Melinda terdiam sejenak, "Gak ngomong apa-apa kok,""Jangan bohong kamu! Terus kenapa kamu yang paling lama keluar?""Hanya ngobrol biasa!""Awa ya jika kamu bohong!" gertak Santi berlalu pergi diikuti oleh Dina dibelakangnya.Melinda tak mau ambil pusing, dia pun langsung ke kamar untuk istirahat juga.Saat Melinda ingin memejamkan mata terdengar suara ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari Bude Ami tapi diabaikan oleh Melinda karna sudah tahu maksud dan tujuan nya apa.Bude Ami yang tak tau diri mu terus saja menghubungi walaupun tak dijawab oleh Melinda. Melinda pun memilih mematikan ponselnya, lantaran jengkel dengan bude Ami.Setengah jam berlalu, akhirnya Yusuf kembali ke rumah. Dia langsung menyusul istrinya ke kamar."Sudah pulang mas?" tanya Melinda."Baru aja yank. Kok sepi rumah? Mama udah tidur kah?"Melinda mengaguk, "Sudah, mas. Biarkan mama beristirahat, kasian kakinya pasti masih sakit,""Oh iya yank, hampir saja aku lupa. Soal tadi yang menyuruh mu jangan ke dapur
Santi menatap sinis ketika Melinda membuka pintu kamar mandi, "Udah numpang tak tau diri lagi! Dasar upik abu! Udah di gedor-gedor dari tadi juga tapi pura-pura tuli. Ngapain aja sih di dalam? Mandi atau tidur?""Pas mbak datang tadi, aku juga baru masuk loh mbak. Tadi di serobot duluan sama Dina," jelas Melinda."Apaan bawa-bawa nama ku? Aku dengar loh!" kata Dina yang ternyata sudah ada berdiri di dapur."Gak kok. Kan beneran tadi kamu menyerobot masuk ke kamar mandi saat aku mau masuk, gak bohong aku,""Halah! Begitu saja ngadu! Kamu kan tahu sendiri kalau aku kebelet, makanya aku masuk duluan!" elak Dina."Udah Din. Paling juga alasan upik abu ini. Minggir aku mau masuk!" kata Santi menggeser tubuh Melinda yang masih berdiri di ambang pintu kamar mandi."Mau ngadu kok gak pakai mikir? Mbak Melin lupa kalau mbak Santi itu pro siapa? Dasar upik abu jadi benalu!" sindir Dina.Tapi tak di gubris oleh Melinda, dia langsung berlalu ke kamarnya dengan wajah ditekuk. Membuat Yusuf menyern
Hari ini Melinda akan pergi ke rumah sakit untuk mengontrol kandungan nya. Seperti kesepakatan sebelum nya, mama Imel lah yang menemani nya untuk kontrol hari ini. Karna dia ingin sekali melihat perkembangan cucu nya."Sudah siap, Mel?" tanya mama Imel berdiri di ambang pintu kamar Melinda."Sudah ma,"Saat mereka keluar, sudah ada mang Dudung sedang menyeruput kopinya. Mang Dudung adalah sopir pribadi keluarga Yusuf."Ayo mang kita berangkat sekarang aja!" kata mama Imel kepada mang Ujung."Baik bu," balas mang Dudung langsung meletakkan gelas kopi nya kembali ke atas meja.Mang Dudung langsung menuju mobil dan duduk di balik kemudi. Dia juga langsung menyalakan mobil. Mama Imel dan Melinda langsung masuk dan duduk di bangku penumpang."Kita mau kemana, bu?" tanya mang Dudung."Ke rumah sakit Kasih Bunda, pak,""Baik, bu," jawab mang Dudung langsung memacu mobil ke arah Rumah Sakit Kasih Bunda.Dalam perjalanan, Mama Imel terus mengelus perut Melinda yang masih terlihat rata. Kadang
Rupa nya gerai yang mereka kunjungi ini tidak hanya menjual daster. Melainkan berbagai barang lain nya, seperti tas, sepatu, dan aksesoris wanita lain nya juga tersedia."Iya ma. Ada apa?" kata Melinda mendatangi mama Imel yang sedang terlihat asyik memilih tas."Ah sini Mel. Kayak nya tas ini cocok buat kamu, tampilan nya juga mewah," ucap mama Imel seraya menyerahkan sebuah mini bag dari brand butt*n."Gak usah ma. Tas ku sudah banyak dan masih bagus kok," tolak Melinda."Tuh kan maundi tolak lagi, gak ada pokoknya harus terima. Hari ini mama yang traktir,"Karna tak enak, Melinda pun menerima pemberian mama Imel. Mama Imel juga mengambil satu tas yang berbeda.Mereka kemudian ke bagian sepatu, lagi dan lagi mama Imel memberikan satu pasang sepatu untuk Melinda. Sungguh sangat beruntung Melinda memiliki mertua sebaik mama Imel, impian kaum hawa lain nya."Tuh kan pas banget di kaki mu," kata mama Imel saat melihat sepatu yang di coba Melinda."Ya karna mama aja yang pintar milih hig
"Uang?" tanya Melinda menegaskan."Iya uang yang kamu mau pinjam kan waktu itu loh Mel. Udah deh jangan pura-pura lupa kamu, bude udah nungguin dari kemarin," sahut bude Ami.Mama Imel langsung meminta ponsel Melinda. Dia langsung berkata, "Maksud nya apa ya mbak? Mbak Ami mau pinjam uang sama Melinda?""Loh kok kamu Mel? Kenapa ponsel nya Melinda ada sama kamu?" cecar bude Ami bingung."Kenapa memang nya kalau ponsel Melinda ada sama aku? Yang aku tanya apakah benar mbak Ami pengen minjam uang sama Melinda? Buat apa mbak?" cecar mama Imel bertubi-tubi."Kamu salah dengar kali, aku gak minjam uang sama Melinda kok," kilah bude Ami."Gak jadi minjam uang berarti ya bude?" tanya Melinda iseng tapi penuh penegasan."Tidak, Mel. Lagian siapa bilang bude mau minjam uang sih. Seperti nya kamu dan mama mu salah dengar deh," kata bude Ami di seberang telpon sana. Membuat Melinda mengulum senyum nya."Ohh berarti kami yang salah dengar ya, mbak?" tanya mama Imel lagi memastikan, dia memberikan
"Iya lah aku serius. Masa bercanda, ayo buruan yank," kata Yusuf lagi."Serius ini mas? Mau ngapain ketemu mantan mu?" ketus Melinda."Tuh kan cemburu lagi. Ya mau bilang sama dia kalau aku sudah bahagia memiliki mu. Jadi gak ada kesempatan untuk dia lagi," "Ih kamu terlalu percaya diri banget sih mas. Iya kalau Alika masih berharap dan mencintai mu. Kalau gak gimana?""Kalau gak ya syukur dong yank. Berarti tidak ada yang akan mengacaukan rumah tangga kita berdua selamanya menua bersama hingga maut memisahkan," kata Yusuf seraya menggandeng tangan Melinda."Nih pengantin baru nya akhirnya keluar juga," goda Mama Imel yang ternyata sudah ada di ruang tamu."Masa masih di bilang pengantin baru sih ma? Kita udah mau punya anak loh," kata Yusuf penuh penegasan."Tapi kan memang masih baru, belum ada setangah tahun," kata mama Imel sambik tertawa. Diikuti dengan Alika juga tertawa bersama."Oh iya Alika bagaimana dengan kabar kedua orangtua mu?" "Baik tante, mereka juga titip salam buat
"Oh iya karna udah terlalu lama aku disini, jadi mau izin pulang om, tante. Kapan-kapan aku main lagi kesini," ucap Alika tiba-tiba saja dia ingin pulang. Terlihat sekali dari raut wajahnya sedang menahan kesal."Oh begitu ya. Hati-hati di jalan ya. Salam buat kedua orangtua kamu,""Iya tante. Kalau begitu aku permisi. Mari mbak Santi, mas Riko,""Iya hati-hati Al," jawab Santi tanpa menoleh ke arah Alika. Sepertinya Santi sudah tertarik untuk dekat dengan Alika lagi.Meskipun Santi dan bude Ami sudah bersikap baik kepada Melinda. Tapi tetap saja Melinda akan selalu berhati-hati. Karna dia sudah mengetahui watak mereka, dekat hanya ada mau nya saja dan berguna untuk mereka.***Santi terus saja mebahas soal bapak nya Melinda. Ternyata ia baik kepada Melinda karna ingin karier suaminya baik di kantor. Dengan bantuan pak Kusuma sangat mudah semua itu."Bukan nya aku tidak ingin membantu mas Riko, mbak. Hanya saja itu bukan urusan bapak deh, mbak. Bapak itu hanya investor di kantor nya
Saat mereka sedang membahas rumah Melinda, tiba-tiba ponsel Riko berdering."Kapan-kapan kita ke rumah Melinda, ya. Bude penasaran banget dengan rumah mu, Mel. Dulu saat resepsikan diadakan dirumah nenek mu kan?" kata bude Ami antusias."Iya bude," jawab Melinda."Maaf bos kantor nelpon," ucap Riko pamit meninggalkan meja makan."Bos kantor? Ngapain telpon malam-malam begini?" tanya mama Imel menyerngit heran."Mas Riko kan orang penting. Jadi kapan dan dimana pun bos nya membutuhkan, bos nya selalu menghubungi mas Riko," jawab Santi."Tapi masa malam-malam begini? Memang nya bos nya Riko gak istirahat juga?""Nama nya juga bos besar, ma. Nama nya bos pasti dimana pun berada selalu memikirkan pekerjaan," sambung Santi lagi.Riko masuk kembali, dia kemudian berpamitan dengan Santi dengan dalil ada urusan pekerjaan yang mendesak."Ya udah hati-hati di jalan. Dan semangat kerja nya," kata Santi."Iya, sayang. Dan buat semua nya silakan lanjutkan makan malam nya, aku pamit dulu," kata Rik