Jadian hari pertama check! Keira sibuk di garasi rumahnya memasak makanan catering harian yang sudah masuk minggu ke dua. Ia semangat, sungguh sangat.Impiannya menjadikan usahanya ini bisa menaikkan derajat hidup keluarga begitu berkobar-kobar di dalam sanubari.Tangannya cekatan mengaduk ayam rica-rica kemangi sebagai lauk, lalu beralih memotong timun sebagai lalapan. Tak lupa ia mengecek telur pindang sebagai tambahan lauk juga."Mbak Kei, maaf Minah baru dateng. Sini saya bantu, Mbak," tukas Minah pembantu tetangga yang selesai kerja di sana langsung bantu Keira."Susun wadahnya setelah itu cetak nasi ya, cuci tangan terus pakai sarung tangan plastiknya.""Baik, Mbak Kei. Saya ke dalam, ya.""Okey," jawab Keira.Dapur dipindah ke garasi, ide bapak supaya Keira lebih leluasa dan di dalam tidak berantakan. Semalaman bapak yang pindahin wajan serta peralatan lain. Bapak juga yang membuat meja sendiri. Keira hanya beli bahan baku di matrial.Garasinya memang cukup besar jadi mampu me
Met baca yes 🍃______Keira dan Minah bahkan harus menyewa angkot untuk membawa belanjaan mereka dari pasar. Sore hari jadwal ke pasar selepas ashar."Mbak, belajar nyetir mobil nanti, ya," celetuk Minah saat mereka sudah di dalam angkot menuju ke rumah. Keira beli peralatan cetakan kue serta loyang tambahan, jaga-jaga jika ada pesanan kue basah lainnya.Beras dua karung besar dan berbagai bahan baku lainnya ia belanjakan langsung."Nanti kalau rejeki saya udah banyak, bisa beli mobil, baru saya beli mobil, Minah.""Harus, Mbak. Jangan mau kalah ssma perempuan lain yang ke mana-mana nyetir mobil sendiri."Keira tersenyum, "bisa aja kamu, Minah.""Mbak, kalau emang Mbak Keira kerepotan banget dan kita banyaj orderan, saya berhenti kerja di rumah orang, deh. Saya kerja sama Mbak aja, tapi saya gajinya bulanan aja, gimana, Mbak? Atau tiap hari minggu, nggak apa-apa, Mbak."Keira mengangguk cepat. Ia memang berharap Minah mau, padahal baru mau ia bahas."Yaudah,.pokoknya makan siang, cem
Met baca 🍃_______Bisnis ya bisnis, cinta ya cinta. Dua hal itu tidak bisa disatukan. Keira pulang ke rumah bersama Minah naik taksi, Bagas harus kembali ke kantor dulu untuk absen juga membuat laporan hasil turun ke lapangan tadi.Sepanjang jalan sampai rumah Keira hanya diam, tawaran pinjaman itu masih ia hitung masak-masak."Mbak Kei, buat besok catering kantor, buahnya pisang?""Iya, kenapa, Minah?" balas Keira seraya meletakkan sepatu pada tempatnya."Pakai pisang barangan aja, Mbak, jangan pisang ambon. Harga lebih hemat barangan. Ukuran juga nggak terlalu besar, pas." Minah duduk di lantai dekat sofa ruang TV."Hapal amat perkara pisang, Minah." Keira tergelak."Yeee ... Mbak Keira, biar keuntungannya lumayan nambah. Kalau Mbak Kei setuju, besok pagi saya mampir ke tukang pisangnya, deket dari kontrakan.""Boleh, deh, semua seratus biji ya, Min. Eh, lebihin deh, buat jaga-jaga." Keira memberikan sejumlah uang ke Minah yang langsung memasukkan ke dompetnya."Mbak, ngomong-ngom
Met baca lagi 🍃Keira terkejut saat pagi-pagi sekali, tepatnya pukul empat ia melihat satu mobil berhenti di depan rumah yang akan ditempati Renan.Ia mengintip dari balik tirai jendela ruang tamu. Mobil itu ia yakini memang punya Renan. Lampu rumah itu menyala, juga pagar dan pintu.Sosok Renan terlihat mondar mandir membawa koper dan beberapa barang lainnya, sendirian. Iya benar, sendirian.Keira berjengkit saat bahunya di tepuk Kemal. "Ngintipin apaan lo?""Itu, tetangga baru," jawab sekenanya kemudian berjalan ke dapur. Ia akan mulai kegiatannya memasak."Minah dateng jam berapa, Mbak? Jadi bawa temennya?" Kemal ikut ke dapur, membantu Keira membawa wajan besar untuk dipindah ke garasi."Jam setengah enam. Jadi, temennya baru lulus SMA, anaknya penjual siomay keliling sama Ibunya buruh cuci di rumah tetangga.""Oh, yaudah. Mbak jadi bisa ringan kerjanya. Bisa urus masakan lain atau kue. Gue ke depan dulu," ujar Kemal."Depan mana?!" Pertanyaan Keira sontak membuat Kemal berhenti
Yuk baca lagi 🍃______Keira pulang dari kafe Boni pukul sembilan malam. Ia menunggu ojek online di depan kafe, sudah sepuluh menit tak kunjung datang padahal, sepertinya terjebak macet karena pantauan dari peta menunjukkan posisi abang ojolnya tidak bergerak.Renan muncul, ia tidak menyapa Keira lagi padahal berjalan di belakangnya. Keira juga malas menyapa, buat apa, kan?Dengan santai Renan masuk ke dalam mobilnya lalu pergi dari sana. Tak lama ojol yang dipesan Keira muncul, lega rasanya karena tak perlu menunggu lebih lama lagi."Maaf lama, Mbak, tadi bantu temen sesama ojol yang mogok, saya bantu antar ke bengkel yang masih buka. Maaf sekali lagi, ya, Mbak," ucap si ojol yang terlihat seperti anak muda."Nggak apa-apa, Mas." Keira memakai helm, lalu naik ke atas motor.Sesampainya di rumah, Keira membayar tunai, ia lebihkan untuk ojol tersebut beli makan. Ia memang sering begitu, tak salah bagi-bagi rejeki jika ada lebihan.Pagar digembok, terlihat Renan juga melakukan hal yang
Baca lagi 🍃"Mbak Keira dianggurin Mas Bagas, jadi gue bawa ke sini. Sorry, ya, kalau ganggu," ujar Kemal begitu polos, atau ... sengaja? Hanya Kemal yang tau.Keira masih duduk di samping Kemal yang menunggu Renan membaca terlebih dulu laporan dari Hari sebelum dibubuhi tanda tangan. Renan memang begitu hati-hati karena bisa panjang urusannya jika seenaknya sendiri main tanda tangan.Kedua mata Keira menangkap banyak tas belanja yang isinya belum dirapikan atau susun ke lemari di dapur juga kulkas. Belum lagi urusan meja makan yang terlihat berantakan."Maaf berantakan. Maklum, tinggal sendirian." Mendadak Renan berujar seperti itu. Keira melirik dan kembali bertemu dengan netra Renan juga."Iya tau. Lagian rumah kamu, bukan rumah aku. Terserah kamu, lah."Terserah? Tetapi Keira sudah tak nyaman duduknya karena melihat bergitu berantakan. Jiwa bersih-bersih dan rapinya sudah meronta sejak tadi. Ia risih melihat hal tak rapi."Kalau mau rapihin, gih, sana, Mbak!" imbuh Kemal sembari
Yuk baca, selamat mengkesal ya 🍃_____Pelukan terlepas, Bagas menangkup wajah Keira dengan kedua telapak tangannya. Tatapan Bagas begitu dalam, melekat hingga Keira bisa merasakan ada yang tak biasa dari pacarnya itu."Kamu mau kita putus?" Seketika pertanyaan itu meluncur dari bibir Keira. Bagas tertawa geli lalu menggelengkan kepala."Justru aku mau kita serius jalani hubungan ini, Kei. Sudah saatnya aku cari seseorang yang menemaniku menjalani hidup. Maaf karena ciumanku yang--""Gas. Aku nggak bisa, maaf."Bak gempa mendadak, Bagas melepaskan tangkupannya pada wajah Keira."Kei, ada apa?" lirihnya, tak disangka Keira akan berkata seperti itu."Aku nggak yakin kita bisa terus ke depannya. Aku pikir, kamu harus perbaiki hubunganmu sama mantan istri. Ciuman perpisahan yang kamu bilang ... nggak make sense buat aku."Keira tak mau hubungannya dengan Bagas kacau dikemudian hari, lebih baik ia akhiri sekarang sebelum terlambat. Pria itu tersenyum sinis, kemudian tertawa sembari memali
Met baca ya 🍃________Keira tak bisa tidur karena memikirkan ucapan bapak, namanya seorang anak pasti akan kepikiran saran juga nasehat dari orang tua.Namun, tak semakin lama matanya menjadi berat dan ia terlelap. Keira bermimpi ia mendapat hadiah dari seseorang yang menghampirinya. Sosok yang tak ia kenali.Sebuah kotak warna marun, saat ia mau membuka seseorang itu berkata jika nanti saja tunggu waktunya tiba.Keira terjaga, saat melirik ke jam dinding sudah pukul empat, saatnya ia bangun untuk kembali ke rutinitasnya.Tubuhnya terasa lemas, pinggangnya linu juga kepalanya terasa berat. Semakin lama semakin terasa dan membuat Keira terpaksa duduk untuk mengontrol diri di garasi.Minah dan Rini datang, mereka segera menghampiri ke arah Keira."Mbak, kenapa?" Rini melihat Keira keringat dingin."Badanku nggak karuan rasanya, kenapa, ya, Rin?" lirih Keira sembari memijat pelipisnya. Rini beranjak ke dapur di dalam, lalu tak lama kembali dengan membawa segelas teh manis panas.Keira