Beranda / Pernikahan / Sultan Dianggap Upik Abu / Bab. 17 Harus Sadar Diri

Share

Bab. 17 Harus Sadar Diri

Penulis: Pena Merah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Melinda terdiam sejenak, "Gak ngomong apa-apa kok,"

"Jangan bohong kamu! Terus kenapa kamu yang paling lama keluar?"

"Hanya ngobrol biasa!"

"Awa ya jika kamu bohong!" gertak Santi berlalu pergi diikuti oleh Dina dibelakangnya.

Melinda tak mau ambil pusing, dia pun langsung ke kamar untuk istirahat juga.

Saat Melinda ingin memejamkan mata terdengar suara ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari Bude Ami tapi diabaikan oleh Melinda karna sudah tahu maksud dan tujuan nya apa.

Bude Ami yang tak tau diri mu terus saja menghubungi walaupun tak dijawab oleh Melinda. Melinda pun memilih mematikan ponselnya, lantaran jengkel dengan bude Ami.

Setengah jam berlalu, akhirnya Yusuf kembali ke rumah. Dia langsung menyusul istrinya ke kamar.

"Sudah pulang mas?" tanya Melinda.

"Baru aja yank. Kok sepi rumah? Mama udah tidur kah?"

Melinda mengaguk, "Sudah, mas. Biarkan mama beristirahat, kasian kakinya pasti masih sakit,"

"Oh iya yank, hampir saja aku lupa. Soal tadi yang menyuruh mu jangan ke dapur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 18 Realita tak Sesuai Ekspektasi

    Santi menatap sinis ketika Melinda membuka pintu kamar mandi, "Udah numpang tak tau diri lagi! Dasar upik abu! Udah di gedor-gedor dari tadi juga tapi pura-pura tuli. Ngapain aja sih di dalam? Mandi atau tidur?""Pas mbak datang tadi, aku juga baru masuk loh mbak. Tadi di serobot duluan sama Dina," jelas Melinda."Apaan bawa-bawa nama ku? Aku dengar loh!" kata Dina yang ternyata sudah ada berdiri di dapur."Gak kok. Kan beneran tadi kamu menyerobot masuk ke kamar mandi saat aku mau masuk, gak bohong aku,""Halah! Begitu saja ngadu! Kamu kan tahu sendiri kalau aku kebelet, makanya aku masuk duluan!" elak Dina."Udah Din. Paling juga alasan upik abu ini. Minggir aku mau masuk!" kata Santi menggeser tubuh Melinda yang masih berdiri di ambang pintu kamar mandi."Mau ngadu kok gak pakai mikir? Mbak Melin lupa kalau mbak Santi itu pro siapa? Dasar upik abu jadi benalu!" sindir Dina.Tapi tak di gubris oleh Melinda, dia langsung berlalu ke kamarnya dengan wajah ditekuk. Membuat Yusuf menyern

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 19 Kontrol Kandungan

    Hari ini Melinda akan pergi ke rumah sakit untuk mengontrol kandungan nya. Seperti kesepakatan sebelum nya, mama Imel lah yang menemani nya untuk kontrol hari ini. Karna dia ingin sekali melihat perkembangan cucu nya."Sudah siap, Mel?" tanya mama Imel berdiri di ambang pintu kamar Melinda."Sudah ma,"Saat mereka keluar, sudah ada mang Dudung sedang menyeruput kopinya. Mang Dudung adalah sopir pribadi keluarga Yusuf."Ayo mang kita berangkat sekarang aja!" kata mama Imel kepada mang Ujung."Baik bu," balas mang Dudung langsung meletakkan gelas kopi nya kembali ke atas meja.Mang Dudung langsung menuju mobil dan duduk di balik kemudi. Dia juga langsung menyalakan mobil. Mama Imel dan Melinda langsung masuk dan duduk di bangku penumpang."Kita mau kemana, bu?" tanya mang Dudung."Ke rumah sakit Kasih Bunda, pak,""Baik, bu," jawab mang Dudung langsung memacu mobil ke arah Rumah Sakit Kasih Bunda.Dalam perjalanan, Mama Imel terus mengelus perut Melinda yang masih terlihat rata. Kadang

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 20 Dompet yang Hilang

    Rupa nya gerai yang mereka kunjungi ini tidak hanya menjual daster. Melainkan berbagai barang lain nya, seperti tas, sepatu, dan aksesoris wanita lain nya juga tersedia."Iya ma. Ada apa?" kata Melinda mendatangi mama Imel yang sedang terlihat asyik memilih tas."Ah sini Mel. Kayak nya tas ini cocok buat kamu, tampilan nya juga mewah," ucap mama Imel seraya menyerahkan sebuah mini bag dari brand butt*n."Gak usah ma. Tas ku sudah banyak dan masih bagus kok," tolak Melinda."Tuh kan maundi tolak lagi, gak ada pokoknya harus terima. Hari ini mama yang traktir,"Karna tak enak, Melinda pun menerima pemberian mama Imel. Mama Imel juga mengambil satu tas yang berbeda.Mereka kemudian ke bagian sepatu, lagi dan lagi mama Imel memberikan satu pasang sepatu untuk Melinda. Sungguh sangat beruntung Melinda memiliki mertua sebaik mama Imel, impian kaum hawa lain nya."Tuh kan pas banget di kaki mu," kata mama Imel saat melihat sepatu yang di coba Melinda."Ya karna mama aja yang pintar milih hig

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 21 Janji Yusuf

    "Uang?" tanya Melinda menegaskan."Iya uang yang kamu mau pinjam kan waktu itu loh Mel. Udah deh jangan pura-pura lupa kamu, bude udah nungguin dari kemarin," sahut bude Ami.Mama Imel langsung meminta ponsel Melinda. Dia langsung berkata, "Maksud nya apa ya mbak? Mbak Ami mau pinjam uang sama Melinda?""Loh kok kamu Mel? Kenapa ponsel nya Melinda ada sama kamu?" cecar bude Ami bingung."Kenapa memang nya kalau ponsel Melinda ada sama aku? Yang aku tanya apakah benar mbak Ami pengen minjam uang sama Melinda? Buat apa mbak?" cecar mama Imel bertubi-tubi."Kamu salah dengar kali, aku gak minjam uang sama Melinda kok," kilah bude Ami."Gak jadi minjam uang berarti ya bude?" tanya Melinda iseng tapi penuh penegasan."Tidak, Mel. Lagian siapa bilang bude mau minjam uang sih. Seperti nya kamu dan mama mu salah dengar deh," kata bude Ami di seberang telpon sana. Membuat Melinda mengulum senyum nya."Ohh berarti kami yang salah dengar ya, mbak?" tanya mama Imel lagi memastikan, dia memberikan

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 22 Melinda Kusuma Hadiningrat

    "Iya lah aku serius. Masa bercanda, ayo buruan yank," kata Yusuf lagi."Serius ini mas? Mau ngapain ketemu mantan mu?" ketus Melinda."Tuh kan cemburu lagi. Ya mau bilang sama dia kalau aku sudah bahagia memiliki mu. Jadi gak ada kesempatan untuk dia lagi," "Ih kamu terlalu percaya diri banget sih mas. Iya kalau Alika masih berharap dan mencintai mu. Kalau gak gimana?""Kalau gak ya syukur dong yank. Berarti tidak ada yang akan mengacaukan rumah tangga kita berdua selamanya menua bersama hingga maut memisahkan," kata Yusuf seraya menggandeng tangan Melinda."Nih pengantin baru nya akhirnya keluar juga," goda Mama Imel yang ternyata sudah ada di ruang tamu."Masa masih di bilang pengantin baru sih ma? Kita udah mau punya anak loh," kata Yusuf penuh penegasan."Tapi kan memang masih baru, belum ada setangah tahun," kata mama Imel sambik tertawa. Diikuti dengan Alika juga tertawa bersama."Oh iya Alika bagaimana dengan kabar kedua orangtua mu?" "Baik tante, mereka juga titip salam buat

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 23 Perubahan Santi

    "Oh iya karna udah terlalu lama aku disini, jadi mau izin pulang om, tante. Kapan-kapan aku main lagi kesini," ucap Alika tiba-tiba saja dia ingin pulang. Terlihat sekali dari raut wajahnya sedang menahan kesal."Oh begitu ya. Hati-hati di jalan ya. Salam buat kedua orangtua kamu,""Iya tante. Kalau begitu aku permisi. Mari mbak Santi, mas Riko,""Iya hati-hati Al," jawab Santi tanpa menoleh ke arah Alika. Sepertinya Santi sudah tertarik untuk dekat dengan Alika lagi.Meskipun Santi dan bude Ami sudah bersikap baik kepada Melinda. Tapi tetap saja Melinda akan selalu berhati-hati. Karna dia sudah mengetahui watak mereka, dekat hanya ada mau nya saja dan berguna untuk mereka.***Santi terus saja mebahas soal bapak nya Melinda. Ternyata ia baik kepada Melinda karna ingin karier suaminya baik di kantor. Dengan bantuan pak Kusuma sangat mudah semua itu."Bukan nya aku tidak ingin membantu mas Riko, mbak. Hanya saja itu bukan urusan bapak deh, mbak. Bapak itu hanya investor di kantor nya

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 24 Dimana Kamu Mas?

    Saat mereka sedang membahas rumah Melinda, tiba-tiba ponsel Riko berdering."Kapan-kapan kita ke rumah Melinda, ya. Bude penasaran banget dengan rumah mu, Mel. Dulu saat resepsikan diadakan dirumah nenek mu kan?" kata bude Ami antusias."Iya bude," jawab Melinda."Maaf bos kantor nelpon," ucap Riko pamit meninggalkan meja makan."Bos kantor? Ngapain telpon malam-malam begini?" tanya mama Imel menyerngit heran."Mas Riko kan orang penting. Jadi kapan dan dimana pun bos nya membutuhkan, bos nya selalu menghubungi mas Riko," jawab Santi."Tapi masa malam-malam begini? Memang nya bos nya Riko gak istirahat juga?""Nama nya juga bos besar, ma. Nama nya bos pasti dimana pun berada selalu memikirkan pekerjaan," sambung Santi lagi.Riko masuk kembali, dia kemudian berpamitan dengan Santi dengan dalil ada urusan pekerjaan yang mendesak."Ya udah hati-hati di jalan. Dan semangat kerja nya," kata Santi."Iya, sayang. Dan buat semua nya silakan lanjutkan makan malam nya, aku pamit dulu," kata Rik

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 25 Firasat

    Melinda terus mencari keberadaan Yusuf. Dia mencari Yusuf di ruang keluarga, ruang tamu, dan kamar mandi tapi tak ada Yusuf disana.Dengan langkah berat Melinda memutuskan untuk pergi ke dapur. Baru saja Melinda memasuki dapur, dan ternyata Yusuf ada disana sedang mengobrol dengan bik Ramlah."Mas!!!" seru Melinda membuat Yusuf tersentak kaget."Loh kamu belum tidur yank?" tanya Yusuf kikuk."Belum. Kamu ngapain disini?""Oh ini, anu yank aku habis ambil minum tiba-tiba haus soalnya," jawab Yusuf sambil menggaruk rambutnya."Loh ini bik Ramlah? Belum tidur bik?""Belum, mbak. Kebetulan saya sedang nungguin mesin cuci, tadi siang lupa nyuci," jawab bik Ramlah.Melinda mangut-mangut, "Baru tahu aku kalau nungguin mesin cuci di dapur,""Em anu mbak tadi saat nungguin mesin cuci mas Yusuf masuk ke dapur, jadi bibik tanyain mau ngapain siapa tahu perlu bantuan kan?" jelas bik Ramlah."Oh gitu ya bik, makasih ya,""Iya sama-sama mbak. Sepertinya mesin cuci nya sudah selesai berputar saya ma

Bab terbaru

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 102

    Keluarga Yusuf turun dari mobil. Mereka berdecak kagum saat melihat dekorasi pernikahan Melinda kali ini. Sangat berbeda saat pernikahannya dengan Yusuf.Hati Santi berdenyut nyeri kembali, ketika awal mula dia merendahkan Melinda. Hanya karna memakai daster dan menggelar pernikahan dengan sederhana. Dia lalu memperlakukan Melinda seperti Upik Abu yang ternyata adalah seorang Sultan.Mereka langsung mengisi buku tamu, bahkan terpampang banyak papan ucapan dan buket bunga membuat mereka semakin kagum.Saat melihat dekorasi yang begitu bagus, kepala Dina langsung travelling. Dia menduga-duga berapa biaya yang sudah dihabiskan oleh Rio dan Melinda untuk dekorasi ini. Sungguh dia merasa lucu karna sempat ingin bersaing kekayaan dengan Melinda dulu.Mata Yusuf melirik ke sebuah foto besar yang di sebut foto prewedding. Foto itu sepertinya diambil di sebuah pantai. Tiba-tiba Yusuf teringat saat dia menelantarkan mantan istrinya itu."Lihat itu!" bisik Dina pada Yuda. Yuda langsung melirik k

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 101

    Kolega dan rekan bisnis juga datang berganti, mereka tak sabar ingin mengucapkan selamat kepada Melinda dan Rio.Sakti juga menjadi tamu terhormat disana, sebab dia salah satu pengusaha muda yang sukses. Banyak kaum hawa yang ingin mendekatinya."Samperin! Lamar!" ucap Rio kepada Sakti, sedangkan Melinda sedang berganti pakaian untuk melanjutkan sesi resepsi."Kamu ngomong sama aku?" tanya Sakti seraya menunjuk ke arah hidungnya."Bukan! Sama bujang tua yang gak laku!" ketus Rio membuat Sakti semakin melotot."Mentang-mentang sudah laku. Hemm, ingat! Apa yang kamu dapat sekarang juga ikut andil diriku!" angkuh Sakti seraya menyilangkan kedua tangannya di dada."Haha, sumpah idemu gak guna, Bro! Yang ada, aku seperti ABG labil!" kekeh Rio membuat Sakti menyatukan kedua alisnya."Aku berhasil karna cara ku sendiri, Sakti. Perempuan itu susah di tebak maunya. Makanya ku paksa saja!" ucap Rio masih tertawa bangga."Dipaksa? Yang ada dia ilfeel!""Jangan banyak mikir, sana buruan samperin!

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 100

    Melinda sedang di rias oleh tim MUA, Marisha dan Maida pun begitu. Di bagian dapur juga hidangan sudah siap. Dan di depan meja sudah tertata rapi. Hampir sembilan puluh persen semuanya selesai, hanya menunggu kedatangan pengantin laki-lakinya saja lagi."Done!" ucap Sesea yang merias wajah Melinda."Cantik sekali kamu!" kata Sesea tersenyum bangga dengan hasil karyanya menyulap wajah Melinda menjadi makin cantik.Asistennya pun ikut tersenyum melihat bos nya sudah selesai berkarya.Maida juga tersenyum puas saat melihat Melinda yang memang benaran sangat cantik sekali. Riasan Melinda memang sangat berbeda dari biasanya. Dia terlihat sangat natural dan cantik. Maklum saja yang meriasnya adalah perias para kalangan artis. Tarif jasa untuk merekuitnya pun cukup mahal. Tapi tidak untuk Melinda dan Rio. Mereka hanya menggunakan uang saku sehari saja untuk meminta jasa Sesea.Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, dan Melinda sudah siap dengan kebaya putih dengan dandanan adat Sunda. Ba

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 99

    Resa keluar kamarnya setelah selesai mandi, dia menuju kamar Rio. Perlahan tangan nya mengetuk pintu, namun hingga ketukan pintu yang kesekian kali tak ada jawaban juga.Resa meraih hendle pintu dan membuka pintu kamar. Nampak di dalam kamar masih gelap dan tidak ada aktivitas apapun. Itu menandakan sang penghuni kamar masih terlelap.Sebuah selimut tebal masih teronggok di atas kasur. Resa meraba selimut itu dan menyingkapnya sedikit.Sang cucu tercinta yang akan melaksanakan akad nikah hari ini, ternyata masih terbuai dalam alam mimpi. Resa tersenyum seraya menatap wajah tenang Rio yang masih menutup mata dengan sempurna."Hari ini kamu mau menikah, padahal baru kemarin rasanya Oma menggendongmu," ucapnya pelan seraya tangan Resa membelai wajah Rio.Rio tiba-tiba membuka mata dan terkejut saat mendapati neneknya sudah duduk di sampingnya."Oma?" ucap Rio seraya mengerjapkan mata, terlihat Resa tersenyum ke arahnya. Sejak dulu, Rio memang jarang menyusahkannya. Berbeda dengan Reza.

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 98

    Hari ini Rio dan Melinda melakukan foto prewedding di pantai. Mereka sudah menginap sejak semalam. Dan pagi ini sebelum matahari menampakkan sinarnya. Melinda sudah siap di dandani oleh tim MUA.Sesi foto pertama, Melinda mengenakan dress berwarna maron hingga menyentuh mata kakinya. Dengan meneteng topi e di tangannya. Sedangkan Rio mengenakan baju dan celena pendek yang senada dengan baju Melinda. Mereka menggunakan latar hamparan laut yang luas. Dan berpose menghadap ke arah matahari terbit.Kemudian di sesi berikutnya, Melinda mengenakan gaun pernikahan warna gold dan Rio mengenakan kemeja putih dibalut dengan toxido hitam. Kesan mewah dari baju mereka begitu terlihat.Fotografer yang mereka sewa juga berkerja keras dengan totalitas. Berbagai pose dilakukan, bahkan sang fotografer harus tiduran untuk mendapatkan foto terbaik.Pose terbaik adalah saat Melinda dan Rio berada di balik karang yang di hantam oleh ombak, dan airnya menyiprat seperti air terjun. Mereka berpose sangat bag

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 97

    Rio berjalan sembari berkari dari parkiran. Sebab sempat terkena macet tadi saat di jalan menuju rumah sakit. Kini dia terlembat sepuluh menit.Lobby rumah sakit yang ramai juga membuat moodnya berantakan. Karna menghalangi jalan menuju ruangannya. Sesampainya di ruangan, Rio menghembuskan nafas kasar. Karna sudah banyak pasien yang menunggu kedatangannya. Dia langsung mengerjakan tugasnya untuk menangani berbagai keluhan pasiennya. Hingga tiba waktu istirahat, dia melangkah ke kantin rumah sakit untuk mencari secangkir kopi. Dia butuh kafien untuk mengembalikan moodnya.Baru saja melangkah beberapa langkah, tangan nya di cekal oleh seseorang."Yo!""Jelita? Ngapain kamu kesini?" tanya Rio seraya melirik ke arah tangannya yang di cekal oleh Jelita. Perempuan yang menjadi sahabat Rio sejak SMA, dia pernah menyatakan perasaannya pada Rio. Namun Rio tak pernah membalas perasaan Jelita."Aku sengaja kesini!" kata Jelita seraya menatap lekat ke arah Rio."Ngapain? Aku mau ke kantin! Mau

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 96

    Argadana menemui Resa setelah Rio dan Melinda pulang."Bu!" panggil Argadana menghampiri Resa yang masih duduk di ranjang, sama saat Melinda menemuinya tadi."Mau minum jus?" tanya Argadana basa-basi."Nggak! Kamu kesini mau menawari jus atau ada maksud lain?" tanya Resa sudah tahu maksud kedatangan anaknya."Aku eh, au,.." ucap Argadana tergagap."Kamu kalah sama Rio dan Melinda, Arga! Keduanya tidak ada yang takutnya saat bicara dengan ku," ledek Resa."Jadi kapan Rio akan melamar perempuan itu?"Argadana langsung shock ketika mendengar pertanyaan Resa. Dia bahkan tak bisa berkata apa-apa lagi."Kamu kenapa?" tanya Resa menatap heran ke arah anaknya."Aku terkejut karna pertanyaan ibu tadi," jujur Argadana."Kok bisa?"Argadana menggeleng, "Ibu yakin mau menerima Melinda?""Bukankah sudah aku katakan barusan? Apakah harus aku tarik kembali kata-kataku?" sahut Resa kesal."Ti-tidak seperti itu, Bu! Ya, kalau sudah pas, biar Riana yang mengurus semuanya. Aku akan segera bilang padanya

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 95

    Semua orang memuji masakan Melinda. Mereka makan dengan lahap, termasuk Resa. Tapi dia tidak mencibir atau memuji masakan Melinda. Riana yang melihat itu, bersorak gembira sebab calon mantunya selangkah lebih maju. Biasanya Resa selalu mengkritik masakannya dan Gendis jika tidak enak, walaupun hanya kurang tingkat kematangannya sedikit. Namun sekarang, mertuanya itu makan dengan lahap tanpa protes sedikit pun.Setelah makan, semua anggota keluarga Argadana kembali berkumpul di ruang tamu, termasuk Resa. Dia ingin menunjukkan kepada Melinda siapa dirinya."Hmm, Ma, Pa, Oma, dan Tante. Sebenarnya kedatangan Rio membawa Melinda kesini, ingin meminta restu. Agar hubungan ini bukan hanya untuk jalan bersama. Rio minta izin untuk melamar Melinda secepatnya," ucap Rio tegas hanya dengan satu helaan nafas."Kamu itu! Baru aja kenal beberapa hari, sudah sok sokan mau lamaran. Mbok harus di kenali dulu bibit, bebet, dan bobotnya dulu. Kamu kan tahu kita ini siapa, Rio?" sela Resa, dia memotong

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 94

    "Wah ada yang dapat cincin nih! Coba ibu lihat!" celutuk Marisha sudah berdiri di ambang pintu kamar Melinda. Dia langsung masuk untuk memastikan.Melinda menutup wajah dengan sebelah tangan yang tersemat cincin pemberian Rio."Sebentar ibu foto ya!" ujar Marisha mengeluarkan ponsel dari saku dasternya. Dia langsung mengunggah di story Whatshapp nya dengan caption 'Semoga ini pertanda baik' tulisnya.Marisha mengulas pucuk kepala putrinya."Istirahat, Mel. Udah malam ini, jangan liatin cincin itu mulu. Nanti ibu beliin yang lebih banyak kalau mau!" goda Marisha membuat Melinda melongo. Marisha langsung keluar dan menutup pintu kamar anaknya. Melinda melanjutkan mengoles skincare malamnya.***Rio sudah berganti baju dan bersiap untuk tidur. Namun dia lupa menyalakan alrm untuk besok pagi, karna masuk jadwal pagi. Dia membuka whatshapp nya terlebih dahulu. Siapa tahu ada pesan dari Melinda. Rio mendesah pelan karna harapan tak sesuai keinginan.Tapi matanya terpaku pada unggahan story

DMCA.com Protection Status