Dukung terus karya saya, ya ... terima kasih ❤________[Mbak, Kei, lagi apa?]Pesan pertama masuk yang dikirim Renan, Keira membaca saja tanpa mau membalas. Ia letakkan ponsel lalu kembali sibuk membuat desain banner dan spanduk terbaru. Keira harus membuat konsep usahanya yang baru, ia bahkan menyediakan papan tulis kecil, spidol dan penghapusnya juga.Lima belas menit berlalu, Keira mengabaikan ponselnya yang dipasang mode senyap. Namun, ketika membuka layar kunci, muncul notifikasi pesan masuk dari Renan.[Mbak Kei, balas dong WAnya. Sibuk banget, ya?][Mbak ... Kei ....]Dan belasan chat 'sampah' lainnya, menurut Keira. Jam menunjukan angka sebelas malam, ia memutuskan tidur tanpa membalas pesan singkat. Baru saja akan memejamkan mata, ponsel yang tadinya dalam mode senyap berbunyi.Tangannya meraba-raba ke posisi kanan. Ia raih ponsel. "Ya, halo," jawabnya tanpa melihat siapa yang menghubungi."Mbak Kei, udah tidur?" Keira melotot mendengar ia disapa seperti itu."Ya ampun, Nan,
"Jangan sok tau, Nan. Ada kok yang pesan," sanggah Keira menutupi."Bohong. Kata Kemal nggak ada. Sepi-sepi aja."Waduh, Kemal benar-benar sudah menjadi mata-mata Renan. Keira menghela napas, ia memijit pelipisnya."Ya wajar juga, namanya baru mulai usaha. Udah, lah ... bukan urusan penting. Aku balik duluan, ya." Keira melepaskan genggaman tangan Renan, tapi tak jua terlepas."Temenin beli jajanan, ya, Mbak." Dengan santainya, tangan Keira kembali digenggam Renan. Mau sekuat apapun Kei berontak, tetap saja tak bisa. Mau tak mau Keira menuruti Renan, dengan jalan lelaki itu yang pincang-pincang, Keira tak tega juga. "Sini aku bawain keranjangnya. Belanjaan apaan, sih. Cemilan kayak anak kecil semua gini," jeplak Keira seraya meraih keranjang belanjaan dari tangan Renan. "Buat iseng kalau di rumah. Ada kerjaan lain yang harus dipantau dan enaknya sambil ngemil," jawab Renan santai. "Mbak mau apa? Aku traktir," katanya lagi. "Nggak usah pake embel-embel 'mbak'." tegur Keira kesal. Wa
Dekat dengan seseorang yang punya link banyak tersebar di mana-mana, seharusnya bisa dimanfaatkan Keira tanpa ragu. Tetapi, ia justru tak mau. Gengsi karena ia janda yang dikejar berondong, membuat tembok batasan dibangun Keira sendiri.Dengan dua kali pengantaran ke rumah pemesan, Keira berboncengan dengan Kemal yang seharusnya sibuk ketik skripsi, tapi demi sang kakak ia tanggalkan urusan pribadinya."Udah beres nih, Mbak?" Kemal memberikan helm ke tangan Keira yang segera memakai."Iya. Nih, gocap buat lo, buat beli bensin." Keira memberikan lima puluh ribu ke Kemal yang diterima dengan suka hati.Keira dan Kemal tak langsung pulang, ia membeli es campur dulu untuk orang rumah. Saat mengantri, ponselnya bergetar. Siapa lagi jika bukan Renan yang rajin jarang absen hubungi Keira.[Mbak, lagi apa? Gimana pesanannya?]Keira hanya membaca. Ia kembali fokus melihat penjual es campur membuatkan pesanannya.[Mbak, bales dong. Aku telpon kalau nggak mau bales, ya.]Ya ampun ini bocah. bati
Hai, terima kasih yang sudah mendukung ya. ____Sudah dua hari Keira berkutat dengan pesanan yang sudah pasti dikerjakan. Walau lelah, ia coba tahan dan jalani bersama kedua orang tuanya juga Kemal."Mbak, ekspansi, lah ... katering kantoran. Lo bisa atur menunya, bagian pengantaran sementara gue nggak masalah."Keira sedang memperhatikan ayam panggang dalam oven besar di garasi. Sekali memanggang enam ekor ayam bisa masuk. Mempersingkat waktu."Bisa, sih, tapi wadahnya gue nggak mau yang cuci-cuci itu." Keira melepas cempal sarung tangan, lalu duduk di ubin teras bersama Kemal."Ya beli yang sekali buang. Jaman sekarang kan banyak. Lo tanya ke tempat langganan.""Gitu, ya?" toleh Keira ke adiknya yang berdecak heran, kadang kakaknya dongdong. Masak jago, soal pengaturan usaha atau konsepnya seperti apa butuh masukan dari orang lain."Lo bayangin kalau dalam satu bulan pegang empat kantor dengan total perhari 100 porsi. Dikali harganya dua puluh lima ribu. Auto kaya raya nggak lo." K
"Ngaco. Resek kamu ya main sosor aja!" omel Keira lalu membuka pintu mobil. Renan tidak menahan, ia justru tertawa sendiri. Ya, Renan punya taktik sendiri untuk membuat Keira memahami arti kehadiran dirinya. Maka dari itu, ia juga tidak mencecar Keira lagi.Mobil melaju pergi meninggalkan rumah Keira. Ia misuh-misuh, tampak kesal lantas berjalan ke kamarnya. Ia meletakkan sling bag dengan melempar ke atas kasur."Resek! Mentang-mentang gue janda jadi bisa seenaknya disosor! Haduh Keira ... harga diri lo tadi ke manaaa...!" pekik Keira kesal kepada dirinya sendiri.Keira ganti baju dan cuci muka, lalu mulai mengatur susunan menu catering minggu depan. List nama sudah di tangan, Keira hanya perlu merekap supaya lebih rapi lagi.Pulpen di tangannya ia mainkan memutar di sela-sela jari. Buku notes sudah ia siapkan, ia berpikir menu apa yang pas dengan harga satu porsi 25 ribu."Ayam bumbu rujak, daging tipis teriyaki paprika, nila bakar bumbu kecap, apalagi, ya ...." Ia mengetuk-ngetuk ke
Bukan kesal lagi, rasanya Keira mau menarik rambut sasak tinggi bude Ratih sekuat mungkin. Ia mengatur napas di dalam mobil menuju ke rumah Ervan karena langsung dikembalikan mobilnya."Mbak, tenang aja, lah. Orang kayak gitu nanti bakal malu sendiri." Kemal mencoba membesarkan hati kakaknya."Iya, paham! Tapi gue kesel aja, Mal. Apalagi lo lihat Bastian. Gue nggak kenal tuh orang lagi. Lo bayangin, lima tahun nikah sama dia, cuma setahun gue bisa nikmatin, Mal. Sisanya, semuaaa ... Bude Ratih yang kasih masukan ini itu. Gue udah protes sama Bastian, tapi gue diminta sabar dan tuh orang ...!" jeda Keira. Ia mengusap wajahnya kesal. "Ternyata dia masih cinta sama mantan pacarnya yang tadi itu! Lalu apa arti lima tahun gue nikah sama dia?!"Keira menggebu-gebu meluapkan amarahnya. Kemal melirik, "lo babunya. Ya babu di rumah juga urusan ranjang. Kepolosan sih, lo."Jawaban menohok Keira membuat ia memukul keras lengan adiknya."Sakit, Mbak! Ya emang lo polos bin dodol. Bastian menang ga
Selamat membaca! Terima kasih dukungannya 🥰__________"Itu Bagas gebetan lo dulu, kan, Mbak?" tanya Kemal."Iya. Ayo buruan jalan. Jangan sampe dia kejar lagi," cicit Keira."Ya emang kenapa? Dia mau minta nomer WA lo. HP lo ada, kenapa lo tolak?" Kemal juga jadi berjalan cepat dengan wajah panik."Itu namanya taktik, Kemal. Cewek tuh harus gitu. Apalagi gue janda. Jangan gampangan. Nanti dibilang kegatelan, serem tau!" dumal Keira."Oh, gitu. Sebenarnya lo pingin dikejar Bagas juga, toh, tapi pake mode jinak-jinak merpati? Mas Renan gimana, Mbak?"Sontak Keira berhenti berjalan, ia menatap Kemal yang menatap bingung ke arahnya."Kenapa sama Renan? Kita berdua nggak ada ikatan apapun. Masalahnya di mana?!" tantang Keira."Masalahnya dia suka banget sama lo, Mbak dan dia kejar lo kebangetan tapi lo omelin. Lo larang dia ke rumah buat apelin lo dan dia nurut. Bahkan dia kuliah lagi demi elo, kan? Demi memantaskan jadi suami idaman lo.""Ck. Sok tau!" kesal Keira. Ia berjalan duluan, m
Selamat membaca ya .._____Keira mengabaikan WhatsApp dari Renan, ia memilih duduk sambil memperhatikan Bagas bermain basket bersama teman-teman komplek juga.Wajah blasteran Bagas jelas menarik tatapan mata lainnya. Termasuk para suster yang mengasuh anak majikannya. Sesekali Keira menghela napas, ya karena mantan gebetannya itu terlalu keren.Keira melupakan gorengan yang ia beli, napsu ngemilnya hilang sekejap. Apakah ia kembali merasakan percikan asmara kepada Bagas? Sedangkan Renan sedang kurang sehat di kosan menunggu kabar dari Keira.Keira sendiri sadar tak mau memberi harapan besar ke Renan, bahkan ia menolak ajakan Renan berpacaran.Untung gue nolak Renan, kalau gue iyain, gue bisa galau mendadak Bagas dateng ke hidup gue lagi. batinnya bersorak. Keira tak salah, ia wanita bebas tak ada ikatan asmara dengan siapapun, masalahnya di mana, ya, kan?Bagas ngongosan, ia duduk di samping Keira. Berkeringatpun Bagas wangi, Keira memalingkan wajah lalu Bagas mencolek pipi Keira hin
Met baca 🌿__________"Keputusan ada di kamu, Mal," ucap Ines setelahnya ia berjalan ke arah kamar. Kemal mendesah, pasti Ines kecewa.Lagi-lagi tak bisa tidur baik Kemal maupun Ines. Menjelang pagi Ines mendengar suara gaduh. Buru-buru ia keluar kamar, Kemal tampak sibuk memakai sepatu kets sambil berdiri. Masih memakai kaos dan celana panjang training untuk tidur."Mau ke mana? Masih jam tiga, Mal?" Ines menghampiri."Rumah sakit, Tatiana nggak sadar lagi. Kamu nanti ke kantor bawa mobil aku yang satunya, ada di garasi apartemen blok A, sebelah kanan. Maaf ya aku buru-buru." Kemal mengecup kening Ines sebelum pergi dari sana.Ines hanya bisa menatap nanar, tak suka sebenarnya dengan kelakuan Kemal yang malah perhatian ke Tatiana walau berlandaskan rasa bersalah.Tak mau rencana yang ia dan Kemal susun berantakan, Ines memutuskan ke rumah sakit saat jam besuk siang hari.Ines menepati janji pada dirinya sendiri, diam-diam ia menemui Tatiana di rumah sakit tanpa sepengetahuan Kemal.
Met baca 🌿__________Ines duduk merenung di dalam taksi, ia kembali ke kantor sudah pukul dua siang. Tak ia dapati Kemal, staf lain mengadu jika Kemal buru-buru pergi. Saat ia mau bertanya ke Reynan, sepupunya itu terlihat sibuk bekerja. Akhirnya ia menelpon Kemal tapi tak dijawab.Pulang ke apartemen, ia melihat Kemal sudah di sana. "Kenapa nggak bilang pulang duluan?" tegur Ines sesaat setelah melepas sepatu kerja, ia letakkan di rak khusus. Kemal terlihat bingung.Ines mendekat, menangkup wajah Kemal mendongak ke arahnya. "Ada apa?""Tatiana mau coba bunuh diri."Sudah ditebak, bahkan tadi Tomy juga bilang jika Ines ada sifat nekat yang membahayakan dirinya sendiri."Terus?" Jemari Ines membelai pipi Kemal. Pria itu menggenggam jemari Ines yang masih menempel di wajahnya."Keluarganya minta gue tenangin Tatiana sampai ia paham kalau nggak mungkin gue nikahin dia. Tatiana tulus perasaannya ke gue, Nes, dia nikah sama Tomy karena bisnis juga menaikkan popularitas dia. Orang tuanya
Met bacaaa 🌿_______"Maksud kamu apa?" Tatiana menahan air mata supaya tak jatuh sedangkan kedua orang tuanya menahan kecewa dan marah terhadap Kemal."Saya tidak bermaksud mempermainkan atau menyakiti Tatiana, Om ... Tante, tapi saya benar-benar minta maaf karena harus ambil keputusan ini." Dengan berani Kemal membatalkan acara pertunangan yang sudah empat puluh persen siap."Siapa perempuan itu, Mal?" Air mata Tatiana jatuh juga, Kemal menunduk sejenak sebelum menjawab."Ines," jawab Kemal jujur. Tatiana membungkam mulutnya, ia patah hati seketika itu juga. Namun, Kemal dan Ines sudah sepakat. Lagi pula ini menjadi cara mereka bersatu."Kurang ajar," geram Tatiana."Saya yang salah karena terlalu jauh bertindak saat kami di Surabaya, saya dan Ines--""STOP!" Tatiana mengangkat telapak tangan, ia tak mau mendengar apa-apa lagi. Ia beranjak pergi menangis berlari menuju ke kamarnya. Kedua orang tua Tatiana mengusir Kemal, ah ... yasudah lah, kesempatan baginya pergi juga.Di rumah R
Met baca 🌿__________Ada keterangan sedikit, ya ; - Alta punya kakak sambung 3, namanya : Cakra (17th), Biru dan Bumi (15 th). Usia Alta sendiri 14 th di kisah ini, ya. Nanti saya edit di awal bab supaya nggak rancu.Markijut, mari kita lanjut!_______"Ayah mau sampai kapan duduk di situ! Ayo ke rumah sakit!" Bhumi sudah bersiap, ia terlihat kesal karena Tomy masih duduk seperti sedang berpikir keras."Berapa usia Alta?" tanya ke Ines yang sudah berdiri di dekat pintu."Empat belas tahun. Mau sampai kapan anda duduk. Anak anda menunggu di sana!" kesal Ines. Tomy mendongak, segera ia menyambar kunci mobil lalu meminta Ines pergi duluan.Saat Ines sudah berlalu dengan mengemudikan mobil Reynan, Tomy menarik tangan Bhumi yang hendak menuju ke posisi penumpang bagian kiri depan mobil SUV mewah itu."Kamu jangan cerita ke Kakakmu," pintanya.Bhumi menyeringai, "Ayah masih ingat sama Kak Cakra? Dia udah pergi dari rumah tiga bulan, Yah! Kita cari nggak ketemu sampai Biru celaka karena n
Met baca 🌿____________Kemal terus merangkul Ines saat mereka di bandara, bahkan menggenggam jemari tangan Ines seolah tak mau melewatkan momen apapun saat di dalam pesawat.Ines menyandarkan kepala di bahu kiri Kemal, ia hanya diam menyiapkan hati saat tiba di Jakarta semua akan berubah seperti semula.Benar saja, mereka melihat Tatiana datang menjemput tanpa janji terlebih dahulu. Bagus keduanya tau jauh-jauh waktu sebelum Ines melihat Kemal menggandeng jemari Ines sambil berjalan."Here we go," lirih Ines. Ia memberi jarak saat berjalan menuju luar lobi bandara. "Gue beli greentea latte dulu, lo kalau mau duluan, duluan aja, Mal. Its okey," tutur Ines saat sudah dekat beberapa langkah lagi ke arah Tatiana yang tersenyum sumringah melihat calon suaminya di depan mata."Iya." Kemal menjawab singkat, karena ia memakai kacamata hitam, sorot mata kesedihannya tidak bisa terbaca Tatiana."Hai!" pekik tertahan Tatiana. Ia memeluk Kemal singkat yang tidak dibalas Kemal karena tangan kana
Met baca 🌿_____________Alunan musik berdentum keras di dalam club mewah yang ada di kota itu. Ines dan Kemal duduk sambil menatap manusia melantai meliukkan tubuh."Minum nggak?" tawar Kemal."Sinting," ketus Ines melirik Kemal yang bahkan sejak tiba beberapa menit lalu belum memesan apapun."Kenapa ke sini, sih, Mal." Ines menyenggol bahu Kemal dengan bahunya."Gue pikir lo suka ke tempat kayak gini. Biasanya orang lagi galau ya ke sini.""Gila. Mendingan gue lo ajak makan rawon tiga mangkok sama es krim." Ines masih sewot."Tadi kan udah makan sebelum ke sini, rawon juga. Masih kurang?" Kemal tak kalah ngegas."Gue nggak suka di sini. Gue nggak mau." Wajah Ines memberengut, Kemal beranjak, menggandeng tangan Ines berjalan keluar dari club malam itu."Tempat ini padahal mahal dan mewah, bukan sembarangan, lo nggak mau." Kemal masih menggandeng tangan Ines sambil berjalan keluar. Sekuriti terkejut karena Kemal tak lama di sana."Kenapa pulang, Boss? Belum ketemu Gilbert," tanya sek
Met baca 🌿_____________Ines bergerak cepat, ia mencari tau kantor lelaki yang pantas dipanggil papa oleh Alta karena ayah kandungnya. Di kantor, ia menggali informasi hingga rinci.Tujuannya, memastikan jika Alta tidak boleh tau fakta sebenarnya karena usia belum cukup matang. Sesuai rencana Keira, ia akan jujur saat Alta sudah cukup umur."Bu Ines, ada surat nih, tapi kok dari pengadilan Surabaya," tukas resepsionis seraya menyerahkan amplop coklat."Oh, iya, makasih, ya." Ines menerima amplop, ia buka dan membaca. Surat panggilan sidang kasusnya, ia harus ke Surabaya dalam waktu dekat.Segera Ines menghubungi om Wisnu yang ternyata sudah tau dan memang mau Ines hadir. Ines sedang serius bicara dengan om Wisnu di telepon saat Kemal berdiri di depan meja kerja, merebut surat yang tergeletak di atas meja kerja Ines.Ia baca dengan seksama, lalu memperhatikan Ines hingga selesai menelpon omnya."Berangkat sama gue," putus Kemal. Ines menggeleng. "Gue temenin lo, Nes," lirih Kemal kar
Met baca 🌿_____________Makan siang bersama Tatiana juga di kediaman Keira sengaja diadakan. Kali itu Kei tak masak, ia memesan makanan khas arab juga makanan penutup dari toko kue langganannya.Ines membantu menata piring, gelas, serta peralatan makan lainnya di meja panjang tertutup taplak meja warna emas di halaman belakang."Gue bantu," tukas Kemal lantas mengambil alih nampan besar berisi sendok juga garpu dari tangan Ines."Udah, nggak usah. Temenin sana calon istri," celetuk Ines. "Luar biasa lo, Mal, baru sekali dikenalin langsung sat set," lanjut Ines lagi.Kemal menunduk sejenak, lalu mengangkat kepala menatap Ines yang lanjut menata peralatan makan."Ibu yang nyeplos begitu. Gue sama sekali belum kepikiran ke arah sana."Ines tersenyum, "ya bagus, dong. Tandanya lo emang harus menyegerakan." Ia menatap Kemal yang berdiri sambil memegang pinggiran meja, wajahnya tampak kebingungan. "Mal, turuti maunya Ibu."Kemal hanya bisa diam mematung, kedua matanya mengikuti gerak Ines
Met baca 🌿_________Ines memasukan dress dan sepatu yang ia beli ke dalam kotak lalu meletakkan di dalam lemari pakaian. Segera ia beranjak untuk istirahat karena hari sudah malam. Dexter juga tidak menghubungi karena berada di pesawat menuju Madrid.Janjinya pria itu akan menghubungi Ines jika sudah tiba atau tidak terlalu sibuk karena pekerjaan di sana sudah menunggu dirinya.Jemari Ines mengusap layar ponsel, melihat-lihat aplikasi belanja online sekedar cuci mata. Awalnya, hingga ia justru belanja beberapa barang kebutuhan pribadi."Yah, kok udah sejuta aja. Aduhhh ...," keluh Ines setelah sadar melakukan pembayaran. Saldo di rekeningnya tersisa dua juta hasil pinjam dari Keira. "Gimana gue idup. Mulai besok nggak mau berangkat dan pulang bareng Kemal."Pusing memikirkan keteledorannya, ia putusnya menerima fakta harus irit. Pintu kamarnya di ketuk, Ines beranjak cepat. Kaget seketika saat Kemal sudah pulang dari acara bersama Tatiana."Udah.""Oh, yaudah." Kemal memutar tubuh,