Share

Miss Jutek

Author: Rianievy
last update Last Updated: 2024-08-06 14:01:19

"Enak makanannya?" tanya Keira sambil bertopang dagu dengan siku bertumpu pada pahanya.

"Banget, kamu nggak pingin buka katering aja?"

"Belum diseriusin, butuh waktu ekstra dan konsep jelas. Lagian di sini udah ada katering harian juga, nggak enak sama tetangga RT lain."

"Namanya jualan atau bisnis pasti akan ada pesain dekat, yang penting punya cirikhas buat bedainnya." Renan meletakkan sendok dan garpu dengan posisi terbalik, tandanya ia sudah selesai makan. Teh hangat juga ia teguk hingga habis setengah gelas. "Terima kasih, boleh makan di sini," kata Renan yang betul-betul merasa puas menikmati makan malamnya.

"Sama-sama, saya juga makasih banget tadi Bapak udah ditolongin."

"Keira, Kei!" Suara seseorang di depan pagar membuat Keira menoleh. Jam dinding sudah menunjukkan angka sepuluh malam, bahkan lebih. Keira beranjak, berjalan ke arah pagar disusul Renan.

"Lagi ngap-- o ... ow ... lagi diapelin, toh ...," goda Rima yang menggoda Keira dengan menaik turunkan alis matanya.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Tidak suka yang lebih muda

    Hai ... jangan lupa love dan comment ya 🥰_______"Gol!!!!" teriak serempak teman satu tim yang berlari menghampiri. Renan berhasil mencetak gol ke gawang lawan. Olahraga futsal yang setiap jumat malam ia lakukan bersama teman-teman kerja juga teman masa kuliah, membuatnya tetap bugar. Renan memang begitu, tak bisa lepas dari olahraga walau hanya jogging saja. Napasnya ngosngosan, ia berkacak pinggang mengatur napas sambil berjalan menunggu operan bola dari temannya lain. Keringat yang membasahi wajah juga tubuhnya, ia biarkan keluar melalui pori-pori. Tawanya pecah saat melihat temannya terpeleset bola yang sedang di oper. Tawanya begitu lebar, rambut cepaknya sudah mulai tumbuh lebat lagi. Ia malas ke barbershop, nanti saja sampai waktunya ditegur HRD kantor. Kedua matanya menyipit, berlari ke ujung lapangan menerima umpan dari temannya. Gerakannya gesit, kakinya lincah menggocek bola bundar lalu .... "Gol!" teriak teman-temannya lagi. Permainan selesai, skor 5 - 2 berhasil men

    Last Updated : 2024-08-06
  • Sukses setelah ditalak Tiga   Mbak Keira

    "Kei, kenapa kamu kayaknya nolak Renan banget? Dia baik lho," pungkas ibu sambil membantu Keira mengemas peralatan setelah dagang di bazar. Ia menunggu Kemal datang sebagai bala bantuan mengangkut barang-barang."Kei nggak suka karena belum mau dekat sama siapapun dan juga rasanya usia dia lebih muda, Bu. Kei nggak mau kelihatan ngemong." Keira berkata jujur, ia menyukai laki-laki yang matang dan mapan."Kayak Bastian? Buktinya kamu diceraikan. Dia masih cinta sama mantannya. Kei, realita aja, kalau emang Renan baik, nggak salah. Nggak baik janda lama-lama."Ya ampun, ucapan ibu membuat hati Keira menjadi nyeri, tapi ia abaikan, tidak mau menanggapi komentar ibunya.Hari-hari Keira melelahkan. Ia bahkan mengorbankan jam tidurnya karena sepulang bekerja menyiapkan pesanan lainnya. Hal itu menjadikan Keira harus mengambil keputusan penting.Ia mengajukan resign dari pekerjaannya. Rima dan Ambar terkejut, tapi bisa aja. Pihak kantor juga memahami posisi Keira yang tampaknya harus serius

    Last Updated : 2024-08-07
  • Sukses setelah ditalak Tiga   Belum ada pesanan

    Dukung terus karya saya, ya ... terima kasih ❤________[Mbak, Kei, lagi apa?]Pesan pertama masuk yang dikirim Renan, Keira membaca saja tanpa mau membalas. Ia letakkan ponsel lalu kembali sibuk membuat desain banner dan spanduk terbaru. Keira harus membuat konsep usahanya yang baru, ia bahkan menyediakan papan tulis kecil, spidol dan penghapusnya juga.Lima belas menit berlalu, Keira mengabaikan ponselnya yang dipasang mode senyap. Namun, ketika membuka layar kunci, muncul notifikasi pesan masuk dari Renan.[Mbak Kei, balas dong WAnya. Sibuk banget, ya?][Mbak ... Kei ....]Dan belasan chat 'sampah' lainnya, menurut Keira. Jam menunjukan angka sebelas malam, ia memutuskan tidur tanpa membalas pesan singkat. Baru saja akan memejamkan mata, ponsel yang tadinya dalam mode senyap berbunyi.Tangannya meraba-raba ke posisi kanan. Ia raih ponsel. "Ya, halo," jawabnya tanpa melihat siapa yang menghubungi."Mbak Kei, udah tidur?" Keira melotot mendengar ia disapa seperti itu."Ya ampun, Nan,

    Last Updated : 2024-08-07
  • Sukses setelah ditalak Tiga   Restu dari Kemal

    "Jangan sok tau, Nan. Ada kok yang pesan," sanggah Keira menutupi."Bohong. Kata Kemal nggak ada. Sepi-sepi aja."Waduh, Kemal benar-benar sudah menjadi mata-mata Renan. Keira menghela napas, ia memijit pelipisnya."Ya wajar juga, namanya baru mulai usaha. Udah, lah ... bukan urusan penting. Aku balik duluan, ya." Keira melepaskan genggaman tangan Renan, tapi tak jua terlepas."Temenin beli jajanan, ya, Mbak." Dengan santainya, tangan Keira kembali digenggam Renan. Mau sekuat apapun Kei berontak, tetap saja tak bisa. Mau tak mau Keira menuruti Renan, dengan jalan lelaki itu yang pincang-pincang, Keira tak tega juga. "Sini aku bawain keranjangnya. Belanjaan apaan, sih. Cemilan kayak anak kecil semua gini," jeplak Keira seraya meraih keranjang belanjaan dari tangan Renan. "Buat iseng kalau di rumah. Ada kerjaan lain yang harus dipantau dan enaknya sambil ngemil," jawab Renan santai. "Mbak mau apa? Aku traktir," katanya lagi. "Nggak usah pake embel-embel 'mbak'." tegur Keira kesal. Wa

    Last Updated : 2024-08-08
  • Sukses setelah ditalak Tiga   Jaringan promosi

    Dekat dengan seseorang yang punya link banyak tersebar di mana-mana, seharusnya bisa dimanfaatkan Keira tanpa ragu. Tetapi, ia justru tak mau. Gengsi karena ia janda yang dikejar berondong, membuat tembok batasan dibangun Keira sendiri.Dengan dua kali pengantaran ke rumah pemesan, Keira berboncengan dengan Kemal yang seharusnya sibuk ketik skripsi, tapi demi sang kakak ia tanggalkan urusan pribadinya."Udah beres nih, Mbak?" Kemal memberikan helm ke tangan Keira yang segera memakai."Iya. Nih, gocap buat lo, buat beli bensin." Keira memberikan lima puluh ribu ke Kemal yang diterima dengan suka hati.Keira dan Kemal tak langsung pulang, ia membeli es campur dulu untuk orang rumah. Saat mengantri, ponselnya bergetar. Siapa lagi jika bukan Renan yang rajin jarang absen hubungi Keira.[Mbak, lagi apa? Gimana pesanannya?]Keira hanya membaca. Ia kembali fokus melihat penjual es campur membuatkan pesanannya.[Mbak, bales dong. Aku telpon kalau nggak mau bales, ya.]Ya ampun ini bocah. bati

    Last Updated : 2024-08-08
  • Sukses setelah ditalak Tiga   Jadian, yok!

    Hai, terima kasih yang sudah mendukung ya. ____Sudah dua hari Keira berkutat dengan pesanan yang sudah pasti dikerjakan. Walau lelah, ia coba tahan dan jalani bersama kedua orang tuanya juga Kemal."Mbak, ekspansi, lah ... katering kantoran. Lo bisa atur menunya, bagian pengantaran sementara gue nggak masalah."Keira sedang memperhatikan ayam panggang dalam oven besar di garasi. Sekali memanggang enam ekor ayam bisa masuk. Mempersingkat waktu."Bisa, sih, tapi wadahnya gue nggak mau yang cuci-cuci itu." Keira melepas cempal sarung tangan, lalu duduk di ubin teras bersama Kemal."Ya beli yang sekali buang. Jaman sekarang kan banyak. Lo tanya ke tempat langganan.""Gitu, ya?" toleh Keira ke adiknya yang berdecak heran, kadang kakaknya dongdong. Masak jago, soal pengaturan usaha atau konsepnya seperti apa butuh masukan dari orang lain."Lo bayangin kalau dalam satu bulan pegang empat kantor dengan total perhari 100 porsi. Dikali harganya dua puluh lima ribu. Auto kaya raya nggak lo." K

    Last Updated : 2024-08-10
  • Sukses setelah ditalak Tiga   Bude Ratih

    "Ngaco. Resek kamu ya main sosor aja!" omel Keira lalu membuka pintu mobil. Renan tidak menahan, ia justru tertawa sendiri. Ya, Renan punya taktik sendiri untuk membuat Keira memahami arti kehadiran dirinya. Maka dari itu, ia juga tidak mencecar Keira lagi.Mobil melaju pergi meninggalkan rumah Keira. Ia misuh-misuh, tampak kesal lantas berjalan ke kamarnya. Ia meletakkan sling bag dengan melempar ke atas kasur."Resek! Mentang-mentang gue janda jadi bisa seenaknya disosor! Haduh Keira ... harga diri lo tadi ke manaaa...!" pekik Keira kesal kepada dirinya sendiri.Keira ganti baju dan cuci muka, lalu mulai mengatur susunan menu catering minggu depan. List nama sudah di tangan, Keira hanya perlu merekap supaya lebih rapi lagi.Pulpen di tangannya ia mainkan memutar di sela-sela jari. Buku notes sudah ia siapkan, ia berpikir menu apa yang pas dengan harga satu porsi 25 ribu."Ayam bumbu rujak, daging tipis teriyaki paprika, nila bakar bumbu kecap, apalagi, ya ...." Ia mengetuk-ngetuk ke

    Last Updated : 2024-08-10
  • Sukses setelah ditalak Tiga   Bagas Susmitro Van Dehosf

    Bukan kesal lagi, rasanya Keira mau menarik rambut sasak tinggi bude Ratih sekuat mungkin. Ia mengatur napas di dalam mobil menuju ke rumah Ervan karena langsung dikembalikan mobilnya."Mbak, tenang aja, lah. Orang kayak gitu nanti bakal malu sendiri." Kemal mencoba membesarkan hati kakaknya."Iya, paham! Tapi gue kesel aja, Mal. Apalagi lo lihat Bastian. Gue nggak kenal tuh orang lagi. Lo bayangin, lima tahun nikah sama dia, cuma setahun gue bisa nikmatin, Mal. Sisanya, semuaaa ... Bude Ratih yang kasih masukan ini itu. Gue udah protes sama Bastian, tapi gue diminta sabar dan tuh orang ...!" jeda Keira. Ia mengusap wajahnya kesal. "Ternyata dia masih cinta sama mantan pacarnya yang tadi itu! Lalu apa arti lima tahun gue nikah sama dia?!"Keira menggebu-gebu meluapkan amarahnya. Kemal melirik, "lo babunya. Ya babu di rumah juga urusan ranjang. Kepolosan sih, lo."Jawaban menohok Keira membuat ia memukul keras lengan adiknya."Sakit, Mbak! Ya emang lo polos bin dodol. Bastian menang ga

    Last Updated : 2024-08-11

Latest chapter

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Jalan terakhir

    Met baca 🌿__________Kemal dan Ines berada di kampung halaman hampir satu minggu. Semua berubah semenjak bapak pergi untuk selamanya. Apalagi setelah tau bapak ternyata merestui juga membagi-bagi warisan.Diam-diam juga bapak merupakan pewaris tunggal keluarganya yang merupakan juragan tanah di sana. Semua diceritakan ibu di depan keluarga.Kemal sendiri tak bangga mendapat warisan, toh ia sudah kaya raya. Warisan dari bapak justru ia serahkan ke Ines, terserah mau diapakan. Untuknya Ines lah warisan berharga dari bapak untuknya. Itu sudah lebih dari cukup."Nes, jadi pulang siang ini?" Suara ibu terdengar sedih. Ines menoleh, ia sedang berdiri menatap foto keluarganya saat ia masih remaja dulu terpasang di dinding ruang keluarga."Iya, Bu. Kemal udah lama nggak kerja. Ibu mau ikut ke Jakarta?" ajaknya. Ibu berjalan mendekat, menggeleng pelan."Ibu ke Jakarta kalau kamu melahirkan, ya." Tangan ibu mengusap perut putrinya. "Ibu senang kamu bisa hamil diusiamu yang nggak muda tapi Ibu

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Ines pingsan

    Met baca 🌿__________Kemal segera membantu Ines berkemas, ia sendiri sudah sejak tadi merapikan pakaiannya ke dalam tas koper."Ayo, sayang," ajak Kemal bicara dengan begitu lembut. Ines duduk mendongak, menatap suaminya nanar. "Ayo, kita pulang." Kemal tersenyum. Ines berdiri pelan, menggandeng tangan Kemal.Kemal meminta pak Darmo segera berangkat bersama putranya untuk menemani selama perjalanan darat karena Kemal dan Ines naik pesawat. Mereka akan lama di sana sehingga pak Darmo diajak setelah izin dengan Reynan meminjam sopir anak-anaknya."Mas Kemal nanti di sana siapa yang jemput?" Pak Darmo harus memastikan."Ada keluarga Ines, kalian hati-hati ya. Saya sudah transfer untuk bensin, tol dan jajan Bapak sama Ado." Kemal membuka pintu taksi. Ado membantu membawakan tas kecil milih Ines yang isinya beberapa barang penting."Hati-hati, Mbak, Mas," tukas Ado."Makasih, Do," jawab Ines pelan.Perjalanan mereka tembuh sambil terus diam namun kedua tangan mereka tak lepas saling meng

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Pulang

    Met baca 🌿______Kemal tak henti tersenyum semenjak tiba di rumahnya. Ines langsung lanjut nonton drakor di kamar setelah mandi dan memakai daster."Kamu mau ke mana?" tegur Ines walau matanya menatap ke layar tablet di atas pangkuannya. Ines merebahkan diri di atas ranjang, terlihat sangat malas beranjak."Mau beli buah. Kamu harus banyak makan buah, Nes," jawab Kemal masih mematut diri di depan cermin. Ia meraih sisir di atas meja rias, merapikan rambutnya yang basah setelah mandi."Ngapain sisiran, rambut kamu rapi sendiri. Lurus banget gitu." Kalimat yang diucapkan Ines terdengar seperti dumelan, lagi-lagi bicara tanpa menatap suaminya."Biar rapi aja," sahut Kemal lagi."Biar dilihatin cewek lain barang kali."Kemal diam. Ia meletakkan sisir kembali ke tempatnya lalu melihat istrinya dari pantulan cermin. "Cemburu?" gumam Kemal tapi menahan senyuman saat bicara."Sorry, ya, nggak tuh!" Ines menyelimuti diri setengah badan kembali fokus nonton."Masa, sih, hormon ibu hamil bikin

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Kemal Syok

    Met baca 🌿_________Kemal begitu bahagia saat ulang tahunnya dirayakan bersama keluarga di rumahnya. Tak lepas ia tersenyum sambil sesekali menunjukkan kemesraannya dengan Ines yang justru terlihat sedikit sendu.Seharian ia kepikiran bapak dan ibu, ia coba kirim pesan singkat ke bapak tapi tidak dibaca. Saat ke ibu, ibu hanya bilang kalau bapak tidak mau tau urusan juga apa yang terjadi dengan Ines.Ia anak perempuan, hubungan dekat dengan bapaknya sudah erat dari kecil. Perlahan pudar semenjak Ines ngotot merantau ke Jakarta dan kota besar lainnya hingga tersangkut kasus besar.Katon menghampiri Ines di dapur saat adiknya sedang merapikan piring dan gelas yang sudah kering, ia masukkan ke lemari dapur dengan rapi."Besok kalau Mas sempat, Mas ke rumah Bapak. Coba bicara lagi, ya."Ines diam, dengan wajah sendu menunjukkan balasan pesan singkat yang dikirim ibu. Setelah Katon baca ia hanya bisa menghela napas panjang."Maafin Bapak ya, Nes," tukas Katon."Ada juga aku, Mas, yang ha

  • Sukses setelah ditalak Tiga   New Job

    "Kapan kita mau ke rumah Bapak Ibu, Mal?" Ines baru selesai menyiram tanaman di depan rumah saat Kemal memakai sepatu bersiap kerja."Mau kamu kapan?" Kemal masih menunduk."Terserah kamu. Aku hopeless.""Nggak boleh gitu. Aku cek jadwalku ke Raja, kalau kerjaan aman jumat ini kita ke sana, mau naik apa? Kereta atau pesawat?""Terserah."Kemal mendongak, menatap istrinya yang berdiri menggulung selang."Jangan terserah, Nes." Ia lantas berjalan mendekat. Merapikan rambut Ines yang sedikit acak-acakkan karena angin. "Kita harus kompak."Ines memeluk manja Kemal, ia memang tak yakin jika bapak mau melihat usaha mereka meminta restu. Kemal mengusap pelan punggung Ines, ia tau galaunya Ines karena sudah sebulan menikah tapi bapak sama sekali tidak berkabar. Anak perempuan mana yang tidak sedih."Aku kerja, ya, kamu mau di rumah aja apa jadi ke tempat Mbak Keira? Ervan bilang mereka butuh orang buat auditing keuangan, kamu bisa, kan?"Ines melepaskan pelukan, berjalan ke arah teras meraih

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Belanjaan manten baru

    Met baca 🌿_____________Tamu kerabat dekat dan teman kerja sudah pulang sejak beberapa waktu lalu. Tak sampai lima puluh orang yang hadir. Kemal duduk sambil menikmati kopi sore yang dibuat Keira, diam menatap lurus ke tatanan taman bunga yang cantik atas tangan diri Keira."Gue tau perjuangan lo baru dimulai, tapi jangan lihatin ke Ines, kasihan dia." Keira duduk tepat di sebelah Kemal."Salah nggak sih, Mbak? Kalau jadinya begini?""Nggak ada yang salah atau benar, Mal. Udah jalannya dan yang penting lo bisa ubah pelan-pelan. Kapan berangkat bulan madunya?""Tiga hari lagi. Nyamain jadwal terbang Mas Katon, Ines mintanya gitu."Keira merangkul bahu sang adik, lalu ia bersandar pada pundak tegap Kemal. "Ibu bahagia banget. Dari tadi senyum, ketawa dan kelihatan bangga lo nikah juga, Mal. Nggak jadi perjaka tua," kekeh Keira. Kemal pun sama, kedua bahunya bergetar pelan lalu meraih jemari tangan kanan Keira."Mbak, makasih selalu marahin gue kalau gue salah langkah. Maaf lo jadi die

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Bahagia itu susah

    Met baca 🌿__________"Pisah!" tegas Keira saat kedua insan itu sudah kembali ke Jakarta dan langsung menghadap Keira, Reynan dan om Wisnu."Mbakkk," rengek Kemal lemas."Apa! Mau gue tabok lo! Nggak pantes udah tua!" Sambung Keira sambil berkacak pinggang. Vinka dan Alta yang duduk di anak tangga ke lima sambil Alta memangku Daksa hanya bisa cekikikan melihat om kesayangannya diomelin mama mereka."Lo aja belum dapat restu Bapaknya Ines, masih mau minta Ines tetep tinggal sama lo!" Keira ngamuk. Reynan hanya bisa menyerahkan kuasa sidang itu ke istrinya."Gue udah suruh Bibi dan Pak Darmo beresin barang-barang Ines dari tempat lo barusan. Mereka udah jalan. Ines balik tinggal di sini. Elo ...," tunjuk Keira. "Lo datengin Bapak, lo kejar restu Bapak. Jangan pulang sebelum lo dapat restu!"Om Wisnu tak yakin hal itu terjadi. "Om temani, Mal. Om yang tau Kakak Om itu seperti apa. Kapan mau ke sana?""Sekarang, Om." Kemal tegas menjawab."Oke. Om pesan tiket pesawatnya." Segera Wisnu me

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Pengemis dadakan

    Met baca 🌿_______Di bawah guyuran hujan, Kemal terus meminta Ines pulang bersamanya. Ines yang berdiri di hadapannya terus menolak. Ines tak terkena air hujan karena berdiri di bawah atap kedai sederhana itu.Tanpa peduli tubuhnya semakin basah, Kemal membujuk. "Pulang, Nes." Kali ini suaranya bergetar pelan. Ines tetap menolak, bahkan ia meninggalkan Kemal begitu saja, Kemal tak bisa apa-apa selain pergi kembali ke hotel.Kemal berendam air hangat di bath up kamar hotel, ia merenungi kebodohannya. Kedua matanya terasa panas, ia sadar jika sedetik lagi air matanya jatuh.Benar saja, ia menangis, membungkam mulutnya dengan telapak tangan kanan. Sesakit ini melihat Ines menjadi menjauh darinya. Semenyengsarakan ini rasanya ditolak Ines yang bertahun-tahun memahami dirinya seperti apa.Apakah kali ini ia menyerah? Membiarkan dirinya menjadi bujangan tanpa mau memikirkan berumah tangga?Menjelang tengah malam, Kemal masih terjaga, ia mengusap tengkuknya saat berkutat dengan pekerjaan

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Terus menghindar

    Met baca 🌿___________Suara wajan di atas api yang menyala besar juga kesibukan lain di dapur membuat Ines ingat bagaimana Keira dulu memulai usaha catering yang dirintis dari nol hingga sukses seperti sekarang.Begitu pula ingatan Ines bagaimana awal mula pertemuan dengan Kemal yang ia anggap sombong kini justru menempati ruang hati terdalamnya.Ia berdiri, menunggu pesanan pelanggan siap sambil memeluk nampan coklat. Tiga juru masak berlomba-lomba menyelesaikan masakan untuk dihidangkan, Ines melirik ke sudut dapur, terdapat meja bahan baku yang siap diolah.Hela napas panjangnya membuat salah satu rekannya mendekat. "Ada apa?" tanyanya dengan logat melayu."Tidak ada apa-apa," jawab Ines diakhiri dengan senyuman. Satu juru masak memindahkan makanan dari wajan ke mangkok besar, Ines mendekat seraya meraih selembar tisu dapur. Dirapihkan makanan itu dari noda yang berceceran disekeliling mangkok karena juru masak buru-buru menuangkan.Ines siap membawa pesanan makanan ke meja pelan

DMCA.com Protection Status