“Tuan Danu? Anda ke sini juga?” sapa sosok pria itu yang tak lain Dokter Sandy.
Arum menoleh dan melihat Dokter Sandy berjalan menghampiri mereka. Danu berjalan mendekat dan berdiri di sebelah Arum.
“Sebelumnya saya memang ke sini dan kembali karena ada yang ketinggalan,” jawab Danu.
Arum kini menoleh ke arah Danu. Alis wanita cantik itu mengernyit dan menatap Danu penuh tanya.
“Apa yang ketinggalan? Kok kamu gak bilang tadi?”
Danu menelan ludah, jakunnya naik turun sementara matanya kini sedang menatap tajam ke arah Arum. Arum kebingungan dengan reaksi Danu. Beruntung Bu Rahayu bergegas menghampiri mereka bertiga.
“Ayo, masuk!! Lebih baik kita bicara di dalam saja!!”
Arum mengangguk kemudian menoleh ke arah Danu dan berganti ke Dokter Sandy. Meski tak bersuara, Arum seakan memberi isyarat meminta dua pria itu masuk ke dalam. Ternyata mereka menurut dan kini duduk di ruang tamu saling be
“HEH!!!” seru Arum.Matanya mendelik, menatap Danu tanpa kedip. Belum lagi jantungnya yang berlompatan tak beraturan. Mantan suaminya ini benar-benar pintar membuat Arum kelimpungan. Perlahan Danu mendekatkan wajahnya siap hendak mencium bibir Arum.Namun, Arum buru-buru menunduk. Ia tidak mau kecolongan lagi seperti tempo hari. Gara-gara ulah Danu itu, ia harus berulang menggosok gigi, berkumur dan yang paling membuat Arum kesal. Dia tidak bisa tidur semalaman.Danu memaklumi penolakan Arum. Mungkin dia terlalu tergesa, tapi Danu sendiri tidak tahu. Dia tidak bisa mengontrol dirinya setiap bersama Arum. Harusnya ini yang dia lakukan dulu saat menjadi suaminya.Lamat-lamat, Danu melepas pelukannya dan memberi jarak di antara mereka. Arum langsung menghela napas lega meski masih menundukkan kepala.“Maaf … aku terlalu cepat, ya?” gumam Danu.Arum tidak menjawab hanya menunduk tak bersuara. Dia sedang sibuk menga
“Kamu masih mencintainya, Arum?” tanya Dokter Sandy kemudian.Arum terdiam, melirik pria berkacamata yang duduk di sampingnya. Dokter Sandy lebih dulu mengenalnya ketimbang Danu. Dia juga tahu ketika Arum dijodohkan dengan Danu saat itu. Bahkan Arum menceritakan kegelisahannya menghadapi pernikahan saat itu.Secara tersirat, Arum menceritakan perasaannya terhadap Danu ke Dokter Sandy. Itu sebabnya Dokter Sandy langsung bertanya seperti itu pada Arum.“Saya senang kalau kamu bahagia, Arum. Namun, saya sangat berharap kamu berpikir ulang jika ingin rujuk dengan Tuan Danu.” Dokter Sandy menambahkan.Ucapan Dokter Sandy kali ini mengejutkan Arum. Ia menoleh dan melihat ke arah Dokter Sandy. Dokter Sandy tersenyum sambil menatap Arum dengan mata teduhnya.“Saya hanya tidak mau kamu terluka lagi dan menyia-nyiakan perasaanmu padanya. Bagaimana kalau dia masih mempunyai hubungan dengan Nadia? Bukankah Nadia penyebab kalian be
“Nona, ada Nona Nadia ke sini. Sebaiknya Anda segera mengenakan masker,” ucap Lisa.Arum sangat terkejut melihat asistennya tiba-tiba menerobos masuk sambil berbicara seperti itu.“Aku tidak punya janji dengannya, Lisa.” Arum berbicara sambil memasang masker di wajahnya.“Saya juga berkata seperti itu, tapi kata beliau ini penting. Mungkin ini berhubungan dengan program pencarian bakat itu.”Arum menghela napas sambil menganggukkan kepala. “Baik, suruh dia masuk!!”Lisa tersenyum sambil menganggukkan kepala kemudian sudah berlalu pergi. Tak lama dia sudah kembali bersama Nadia di sampingnya.“Selamat pagi, Nona Anjani. Maaf mengganggu waktu Anda,” sapa ramah Nadia.Arum hanya mengangguk kemudian menyilakan Nadia duduk. Nadia menurut. Ia sudah duduk di sofa dalam ruangan Arum. Arum ikut duduk bersisian dengannya.“Apa yang bisa saya bantu, Nona Nadia?”
“ARUM!! Aku pikir –” Danu tidak meneruskan kalimatnya hanya diam menatap Arum.Arum terdiam, menundukkan kepala dan tidak tahu harus berkata apa. Gara-gara marah karena ucapan Nadia tadi siang. Dia tidak fokus dan terus marah. Lalu inilah akibat yang harus ia terima. Ia tanpa sadar menyahut saat Danu memanggilnya Anjani tadi.“Nona Anjani sudah pulang. Aku mau mengantar mobilnya.”Akhirnya setelah sekian lama, Arum bersuara. Danu hanya manggut-manggut mendengar penjelasannya. Meskipun Arum bisa melihat ada tatapan penuh curiga di mata elang itu.“Ada pesan yang harus aku sampaikan ke Nona Anjani darimu?” tawar Arum.Danu mengulum senyum sambil menggelengkan kepala.“Gak. Gak ada. Aku hanya kebetulan lewat tadi dan melihat mobilnya. Aku pikir Nona Anjani ternyata kamu.”Arum tidak bersuara dan kembali menunduk. Ia masih kesal dan malas sekali jika harus berbincang lama kali ini. Nam
“NADIA!!! Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu bisa masuk?” seru Danu.Sosok manis yang sedang duduk menyilangkan kaki di kasur itu tak lain dan tak bukan Nadia. Terang saja Danu terkejut melihatnya. Nadia mengulum senyum. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Danu. Nadia langsung berdiri sejajar di depan Danu sambil mengalungkan tangannya di bahu Danu.“Apa kamu lupa kalau kamu pernah memberi tahu kunci apartemen ini padaku, Mas?”Danu terdiam. Ia lupa tentang itu. Dulu sebelum punya apartemen sendiri, Nadia memang tinggal di apartemen Danu. Lalu saat wanita itu sudah sukses, ia membeli sendiri apartemennya. Bodohnya, Danu tidak meminta kembali kuncinya dan lebih bodoh lagi tidak mengganti sandi di pintunya.“Kamu mau apa?” Danu bertanya sambil melirik sinis ke arah Nadia.Nadia tersenyum mendekatkan wajahnya hingga tak berjarak di depan Danu. Sementara Danu malah memundurkan wajahnya kali ini.
“Kamu gila!! Aku gak mau!!” ujar Danu.Ia sudah mendorong tubuh Nadia menjauh. Nadia hanya tersenyum melihat reaksi Danu.“Aku tahu kamu akan mengatakan hal itu. Namun, bagaimana kalau kamu sudah melihat tubuhku. Aku sengaja menjaga mahkota terindahku hanya untuk kamu. Hingga saat ini tidak ada pria yang menyentuhku. Aku ingin kamu yang pertama melakukannya, Mas.”“Kamu gila, Nadia!! Benar-benar gila!!”Nadia tersenyum saat Danu terus berkata seperti itu.“Terserah. Terserah apa katamu, tapi aku memang sudah tergila-gila padamu. Jadi, mari kita nikmati malam ini. Kebetulan sekali hari ini adalah masa suburku, siapa tahu setelah penyatuan kita, aku bisa hamil anakmu.”Danu makin tercengang mendengar ucapan Nadia. Ia menarik napas panjang sambil menatap penuh kebencian ke arah Nadia.“Cukup main-mainnya!! Sekarang lebih baik kamu pulang!!!” ujar Danu.Ia langsung berjala
“Anda yakin ini saat yang tepat, Tuan?” tanya Budi.Asisten Danu itu terus mengerjapkan mata melihat ke arah Danu seakan sedang berusaha memastikan apa yang baru saja dikatakan Danu. Danu mengangguk sambil tersenyum.“Iya, aku sudah yakin. Aku tidak mau membuatnya ragu lagi, Bud.”Budi tersenyum sambil menganggukkan kepala berulang.“Jadi apa yang Anda inginkan, Tuan?”Danu mengulum senyum menoleh ke arah Budi.“Aku yakin kamu tahu apa yang aku inginkan, Bud. Buat momen ini paling berkesan dan tidak bisa ia lupakan. Aku benar-benar ingin menebus semuanya.”Budi manggut-manggut sementara matanya terus berbinar seakan sedang merencanakan sesuatu yang indah untuk Danu dan Arum.Sementara itu, Arum sudah terlihat sibuk di ruangannya. Memang ia berencana akan membuat fashion show untuk memperkenalkan desain terbarunya. Persis seperti yang ia katakan tadi malam.“Nona &hell
“Eng … untuk itu saya rasa ---“ Nadia tampak gugup dan kebingungan menjawab.“Atau bagaimana kalau saya hubungi beliau. Saya kenal akrab dengan reporternya. Saya bisa minta tolong agar meliput acara Anda. Bagaimana?” Arum malah menawarkan diri kali ini sebelum Nadia menyelesaikan kalimatnya.Entah kenapa dia kesal sekali dengan Nadia dan apa yang dia lakukan kali ini sengaja untuk membuat Nadia kebingungan. Arum terlihat sudah menekan beberapa nomor di ponselnya, tapi tiba-tiba Nadia berseru.“JANGAN!!!”Arum sontak menghentikan aksinya dan menoleh ke arah Nadia dengan tatapan bertanya. Nadia terlihat kikuk sambil sesekali menundukkan kepala.“Maksud saya … saya takut Mas Danu tidak suka. Ini … ini momen sakral bagi kami. Bagi saya dan Mas Danu, jadi kami ingin sedikit privasi.”Arum tersenyum miring, tapi tentu saja senyumannya tidak terlihat. Namun, tatapan curiga Arum su