Selamat membaca 😊🥰_________Keira pulang, ia terkejut saat baru turun dari dalam mobil Bagas melihat Renan duduk di depan pagar rumahnya sambil memeluk diri sendiri."Nan?" Keira menghampiri, ia bersimpuh lalu melihat wajah Renan tertunduk pucat. "Panas banget badannya!" pekik Keira. Bagas mendekat, ia membantu Keira memapah Renan yang tak kuat berdiri sendiri."Bentar gue buka pagar dulu, Gas," tukas Keira lalu secepat mungkin membuka gembok pagar.Mereka berjalan sambil memapah Renan, Keira membuka pintu ruang tamu lalu meminta Bagas merebahkan Renan di sofa ruang TV.Renan membuka mata perlahan, bibirnya gemetar, ia menggigil. Keira sendu, dengan cepat mengambil selimut dari kamarnya kemudian menutupi tubuh Renan."Dia siapa?" tanya Bagas tanpa menunda."Yang gue bilang tadi, Gas."Bagas lalu menatap Renan. "Oh, jauh-jauh dari Bandung ke sini buat lo, Kei." Nada suara Bagas terkesan tak suka, sedikit sinis."Gas, jangan bikin ribet. Gue udah jujur sama lo itu yang penting, terse
Met baca yes ...____Keira sibuk mengaduk adonan kue bolu kukus. Selesai Kemal melakukan pengantaran catering makan siang ke gedung tempat Keira kerja dulu, ia asik obrak abrik resep kue.Pikirannya satu, dari pusing mikirin pasangan atau para lelaki yang mendekatinya, lebih baik ia dekat dengan dapur. Bisa olah makanan dan jadi cuan."Mbak Kei, istirahat dulu," tegur bapak yang di tangannya membawa baskom besar bekas wadah nasi. Bapak mencuci semua wadah juga peralatan masak Keira, ia tak keberatan justru senang karena ada kegiatan."Tanggung, Pak. Nih, mau masuk kukusan kuenya. Nanti Bapak cobain, yang ini bolu kukus mekar rasa blackforest, yang ini bolu kukus motif semangka. Cantik ya, Pak warnanya." Keira membuka tutup kukusan. Ia masukkan dandang yang sudah tersusun 20 cup bolu kukus ke dalam panci air mendidih."Cantik kayak yang buat," tukas bapak lalu menata baskom di pojok dapur. "Kei, Renan sudah sembuh?""Nggak tau, Pak. Kenapa emangnya?" Keira menutup panci kukusan lalu m
Ini bakal ada dua kubu ya, tim Bagas ama tim Renan keknya. ____Perempuan memang punya sifat galau yang luar biasa, apalagi soal laki-laki buat isi hati. Ditambah, kalau kandidatnya punya kekuatan 'menarik' yang seimbang.Keira tak munafik, bukannya tak tegas juga. Tetap aja baper karena sikap Renan walau sedikit.Wisuda Kemal membuat Keira haru, ia bisa membantu menyekolahkan adiknya hingga ke universitas. Sebagai kakak kebanggaan karena adiknya tidak menyia-nyiakan biaya yang ia keluarkan dengan menjadi lulusan terbaik juga mampu mengisi kekosongan hatinya yang tak bahagia karena cinta."Kei, es coklat, suka kan, lo?" Bagas duduk di sisi Keira. Mereka yang tak bisa masuk ke dalam gedung, disediakan tempat dibawah tenda besar berhiasa waena putih dan emas dengan deretan kursi bersarung putih juga."Makasih, Gas." Keira menerima pemberian Bagas. Lelaki itu memakai kemeja putih dipadu celana jeans. Keren bisa dibilang apalagi wajah indobulenya menambah nilai plus."Habis ini ada renca
Met baca gaes 🍃______Kiera mematut diri di depan cermin, karena kata Bagas nongkrong di kafe jadi ia hanya memakai celana panjang warna abu-abu tua dengan ujung mata kaki ia lipat dua kali sehingga bagian atas sedikit menggembung, kaos warna hitam ia masukan ke dalam celana--kaosnya tidak ketat, Keira anti memakai yang seperti itu justru cenderung kegedean--supaya rapi lalu rambut sepunggung ia biarkan tergerai membuat penampilannya ya seperti Keira apa adanya.Tak lupa tas selempang bahan kulit warna coklat tua kesayangannya."Jadi nongkrong di tempat Bang Boni, Mbak?" tegur Kemal yang baru selesai menyeduh kopi."Jadi. Mau ikut?" Keira membuka rak sepatu di dekat dapur, ia ambil sepatu hak datar warna hitam miliknya."Nggak, gue mau bantai nonton series amerika. Titip makanan aja deh, kalau lo baliknya nggak malem banget. Apaan kek terserah lo.""Titip apa beliin?" lirik Keira."Beliin, lah," sambung Kemal lalu masuk ke dalam kamar. Keira memakai sepatunya, lalu pamit ke bapak ib
Jadian hari pertama check! Keira sibuk di garasi rumahnya memasak makanan catering harian yang sudah masuk minggu ke dua. Ia semangat, sungguh sangat.Impiannya menjadikan usahanya ini bisa menaikkan derajat hidup keluarga begitu berkobar-kobar di dalam sanubari.Tangannya cekatan mengaduk ayam rica-rica kemangi sebagai lauk, lalu beralih memotong timun sebagai lalapan. Tak lupa ia mengecek telur pindang sebagai tambahan lauk juga."Mbak Kei, maaf Minah baru dateng. Sini saya bantu, Mbak," tukas Minah pembantu tetangga yang selesai kerja di sana langsung bantu Keira."Susun wadahnya setelah itu cetak nasi ya, cuci tangan terus pakai sarung tangan plastiknya.""Baik, Mbak Kei. Saya ke dalam, ya.""Okey," jawab Keira.Dapur dipindah ke garasi, ide bapak supaya Keira lebih leluasa dan di dalam tidak berantakan. Semalaman bapak yang pindahin wajan serta peralatan lain. Bapak juga yang membuat meja sendiri. Keira hanya beli bahan baku di matrial.Garasinya memang cukup besar jadi mampu me
Met baca yes 🍃______Keira dan Minah bahkan harus menyewa angkot untuk membawa belanjaan mereka dari pasar. Sore hari jadwal ke pasar selepas ashar."Mbak, belajar nyetir mobil nanti, ya," celetuk Minah saat mereka sudah di dalam angkot menuju ke rumah. Keira beli peralatan cetakan kue serta loyang tambahan, jaga-jaga jika ada pesanan kue basah lainnya.Beras dua karung besar dan berbagai bahan baku lainnya ia belanjakan langsung."Nanti kalau rejeki saya udah banyak, bisa beli mobil, baru saya beli mobil, Minah.""Harus, Mbak. Jangan mau kalah ssma perempuan lain yang ke mana-mana nyetir mobil sendiri."Keira tersenyum, "bisa aja kamu, Minah.""Mbak, kalau emang Mbak Keira kerepotan banget dan kita banyaj orderan, saya berhenti kerja di rumah orang, deh. Saya kerja sama Mbak aja, tapi saya gajinya bulanan aja, gimana, Mbak? Atau tiap hari minggu, nggak apa-apa, Mbak."Keira mengangguk cepat. Ia memang berharap Minah mau, padahal baru mau ia bahas."Yaudah,.pokoknya makan siang, cem
Met baca 🍃_______Bisnis ya bisnis, cinta ya cinta. Dua hal itu tidak bisa disatukan. Keira pulang ke rumah bersama Minah naik taksi, Bagas harus kembali ke kantor dulu untuk absen juga membuat laporan hasil turun ke lapangan tadi.Sepanjang jalan sampai rumah Keira hanya diam, tawaran pinjaman itu masih ia hitung masak-masak."Mbak Kei, buat besok catering kantor, buahnya pisang?""Iya, kenapa, Minah?" balas Keira seraya meletakkan sepatu pada tempatnya."Pakai pisang barangan aja, Mbak, jangan pisang ambon. Harga lebih hemat barangan. Ukuran juga nggak terlalu besar, pas." Minah duduk di lantai dekat sofa ruang TV."Hapal amat perkara pisang, Minah." Keira tergelak."Yeee ... Mbak Keira, biar keuntungannya lumayan nambah. Kalau Mbak Kei setuju, besok pagi saya mampir ke tukang pisangnya, deket dari kontrakan.""Boleh, deh, semua seratus biji ya, Min. Eh, lebihin deh, buat jaga-jaga." Keira memberikan sejumlah uang ke Minah yang langsung memasukkan ke dompetnya."Mbak, ngomong-ngom
Met baca lagi 🍃Keira terkejut saat pagi-pagi sekali, tepatnya pukul empat ia melihat satu mobil berhenti di depan rumah yang akan ditempati Renan.Ia mengintip dari balik tirai jendela ruang tamu. Mobil itu ia yakini memang punya Renan. Lampu rumah itu menyala, juga pagar dan pintu.Sosok Renan terlihat mondar mandir membawa koper dan beberapa barang lainnya, sendirian. Iya benar, sendirian.Keira berjengkit saat bahunya di tepuk Kemal. "Ngintipin apaan lo?""Itu, tetangga baru," jawab sekenanya kemudian berjalan ke dapur. Ia akan mulai kegiatannya memasak."Minah dateng jam berapa, Mbak? Jadi bawa temennya?" Kemal ikut ke dapur, membantu Keira membawa wajan besar untuk dipindah ke garasi."Jam setengah enam. Jadi, temennya baru lulus SMA, anaknya penjual siomay keliling sama Ibunya buruh cuci di rumah tetangga.""Oh, yaudah. Mbak jadi bisa ringan kerjanya. Bisa urus masakan lain atau kue. Gue ke depan dulu," ujar Kemal."Depan mana?!" Pertanyaan Keira sontak membuat Kemal berhenti
Met baca 🌿__________"Keputusan ada di kamu, Mal," ucap Ines setelahnya ia berjalan ke arah kamar. Kemal mendesah, pasti Ines kecewa.Lagi-lagi tak bisa tidur baik Kemal maupun Ines. Menjelang pagi Ines mendengar suara gaduh. Buru-buru ia keluar kamar, Kemal tampak sibuk memakai sepatu kets sambil berdiri. Masih memakai kaos dan celana panjang training untuk tidur."Mau ke mana? Masih jam tiga, Mal?" Ines menghampiri."Rumah sakit, Tatiana nggak sadar lagi. Kamu nanti ke kantor bawa mobil aku yang satunya, ada di garasi apartemen blok A, sebelah kanan. Maaf ya aku buru-buru." Kemal mengecup kening Ines sebelum pergi dari sana.Ines hanya bisa menatap nanar, tak suka sebenarnya dengan kelakuan Kemal yang malah perhatian ke Tatiana walau berlandaskan rasa bersalah.Tak mau rencana yang ia dan Kemal susun berantakan, Ines memutuskan ke rumah sakit saat jam besuk siang hari.Ines menepati janji pada dirinya sendiri, diam-diam ia menemui Tatiana di rumah sakit tanpa sepengetahuan Kemal.
Met baca 🌿__________Ines duduk merenung di dalam taksi, ia kembali ke kantor sudah pukul dua siang. Tak ia dapati Kemal, staf lain mengadu jika Kemal buru-buru pergi. Saat ia mau bertanya ke Reynan, sepupunya itu terlihat sibuk bekerja. Akhirnya ia menelpon Kemal tapi tak dijawab.Pulang ke apartemen, ia melihat Kemal sudah di sana. "Kenapa nggak bilang pulang duluan?" tegur Ines sesaat setelah melepas sepatu kerja, ia letakkan di rak khusus. Kemal terlihat bingung.Ines mendekat, menangkup wajah Kemal mendongak ke arahnya. "Ada apa?""Tatiana mau coba bunuh diri."Sudah ditebak, bahkan tadi Tomy juga bilang jika Ines ada sifat nekat yang membahayakan dirinya sendiri."Terus?" Jemari Ines membelai pipi Kemal. Pria itu menggenggam jemari Ines yang masih menempel di wajahnya."Keluarganya minta gue tenangin Tatiana sampai ia paham kalau nggak mungkin gue nikahin dia. Tatiana tulus perasaannya ke gue, Nes, dia nikah sama Tomy karena bisnis juga menaikkan popularitas dia. Orang tuanya
Met bacaaa 🌿_______"Maksud kamu apa?" Tatiana menahan air mata supaya tak jatuh sedangkan kedua orang tuanya menahan kecewa dan marah terhadap Kemal."Saya tidak bermaksud mempermainkan atau menyakiti Tatiana, Om ... Tante, tapi saya benar-benar minta maaf karena harus ambil keputusan ini." Dengan berani Kemal membatalkan acara pertunangan yang sudah empat puluh persen siap."Siapa perempuan itu, Mal?" Air mata Tatiana jatuh juga, Kemal menunduk sejenak sebelum menjawab."Ines," jawab Kemal jujur. Tatiana membungkam mulutnya, ia patah hati seketika itu juga. Namun, Kemal dan Ines sudah sepakat. Lagi pula ini menjadi cara mereka bersatu."Kurang ajar," geram Tatiana."Saya yang salah karena terlalu jauh bertindak saat kami di Surabaya, saya dan Ines--""STOP!" Tatiana mengangkat telapak tangan, ia tak mau mendengar apa-apa lagi. Ia beranjak pergi menangis berlari menuju ke kamarnya. Kedua orang tua Tatiana mengusir Kemal, ah ... yasudah lah, kesempatan baginya pergi juga.Di rumah R
Met baca 🌿__________Ada keterangan sedikit, ya ; - Alta punya kakak sambung 3, namanya : Cakra (17th), Biru dan Bumi (15 th). Usia Alta sendiri 14 th di kisah ini, ya. Nanti saya edit di awal bab supaya nggak rancu.Markijut, mari kita lanjut!_______"Ayah mau sampai kapan duduk di situ! Ayo ke rumah sakit!" Bhumi sudah bersiap, ia terlihat kesal karena Tomy masih duduk seperti sedang berpikir keras."Berapa usia Alta?" tanya ke Ines yang sudah berdiri di dekat pintu."Empat belas tahun. Mau sampai kapan anda duduk. Anak anda menunggu di sana!" kesal Ines. Tomy mendongak, segera ia menyambar kunci mobil lalu meminta Ines pergi duluan.Saat Ines sudah berlalu dengan mengemudikan mobil Reynan, Tomy menarik tangan Bhumi yang hendak menuju ke posisi penumpang bagian kiri depan mobil SUV mewah itu."Kamu jangan cerita ke Kakakmu," pintanya.Bhumi menyeringai, "Ayah masih ingat sama Kak Cakra? Dia udah pergi dari rumah tiga bulan, Yah! Kita cari nggak ketemu sampai Biru celaka karena n
Met baca 🌿____________Kemal terus merangkul Ines saat mereka di bandara, bahkan menggenggam jemari tangan Ines seolah tak mau melewatkan momen apapun saat di dalam pesawat.Ines menyandarkan kepala di bahu kiri Kemal, ia hanya diam menyiapkan hati saat tiba di Jakarta semua akan berubah seperti semula.Benar saja, mereka melihat Tatiana datang menjemput tanpa janji terlebih dahulu. Bagus keduanya tau jauh-jauh waktu sebelum Ines melihat Kemal menggandeng jemari Ines sambil berjalan."Here we go," lirih Ines. Ia memberi jarak saat berjalan menuju luar lobi bandara. "Gue beli greentea latte dulu, lo kalau mau duluan, duluan aja, Mal. Its okey," tutur Ines saat sudah dekat beberapa langkah lagi ke arah Tatiana yang tersenyum sumringah melihat calon suaminya di depan mata."Iya." Kemal menjawab singkat, karena ia memakai kacamata hitam, sorot mata kesedihannya tidak bisa terbaca Tatiana."Hai!" pekik tertahan Tatiana. Ia memeluk Kemal singkat yang tidak dibalas Kemal karena tangan kana
Met baca 🌿_____________Alunan musik berdentum keras di dalam club mewah yang ada di kota itu. Ines dan Kemal duduk sambil menatap manusia melantai meliukkan tubuh."Minum nggak?" tawar Kemal."Sinting," ketus Ines melirik Kemal yang bahkan sejak tiba beberapa menit lalu belum memesan apapun."Kenapa ke sini, sih, Mal." Ines menyenggol bahu Kemal dengan bahunya."Gue pikir lo suka ke tempat kayak gini. Biasanya orang lagi galau ya ke sini.""Gila. Mendingan gue lo ajak makan rawon tiga mangkok sama es krim." Ines masih sewot."Tadi kan udah makan sebelum ke sini, rawon juga. Masih kurang?" Kemal tak kalah ngegas."Gue nggak suka di sini. Gue nggak mau." Wajah Ines memberengut, Kemal beranjak, menggandeng tangan Ines berjalan keluar dari club malam itu."Tempat ini padahal mahal dan mewah, bukan sembarangan, lo nggak mau." Kemal masih menggandeng tangan Ines sambil berjalan keluar. Sekuriti terkejut karena Kemal tak lama di sana."Kenapa pulang, Boss? Belum ketemu Gilbert," tanya sek
Met baca 🌿_____________Ines bergerak cepat, ia mencari tau kantor lelaki yang pantas dipanggil papa oleh Alta karena ayah kandungnya. Di kantor, ia menggali informasi hingga rinci.Tujuannya, memastikan jika Alta tidak boleh tau fakta sebenarnya karena usia belum cukup matang. Sesuai rencana Keira, ia akan jujur saat Alta sudah cukup umur."Bu Ines, ada surat nih, tapi kok dari pengadilan Surabaya," tukas resepsionis seraya menyerahkan amplop coklat."Oh, iya, makasih, ya." Ines menerima amplop, ia buka dan membaca. Surat panggilan sidang kasusnya, ia harus ke Surabaya dalam waktu dekat.Segera Ines menghubungi om Wisnu yang ternyata sudah tau dan memang mau Ines hadir. Ines sedang serius bicara dengan om Wisnu di telepon saat Kemal berdiri di depan meja kerja, merebut surat yang tergeletak di atas meja kerja Ines.Ia baca dengan seksama, lalu memperhatikan Ines hingga selesai menelpon omnya."Berangkat sama gue," putus Kemal. Ines menggeleng. "Gue temenin lo, Nes," lirih Kemal kar
Met baca 🌿_____________Makan siang bersama Tatiana juga di kediaman Keira sengaja diadakan. Kali itu Kei tak masak, ia memesan makanan khas arab juga makanan penutup dari toko kue langganannya.Ines membantu menata piring, gelas, serta peralatan makan lainnya di meja panjang tertutup taplak meja warna emas di halaman belakang."Gue bantu," tukas Kemal lantas mengambil alih nampan besar berisi sendok juga garpu dari tangan Ines."Udah, nggak usah. Temenin sana calon istri," celetuk Ines. "Luar biasa lo, Mal, baru sekali dikenalin langsung sat set," lanjut Ines lagi.Kemal menunduk sejenak, lalu mengangkat kepala menatap Ines yang lanjut menata peralatan makan."Ibu yang nyeplos begitu. Gue sama sekali belum kepikiran ke arah sana."Ines tersenyum, "ya bagus, dong. Tandanya lo emang harus menyegerakan." Ia menatap Kemal yang berdiri sambil memegang pinggiran meja, wajahnya tampak kebingungan. "Mal, turuti maunya Ibu."Kemal hanya bisa diam mematung, kedua matanya mengikuti gerak Ines
Met baca 🌿_________Ines memasukan dress dan sepatu yang ia beli ke dalam kotak lalu meletakkan di dalam lemari pakaian. Segera ia beranjak untuk istirahat karena hari sudah malam. Dexter juga tidak menghubungi karena berada di pesawat menuju Madrid.Janjinya pria itu akan menghubungi Ines jika sudah tiba atau tidak terlalu sibuk karena pekerjaan di sana sudah menunggu dirinya.Jemari Ines mengusap layar ponsel, melihat-lihat aplikasi belanja online sekedar cuci mata. Awalnya, hingga ia justru belanja beberapa barang kebutuhan pribadi."Yah, kok udah sejuta aja. Aduhhh ...," keluh Ines setelah sadar melakukan pembayaran. Saldo di rekeningnya tersisa dua juta hasil pinjam dari Keira. "Gimana gue idup. Mulai besok nggak mau berangkat dan pulang bareng Kemal."Pusing memikirkan keteledorannya, ia putusnya menerima fakta harus irit. Pintu kamarnya di ketuk, Ines beranjak cepat. Kaget seketika saat Kemal sudah pulang dari acara bersama Tatiana."Udah.""Oh, yaudah." Kemal memutar tubuh,