Share

184 Turut Sedih

Tangisan Khaila tak berhenti di situ. Dia terus saja dengan deraian air mata di pipinya. Dalam dekapan Yusuf, tangisan dengan suara terseguk-seguk masih kudengar.

"Harusnya Mas Reynaldi tak boleh meninggal. Dia harus menyaksikan kelahiran anaknya. Semua itu gara-gara pelakor itu!" lirih Khaila masih dalam dekapan kakaknya.

Aku mengusap dada. Khaila masih belum bisa move on dari keadaan. Dia masih menyalahkan masa lalu dan menuduhku pelakunya.

Dalam tangisan Khaila, aku turut sendu. Memutar bola mata menahan air mata agar tidak turut tumpah.

Tangisan histeris Khaila berakhir karena pingsan. Dia tak sadarkan diri. Semuanya panik melihat Khaila terkulai lemas.

Yusuf segera berlari memanggil Dokter. Aku dan Bu Anjani berusaha menyadarkan, Khaila. Di waktu yang bersamaan pula datang sepasang suami istri paruh baya masuk ke dalam ruangan. Bu Anjani bilang kalau mereka mertua Khaila yakni orang tua almarhum Reynaldi.

"Khaila, ada apa dengannya?" Wanita paruh yang baru saja masuk langsung mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status