Cerita ini bermula dari kunjungan Amelia Caras (Mia), seorang gadis nyaris pengangguran ke kedai kopi teman masa kecilnya sekaligus pemuda yang ia sukai diam- diam selama ini, Juan Zavala. Mereka sebenarnya saling menyukai tapi Mia selalu menolak perasaan Juan. Dalam kunjungan yang kesekian kalinya, Mia bertemu dengan pelanggan tua bernama Aguirre yang selalu menganggap Mia mirip dengan kekasihnya dengan menunjukkan foto- foto sang kekasih. Mia sama sekali belum menyadari, bahwa sebenarnya pertemuan itu membawa benang merah yang panjang dengan kunjungan sang ibu dan nenek ke flatnya demi pengobatan Alzheimer nenek. Namun kedatangan keluarganya ke Mexico City berhasil membuat Mia menemukan lagi kisah cinta lama yang terputus, sekaligus menemukan kisah cintanya sendiri.
View MoreTunggu, Miguele!” hadang Luis begitu mendapati kawannya sudah buru- buru berdiri sambil menyandang mesin di belakang punggung.Miguele menoleh dengan mata berbinar, masih dengan ketertarikan oleh berita dari Luis.“Hm? Kenapa?”“Apa kau yakin ayahmu akan mengizinkan? Maksudku apa beliau mendukung bila kau ada di dunia militer?”“Ah. Itu sama sekali belum kupikirkan.”“Dan artinya, belum kautanyakan?”Miguele menggeleng lesu, dan kembali duduk di samping Luis. “Maaf, aku tak berniat menjatuhkan semangatmu ini, kawan.”“Lo se. Aku tahu.”Luis merasa tak enak. “Bagaimanapun, bila kau mendaftar bersamaku nanti, kau harus tetap memberitahu keluargamu, verdad? Terlebih bila kau lolos. Kau akan ada di barak selama berbulan- bulan, bertahun- tahun.”Miguele menghembuskan napasnya. Mengeluh. “Kau benar.”“Jadi kau sama sekali belum pernah membahas tentang keinginanmu berada di militer selama ini? Pada anggota keluargamu?”“Tidak.”“Sungguh tidak satupun?”“Tidak.”“Pada ibumu?”“Juga tidak.”L
Miguele sangat familiar dengan suara itu, sehingga ia bergegas berdiri tanpa memperhatikan obeng- obeng kecil yang sedari tadi ada di pangkuannya.“Luis!!”Seorang pemuda lain namun dengan tubuh lebih besar dan bidang tampak celingukan, lalu menoleh ke arah suara yang memanggil namanya.“Aha! Miguele! Kau di situu?” balasnya.Hening sejenak, sementara Luis datang mendekat dan Miguele membereskan peralatan yang terserak di sekitarnya. Lebih baik aku menyerah sajalah dan memberikan mesin ini pada Ayah, pikir pemuda langsing dalam hati. Setelah semuanya beres, Miguele Aguirre pun segera memanggul mesin di punggung sembari melangkahkan kakinya panjang- panjang ke pinggir ladang jagung.Luis sudah menantinya di situ.“Kau sedang apa, sampai harus bersembunyi di balik jagung begitu?” tanya Luis dengan nada menuduh dan kekeh penuh kesangsian. “Mengintip seseorang? Menulis surat cinta? Atau…”Tangan kecil kurus Miguele menepuk kepala Luis dari belakang dengan santai tanpa rasa sesal.“Enak sa
Brrmm! Krrkk! Ngiiiiing.Mesin yang cukup tua terdengar berdecit- decit di tengah ladang itu. Satu- satunya mesin yang ada di desa kecil itu, tak jauh dari The Rio Grande.Mesin semprotan pupuk.“Haaaah!” seorang pemuda penghujung remaja mengeluh keletihan. Mesin semprotan pupuk yang selalu dibangga- banggakan keluarganya, terutama sang ayah – Señor Aguirre—sebab tak satupun di antara petani di desa mereka yang memilikinya, akhirnya mencapai usia tua juga. Para petani di sana tak ingin membuang- buang uang mereka.Atau lebih tepatnya mereka tak punya uang untuk membeli barang mahal macam kepunyaan Señor Aguirre. Ada keinginan untuk menggunakan mesin semprotan pupuk sehingga mereka tak perlu menghabiskan waktu menebar- nebar pupuk dengan lengan mereka di ladang- ladang yang sudah begitu tinggi oleh tanaman. Selain melelahkan, juga butuh waktu lama. Tapi apa daya. Keberadaan satu- satunya mesin di desa kecil itu sangat mengundang decak kagum saat Señor Aguirre membeli untuk pertama kal
Juan hanya membelalak bingung.“Mencari Aguirre?” tanyanya dengan wajah polos. “Oh, karena kau harus mengembalikan foto itu? Kenapa terburu- buru begitu?”“Tidak cuma itu. Ini lebih dari yang kau bayangkan,” ujar Mia dengan wajah hangat –seakan- akan cahaya matahari baru saja bersinar tepat di wajahnya.“Que bonita,” celetuk Juan yang memerhatikan perubahan ekspresi gadis itu.“Perdon?”“Oh, nada, nada,” kata pemuda itu sambil mengangkat bahu.Mia memandang lelaki di depannya itu dengan wajah curiga ‘apa- yang- sedang- kau- sembunyikan- dariku’.“Tidak ada apa- apa, Mia,” kekeh Juan. “Nah, coba kau lanjutkan. Kenapa ini lebih dari sekedar mengembalikan foto dan lebih dari yang kubayangkan?” tanyanya penuh rasa ingin tahu.Wajah Mia bersinar- sinar dengan mata berkedip- kedip saking antusia
Tik. Tok. Tik. Tok.Jarum panjang jam berdetak dalam keheningan sunyi flat. Tak ada bunyi lain –bahkan bunyi halus sedikitpun.Gadis yang berada di ruangan sama dengan jam dinding itu bahkan hampir tak bergerak saat matanya melahap semua kata- kata di kertas di hadapannya.Barulah ketika ia menggerakkan jemarinya menuju halaman baru, saat itu terdengar kerisikan amat halus yang sepertinya detak jam tadi masih mampu mengalahkan bunyinya.Amelia Caras telah tenggelam lalu dihanyutkan dalam pusaran arus bacaan di depan matanya. Di sisinya tergeletak setumpuk buku bergambar yang awalnya tersusun rapi di dalam koper.Broommmmm!!!Bunyi knalpot bising dan cepat dari arah jalanlah satu- satunya yang memecahkan keheningan flat itu –dan memecah konsentrasi Mia. Gadis itu memutar leher cepat ke arah jendela, lalu memutar leher lagi ke arah neneknya yang mulai bergerak- gerak gelisah dalam tidur karena ulah pengendara ugal- ugalan itu. Dengan cepat ia kembali menekurkan tengkuknya ke arah buku j
Esok harinya, kira- kira pukul sembilan, Anastasia sudah pamit untuk pergi menemui Dokter Amezcua. “Mamá benar- benar bisa pergi sendiri?” Wanita paruh baya berambut ikal hitam nan panjang itu tampak menghembuskan napasnya keras- keras, seakan sedang berusaha menguatkan diri. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya ia berkunjung ke tempat putrinya di Meksiko dan ia tidak tahu- menahu sedikit pun soal lalu lintas Meksiko. Desa mereka yang ada di dekat Rio Grande bukan apa- apa dibandingakn kota ini –desa mereka hanya mengenal becak- becak kecil dan motor. Lalu juga beberapa mobil pick up yang dimiliki pedagang. Alur transportasi tak pernah serumit kota Meksiko. Selain itu, perbincangannya dengan Dokter Amezcua sebelumnya juga hanya dijembatani dokter mereka di desa. Anastasia tak pernah berbincang langsung ataupun bertemu muka dengan sang dokter terkenal ini –sehingga ia sama sekali tidak yakin bagaimana pertemuan ini akan berlangsung. Anastasia benar- benar merasa asing dan buta arah.
Sepanjang perjalanan pulang, pandangan Juan berganti- ganti antara lalu lintas di depannya dengan gadis yang begitu diam di sampingnya. Untuk kesekian puluh kalinya pemuda itu menoleh pada Mia, setelah memastikan keadaan jalan di depan mobilnya.“Bagaimana perasaanmu, Mia?”Gadis berambut kecokelatan itu memandangi saputangan Juan yang ia pegang erat- erat di pangkuan sejak tadi. Ia pun lalu menoleh dan tersenyum. “Aku baik, Juan. Gracias.”“Kurasa kau menangis bukan karena bantuanku,” kata Juan sambil lalu. “Kurasa karena hal lain. Atau orang lain.”Ya, sahut Mia dalam hati.“Mario-kah?” tanya Juan coba- coba.Bukan, tapi karena kamu, Juan, ujar Mia lagi dalam hati. Aku cuma tak percaya bagaimana mungkin aku masih menyukai Mario secara buta, namun aku tak bisa menerima cintamu setelah bertahun- tahun ini kau ada di sampingku. Aku masih merasakan getar
“Una. Mentira. Más,” ujar Juan Zavala seraya mengangkat jemarinya satu persatu, menekankan tiap kata yang ia ucapkan. “Satu kebohongan lagi. Mia. Sampai kapan kau akan tutup- tutupi semua ini dari Mamamu?”Mia cemberut. “Lo se, lo se. Aku tahu semua ini salah. Semakin lama kebohonganku akan semakin banyak, lo se! Tapi mengertilah, Juan. Tolong pahami keadaanku.”“Tentu aku paham Karena itulah aku membantumu, verdad? Tapi suatu hari kau harus mengatakan yang sebenarnya, Mia. Ini hanya akan membuat ibumu sedih bila kau terus berbohong padanya.”“Claro qué sí. Tapi aku butuh waktu. Dan kekuatan mental.”Juan tersenyum manis dengan lesung pipinya. “Jadi kau tetap ingin mengambil cuti besok?”“Ah, sí. Jika kau mengizinkan.”“Seguro. Sebagai bosmu aku mengizinkan kau cu
Aneh sekali rasanya bekerjasama dengan teman, di kedai teman, dan diarahkan pula oleh teman. Setidaknya keganjilan itulah yang terasa bagi Mia. Selama ini ia hanya menjadi pelanggan yang baik di kedai kopi Zavala –menikmati kebebasan dan waktu luangnya yang amat banyak sambil mengamati Juan bekerja. Kini ia menjadi bagian dari kedai ini –terjun langsung sebagai pekerja.Kesal? Tidak. Benci? Ah, tidak juga. Bekerja bersama Juan sebenarnya adalah hal yang paling disukai Mia. Namun ketika kita berada pada posisi yang berbeda, sudut pandang kita pun berubah.Dan sudut pandang Mia yang selama ini sempit –hanya terbatas sebagai pelanggan –kini meluas, membuatnya mengetahui banyak gosip dan desas- desus dalam satu hari bekerja.“Kau lihat anak muda yang terus- terusan memegang ponselnya di pojok sana, Juan?” bisik Mia suatu kali pada pemuda tampan itu.“Hmm- mm. Kenapa?” tanya Juan. Ia melihat sekilas pada orang ya
Bila seseorang selalu punya sekeping kecil dari hati yang tak pernah merasa asing dengan sesuatu, maka bagi Amelia Caras keping kecil itu adalah suasana lalu lintas di Jalan José María Izzaga yang kini dilaluinya.Gadis itu menggerai rambutnya yang hitam kecokelatan, membiarkan tiap helainya ditiup angin yang bercampur dengan residu buangan kendaraan yang hiruk pikuk di jalan. Meski wajahnya sudah memerah oleh sinar mentari dan napasnya tersengal, ia tetap mempercepat kakinya yang diselubungi sepatu lusuh menapaki blok- blok pejalan kaki yang lengang. Siapa saja tahu bahwa lalu lintas di Meksiko –terutama kota kapitalnya –adalah satu dari banyak kota di dunia yang paling ramai, tak teratur, dan hiruk. Jalan dua arah itu akan terasa sesak bagi orang yang menginginkan kedamaian, tapi Amelia merasakan sebaliknya.Ia menghirup udara pagi kuat- kuat –meski sudah bercampur dengan semilir karbon monoksida. Gas itu mungkin akan bertumpuk dan mul...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments