Setelah pakde Anton pergi, Melinda langsung masuk ke kamarnya. Ia ingin meletakkan barang pemberian mama Imel, yang seharusnya menjadi milik bude Ami."Sayang kamu lagi ngapain?" kata Yusuf yang tiba-tiba datang."Sudah pulang, mas?""Iya, baru aja yank,""Ibu dan bapak sudah pulang?""Iya, yank. Mereka baru aja berangkat tadi. Sepertinya mereka memang tidak mau datang kemari," balas Yusuf."Udah gak papa mas. Biarkan mereka tenang dulu, cepat atau lambat mereka akan baik lagi. Mereka pemaaf kok," "Semoga saja ya, yank. Oh iya di luar kayaknya ada mobilnya bude Ami?"Melinda mengaguk, "Iya, memang kamu belum ketemu sama mereka diluar, mas?"Yusuf menggaruk rambutnya yang tak gatal, sambil tersenyum, "Belum hehe. Malas rasanya ketemu sama keluarga mama, apalagi bude Ami. Sangat menjengkelkan, gak suka aku,""Menjengkelkan bagaimana, mas?""Ya gitu deh yank. Dia kayaknya gak suka sama aku, apalagi saat tau aku melanjutkan S2. Wajahnya di tekuk mulut tiap ketemu, gak ada ramahnya. Mungk
Dina langsung menatap sinis ke arah bude Ami begitu pun dengan Santi dan Yuda. "Sikap bude beda sekali ini? Ada apa sih bude?" tanya Santi berani mengutarakan kejengkelan nya."Beda bagaimana sih San? Perasaan bude memang begini biasanya," kilah bude Ami."Beda, bude. Biasanya bude sangat sayang dan perhatian sama Dina. Kenapa tiba-tiba jadi cuek kayak tadi?" selidik Santi."Cuek bagaimana lagi? Itu kan Dina dekat dengan keranjang buahnya, jadi dia bisa ambil sendiri," ucap bude Ami tanpa mau mengalah."Tuh kan bude berubah!" kekueh Santi membela adik iparnya.Dina terlihat sendu, "Sudahlah mbak, aku bisa kok ambil sendiri,""Nah itu, Dina bisa ambil sendiri kan?"Hari ini bude Ami memang bersikap berbeda, dia terlihat acuh sama Dina dan Santi. Tapi sangat perhatian kepada Melinda."Ini ikan buat kamu, Mel. Wanita hamil itu bagus kalau makan ikan," kata bude Ami menaruh ikan ke piring Melinda."Aku bisa ambil sendiri, bude,""Jangan di tolak, Mel. Kamu pasti susah geraknya jadi bude
"Kamu sudah melihat sendirikan bagaimana watak bude dan pakde, yank?" tanya Yusuf ketika mereka sudah berada di kamar."Iya, mas. Aku gak nyangka loh mereka sejahat itu." balas Melinda duduk ditepi ranjang."Makanya jangan mudah percaya sama mereka, yank. Aku tau sekarang mereka bersikap baik pada mu karna kamu lah yang menjadi incaran mereka sekarang," kata Yusuf sambil mengusap rambut istrinya."Iya mas aku tau kok. Aku akan lebih berhati-hati sama mereka.""Syukurlah kalau kamu sudah mengerti, yank."Yusuf merangkuh tubuh mungil Melinda dalam dekapannya. Dia mengelus dan mencium puncak rambut istrinya."Mas boleh aku bertanya?"Yusuf tersenyum kecil, "Boleh dong. Mau nanya apa yank?""Soal Alika, mas,"Perkataan Melinda langsung menghilangkan senyuman di wajah Yusuf."Kamu tahu tentang Alika?" tanya Yusuf agak gugup.Melinda menatap intens suaminya, "Dia mantan kamu kan?"Yusuf menghembukan nafas kasar, "Tahu dari mana kamu?""Kemarin saat mbak Santi mengadakan acara disini," kata
Melinda terdiam sejenak, "Gak ngomong apa-apa kok,""Jangan bohong kamu! Terus kenapa kamu yang paling lama keluar?""Hanya ngobrol biasa!""Awa ya jika kamu bohong!" gertak Santi berlalu pergi diikuti oleh Dina dibelakangnya.Melinda tak mau ambil pusing, dia pun langsung ke kamar untuk istirahat juga.Saat Melinda ingin memejamkan mata terdengar suara ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari Bude Ami tapi diabaikan oleh Melinda karna sudah tahu maksud dan tujuan nya apa.Bude Ami yang tak tau diri mu terus saja menghubungi walaupun tak dijawab oleh Melinda. Melinda pun memilih mematikan ponselnya, lantaran jengkel dengan bude Ami.Setengah jam berlalu, akhirnya Yusuf kembali ke rumah. Dia langsung menyusul istrinya ke kamar."Sudah pulang mas?" tanya Melinda."Baru aja yank. Kok sepi rumah? Mama udah tidur kah?"Melinda mengaguk, "Sudah, mas. Biarkan mama beristirahat, kasian kakinya pasti masih sakit,""Oh iya yank, hampir saja aku lupa. Soal tadi yang menyuruh mu jangan ke dapur
Santi menatap sinis ketika Melinda membuka pintu kamar mandi, "Udah numpang tak tau diri lagi! Dasar upik abu! Udah di gedor-gedor dari tadi juga tapi pura-pura tuli. Ngapain aja sih di dalam? Mandi atau tidur?""Pas mbak datang tadi, aku juga baru masuk loh mbak. Tadi di serobot duluan sama Dina," jelas Melinda."Apaan bawa-bawa nama ku? Aku dengar loh!" kata Dina yang ternyata sudah ada berdiri di dapur."Gak kok. Kan beneran tadi kamu menyerobot masuk ke kamar mandi saat aku mau masuk, gak bohong aku,""Halah! Begitu saja ngadu! Kamu kan tahu sendiri kalau aku kebelet, makanya aku masuk duluan!" elak Dina."Udah Din. Paling juga alasan upik abu ini. Minggir aku mau masuk!" kata Santi menggeser tubuh Melinda yang masih berdiri di ambang pintu kamar mandi."Mau ngadu kok gak pakai mikir? Mbak Melin lupa kalau mbak Santi itu pro siapa? Dasar upik abu jadi benalu!" sindir Dina.Tapi tak di gubris oleh Melinda, dia langsung berlalu ke kamarnya dengan wajah ditekuk. Membuat Yusuf menyern
Hari ini Melinda akan pergi ke rumah sakit untuk mengontrol kandungan nya. Seperti kesepakatan sebelum nya, mama Imel lah yang menemani nya untuk kontrol hari ini. Karna dia ingin sekali melihat perkembangan cucu nya."Sudah siap, Mel?" tanya mama Imel berdiri di ambang pintu kamar Melinda."Sudah ma,"Saat mereka keluar, sudah ada mang Dudung sedang menyeruput kopinya. Mang Dudung adalah sopir pribadi keluarga Yusuf."Ayo mang kita berangkat sekarang aja!" kata mama Imel kepada mang Ujung."Baik bu," balas mang Dudung langsung meletakkan gelas kopi nya kembali ke atas meja.Mang Dudung langsung menuju mobil dan duduk di balik kemudi. Dia juga langsung menyalakan mobil. Mama Imel dan Melinda langsung masuk dan duduk di bangku penumpang."Kita mau kemana, bu?" tanya mang Dudung."Ke rumah sakit Kasih Bunda, pak,""Baik, bu," jawab mang Dudung langsung memacu mobil ke arah Rumah Sakit Kasih Bunda.Dalam perjalanan, Mama Imel terus mengelus perut Melinda yang masih terlihat rata. Kadang
Rupa nya gerai yang mereka kunjungi ini tidak hanya menjual daster. Melainkan berbagai barang lain nya, seperti tas, sepatu, dan aksesoris wanita lain nya juga tersedia."Iya ma. Ada apa?" kata Melinda mendatangi mama Imel yang sedang terlihat asyik memilih tas."Ah sini Mel. Kayak nya tas ini cocok buat kamu, tampilan nya juga mewah," ucap mama Imel seraya menyerahkan sebuah mini bag dari brand butt*n."Gak usah ma. Tas ku sudah banyak dan masih bagus kok," tolak Melinda."Tuh kan maundi tolak lagi, gak ada pokoknya harus terima. Hari ini mama yang traktir,"Karna tak enak, Melinda pun menerima pemberian mama Imel. Mama Imel juga mengambil satu tas yang berbeda.Mereka kemudian ke bagian sepatu, lagi dan lagi mama Imel memberikan satu pasang sepatu untuk Melinda. Sungguh sangat beruntung Melinda memiliki mertua sebaik mama Imel, impian kaum hawa lain nya."Tuh kan pas banget di kaki mu," kata mama Imel saat melihat sepatu yang di coba Melinda."Ya karna mama aja yang pintar milih hig
"Uang?" tanya Melinda menegaskan."Iya uang yang kamu mau pinjam kan waktu itu loh Mel. Udah deh jangan pura-pura lupa kamu, bude udah nungguin dari kemarin," sahut bude Ami.Mama Imel langsung meminta ponsel Melinda. Dia langsung berkata, "Maksud nya apa ya mbak? Mbak Ami mau pinjam uang sama Melinda?""Loh kok kamu Mel? Kenapa ponsel nya Melinda ada sama kamu?" cecar bude Ami bingung."Kenapa memang nya kalau ponsel Melinda ada sama aku? Yang aku tanya apakah benar mbak Ami pengen minjam uang sama Melinda? Buat apa mbak?" cecar mama Imel bertubi-tubi."Kamu salah dengar kali, aku gak minjam uang sama Melinda kok," kilah bude Ami."Gak jadi minjam uang berarti ya bude?" tanya Melinda iseng tapi penuh penegasan."Tidak, Mel. Lagian siapa bilang bude mau minjam uang sih. Seperti nya kamu dan mama mu salah dengar deh," kata bude Ami di seberang telpon sana. Membuat Melinda mengulum senyum nya."Ohh berarti kami yang salah dengar ya, mbak?" tanya mama Imel lagi memastikan, dia memberikan