, bahkan buat Santi juga. Kan kalian sama-sama anak mama. Bentar ya mama ambilin dikamar," kata mama Imel melenggeng pergi ke kamarnya."Makanya jangan asal bicara aja. Jangan suka ngiri juga sama orang, gak baik itu," lirih Melinda tapi masih bisa didengar oleh Dina. Dina seperti menahan amarah nya kepada Melinda."Jaga ucapanmu ya, Mel. Dina tidak salah, dia hanya mengatakan apa yang telah ia lihat!" ketus Santi membuat Melinda langsung terdiam. Karna jika membalas ucapan iparnya, masalah tidak akan pernah selesai.Tak lama mama Imel keluar dari kamarnya sambil membawa dua buah paperbag warna hitam. Dan langsung diberikan kepada Santi dan Dina

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 14 Sikap Bude Ami

    Setelah pakde Anton pergi, Melinda langsung masuk ke kamarnya. Ia ingin meletakkan barang pemberian mama Imel, yang seharusnya menjadi milik bude Ami."Sayang kamu lagi ngapain?" kata Yusuf yang tiba-tiba datang."Sudah pulang, mas?""Iya, baru aja yank,""Ibu dan bapak sudah pulang?""Iya, yank. Mereka baru aja berangkat tadi. Sepertinya mereka memang tidak mau datang kemari," balas Yusuf."Udah gak papa mas. Biarkan mereka tenang dulu, cepat atau lambat mereka akan baik lagi. Mereka pemaaf kok," "Semoga saja ya, yank. Oh iya di luar kayaknya ada mobilnya bude Ami?"Melinda mengaguk, "Iya, memang kamu belum ketemu sama mereka diluar, mas?"Yusuf menggaruk rambutnya yang tak gatal, sambil tersenyum, "Belum hehe. Malas rasanya ketemu sama keluarga mama, apalagi bude Ami. Sangat menjengkelkan, gak suka aku,""Menjengkelkan bagaimana, mas?""Ya gitu deh yank. Dia kayaknya gak suka sama aku, apalagi saat tau aku melanjutkan S2. Wajahnya di tekuk mulut tiap ketemu, gak ada ramahnya. Mungk

Bab terbaru

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 102

    Keluarga Yusuf turun dari mobil. Mereka berdecak kagum saat melihat dekorasi pernikahan Melinda kali ini. Sangat berbeda saat pernikahannya dengan Yusuf.Hati Santi berdenyut nyeri kembali, ketika awal mula dia merendahkan Melinda. Hanya karna memakai daster dan menggelar pernikahan dengan sederhana. Dia lalu memperlakukan Melinda seperti Upik Abu yang ternyata adalah seorang Sultan.Mereka langsung mengisi buku tamu, bahkan terpampang banyak papan ucapan dan buket bunga membuat mereka semakin kagum.Saat melihat dekorasi yang begitu bagus, kepala Dina langsung travelling. Dia menduga-duga berapa biaya yang sudah dihabiskan oleh Rio dan Melinda untuk dekorasi ini. Sungguh dia merasa lucu karna sempat ingin bersaing kekayaan dengan Melinda dulu.Mata Yusuf melirik ke sebuah foto besar yang di sebut foto prewedding. Foto itu sepertinya diambil di sebuah pantai. Tiba-tiba Yusuf teringat saat dia menelantarkan mantan istrinya itu."Lihat itu!" bisik Dina pada Yuda. Yuda langsung melirik k

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 101

    Kolega dan rekan bisnis juga datang berganti, mereka tak sabar ingin mengucapkan selamat kepada Melinda dan Rio.Sakti juga menjadi tamu terhormat disana, sebab dia salah satu pengusaha muda yang sukses. Banyak kaum hawa yang ingin mendekatinya."Samperin! Lamar!" ucap Rio kepada Sakti, sedangkan Melinda sedang berganti pakaian untuk melanjutkan sesi resepsi."Kamu ngomong sama aku?" tanya Sakti seraya menunjuk ke arah hidungnya."Bukan! Sama bujang tua yang gak laku!" ketus Rio membuat Sakti semakin melotot."Mentang-mentang sudah laku. Hemm, ingat! Apa yang kamu dapat sekarang juga ikut andil diriku!" angkuh Sakti seraya menyilangkan kedua tangannya di dada."Haha, sumpah idemu gak guna, Bro! Yang ada, aku seperti ABG labil!" kekeh Rio membuat Sakti menyatukan kedua alisnya."Aku berhasil karna cara ku sendiri, Sakti. Perempuan itu susah di tebak maunya. Makanya ku paksa saja!" ucap Rio masih tertawa bangga."Dipaksa? Yang ada dia ilfeel!""Jangan banyak mikir, sana buruan samperin!

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 100

    Melinda sedang di rias oleh tim MUA, Marisha dan Maida pun begitu. Di bagian dapur juga hidangan sudah siap. Dan di depan meja sudah tertata rapi. Hampir sembilan puluh persen semuanya selesai, hanya menunggu kedatangan pengantin laki-lakinya saja lagi."Done!" ucap Sesea yang merias wajah Melinda."Cantik sekali kamu!" kata Sesea tersenyum bangga dengan hasil karyanya menyulap wajah Melinda menjadi makin cantik.Asistennya pun ikut tersenyum melihat bos nya sudah selesai berkarya.Maida juga tersenyum puas saat melihat Melinda yang memang benaran sangat cantik sekali. Riasan Melinda memang sangat berbeda dari biasanya. Dia terlihat sangat natural dan cantik. Maklum saja yang meriasnya adalah perias para kalangan artis. Tarif jasa untuk merekuitnya pun cukup mahal. Tapi tidak untuk Melinda dan Rio. Mereka hanya menggunakan uang saku sehari saja untuk meminta jasa Sesea.Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, dan Melinda sudah siap dengan kebaya putih dengan dandanan adat Sunda. Ba

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 99

    Resa keluar kamarnya setelah selesai mandi, dia menuju kamar Rio. Perlahan tangan nya mengetuk pintu, namun hingga ketukan pintu yang kesekian kali tak ada jawaban juga.Resa meraih hendle pintu dan membuka pintu kamar. Nampak di dalam kamar masih gelap dan tidak ada aktivitas apapun. Itu menandakan sang penghuni kamar masih terlelap.Sebuah selimut tebal masih teronggok di atas kasur. Resa meraba selimut itu dan menyingkapnya sedikit.Sang cucu tercinta yang akan melaksanakan akad nikah hari ini, ternyata masih terbuai dalam alam mimpi. Resa tersenyum seraya menatap wajah tenang Rio yang masih menutup mata dengan sempurna."Hari ini kamu mau menikah, padahal baru kemarin rasanya Oma menggendongmu," ucapnya pelan seraya tangan Resa membelai wajah Rio.Rio tiba-tiba membuka mata dan terkejut saat mendapati neneknya sudah duduk di sampingnya."Oma?" ucap Rio seraya mengerjapkan mata, terlihat Resa tersenyum ke arahnya. Sejak dulu, Rio memang jarang menyusahkannya. Berbeda dengan Reza.

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 98

    Hari ini Rio dan Melinda melakukan foto prewedding di pantai. Mereka sudah menginap sejak semalam. Dan pagi ini sebelum matahari menampakkan sinarnya. Melinda sudah siap di dandani oleh tim MUA.Sesi foto pertama, Melinda mengenakan dress berwarna maron hingga menyentuh mata kakinya. Dengan meneteng topi e di tangannya. Sedangkan Rio mengenakan baju dan celena pendek yang senada dengan baju Melinda. Mereka menggunakan latar hamparan laut yang luas. Dan berpose menghadap ke arah matahari terbit.Kemudian di sesi berikutnya, Melinda mengenakan gaun pernikahan warna gold dan Rio mengenakan kemeja putih dibalut dengan toxido hitam. Kesan mewah dari baju mereka begitu terlihat.Fotografer yang mereka sewa juga berkerja keras dengan totalitas. Berbagai pose dilakukan, bahkan sang fotografer harus tiduran untuk mendapatkan foto terbaik.Pose terbaik adalah saat Melinda dan Rio berada di balik karang yang di hantam oleh ombak, dan airnya menyiprat seperti air terjun. Mereka berpose sangat bag

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 97

    Rio berjalan sembari berkari dari parkiran. Sebab sempat terkena macet tadi saat di jalan menuju rumah sakit. Kini dia terlembat sepuluh menit.Lobby rumah sakit yang ramai juga membuat moodnya berantakan. Karna menghalangi jalan menuju ruangannya. Sesampainya di ruangan, Rio menghembuskan nafas kasar. Karna sudah banyak pasien yang menunggu kedatangannya. Dia langsung mengerjakan tugasnya untuk menangani berbagai keluhan pasiennya. Hingga tiba waktu istirahat, dia melangkah ke kantin rumah sakit untuk mencari secangkir kopi. Dia butuh kafien untuk mengembalikan moodnya.Baru saja melangkah beberapa langkah, tangan nya di cekal oleh seseorang."Yo!""Jelita? Ngapain kamu kesini?" tanya Rio seraya melirik ke arah tangannya yang di cekal oleh Jelita. Perempuan yang menjadi sahabat Rio sejak SMA, dia pernah menyatakan perasaannya pada Rio. Namun Rio tak pernah membalas perasaan Jelita."Aku sengaja kesini!" kata Jelita seraya menatap lekat ke arah Rio."Ngapain? Aku mau ke kantin! Mau

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 96

    Argadana menemui Resa setelah Rio dan Melinda pulang."Bu!" panggil Argadana menghampiri Resa yang masih duduk di ranjang, sama saat Melinda menemuinya tadi."Mau minum jus?" tanya Argadana basa-basi."Nggak! Kamu kesini mau menawari jus atau ada maksud lain?" tanya Resa sudah tahu maksud kedatangan anaknya."Aku eh, au,.." ucap Argadana tergagap."Kamu kalah sama Rio dan Melinda, Arga! Keduanya tidak ada yang takutnya saat bicara dengan ku," ledek Resa."Jadi kapan Rio akan melamar perempuan itu?"Argadana langsung shock ketika mendengar pertanyaan Resa. Dia bahkan tak bisa berkata apa-apa lagi."Kamu kenapa?" tanya Resa menatap heran ke arah anaknya."Aku terkejut karna pertanyaan ibu tadi," jujur Argadana."Kok bisa?"Argadana menggeleng, "Ibu yakin mau menerima Melinda?""Bukankah sudah aku katakan barusan? Apakah harus aku tarik kembali kata-kataku?" sahut Resa kesal."Ti-tidak seperti itu, Bu! Ya, kalau sudah pas, biar Riana yang mengurus semuanya. Aku akan segera bilang padanya

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 95

    Semua orang memuji masakan Melinda. Mereka makan dengan lahap, termasuk Resa. Tapi dia tidak mencibir atau memuji masakan Melinda. Riana yang melihat itu, bersorak gembira sebab calon mantunya selangkah lebih maju. Biasanya Resa selalu mengkritik masakannya dan Gendis jika tidak enak, walaupun hanya kurang tingkat kematangannya sedikit. Namun sekarang, mertuanya itu makan dengan lahap tanpa protes sedikit pun.Setelah makan, semua anggota keluarga Argadana kembali berkumpul di ruang tamu, termasuk Resa. Dia ingin menunjukkan kepada Melinda siapa dirinya."Hmm, Ma, Pa, Oma, dan Tante. Sebenarnya kedatangan Rio membawa Melinda kesini, ingin meminta restu. Agar hubungan ini bukan hanya untuk jalan bersama. Rio minta izin untuk melamar Melinda secepatnya," ucap Rio tegas hanya dengan satu helaan nafas."Kamu itu! Baru aja kenal beberapa hari, sudah sok sokan mau lamaran. Mbok harus di kenali dulu bibit, bebet, dan bobotnya dulu. Kamu kan tahu kita ini siapa, Rio?" sela Resa, dia memotong

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 94

    "Wah ada yang dapat cincin nih! Coba ibu lihat!" celutuk Marisha sudah berdiri di ambang pintu kamar Melinda. Dia langsung masuk untuk memastikan.Melinda menutup wajah dengan sebelah tangan yang tersemat cincin pemberian Rio."Sebentar ibu foto ya!" ujar Marisha mengeluarkan ponsel dari saku dasternya. Dia langsung mengunggah di story Whatshapp nya dengan caption 'Semoga ini pertanda baik' tulisnya.Marisha mengulas pucuk kepala putrinya."Istirahat, Mel. Udah malam ini, jangan liatin cincin itu mulu. Nanti ibu beliin yang lebih banyak kalau mau!" goda Marisha membuat Melinda melongo. Marisha langsung keluar dan menutup pintu kamar anaknya. Melinda melanjutkan mengoles skincare malamnya.***Rio sudah berganti baju dan bersiap untuk tidur. Namun dia lupa menyalakan alrm untuk besok pagi, karna masuk jadwal pagi. Dia membuka whatshapp nya terlebih dahulu. Siapa tahu ada pesan dari Melinda. Rio mendesah pelan karna harapan tak sesuai keinginan.Tapi matanya terpaku pada unggahan story

DMCA.com Protection Status