“ARUM!! Aku pikir –” Danu tidak meneruskan kalimatnya hanya diam menatap Arum.
Arum terdiam, menundukkan kepala dan tidak tahu harus berkata apa. Gara-gara marah karena ucapan Nadia tadi siang. Dia tidak fokus dan terus marah. Lalu inilah akibat yang harus ia terima. Ia tanpa sadar menyahut saat Danu memanggilnya Anjani tadi.
“Nona Anjani sudah pulang. Aku mau mengantar mobilnya.”
Akhirnya setelah sekian lama, Arum bersuara. Danu hanya manggut-manggut mendengar penjelasannya. Meskipun Arum bisa melihat ada tatapan penuh curiga di mata elang itu.
“Ada pesan yang harus aku sampaikan ke Nona Anjani darimu?” tawar Arum.
Danu mengulum senyum sambil menggelengkan kepala.
“Gak. Gak ada. Aku hanya kebetulan lewat tadi dan melihat mobilnya. Aku pikir Nona Anjani ternyata kamu.”
Arum tidak bersuara dan kembali menunduk. Ia masih kesal dan malas sekali jika harus berbincang lama kali ini. Nam
“NADIA!!! Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu bisa masuk?” seru Danu.Sosok manis yang sedang duduk menyilangkan kaki di kasur itu tak lain dan tak bukan Nadia. Terang saja Danu terkejut melihatnya. Nadia mengulum senyum. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Danu. Nadia langsung berdiri sejajar di depan Danu sambil mengalungkan tangannya di bahu Danu.“Apa kamu lupa kalau kamu pernah memberi tahu kunci apartemen ini padaku, Mas?”Danu terdiam. Ia lupa tentang itu. Dulu sebelum punya apartemen sendiri, Nadia memang tinggal di apartemen Danu. Lalu saat wanita itu sudah sukses, ia membeli sendiri apartemennya. Bodohnya, Danu tidak meminta kembali kuncinya dan lebih bodoh lagi tidak mengganti sandi di pintunya.“Kamu mau apa?” Danu bertanya sambil melirik sinis ke arah Nadia.Nadia tersenyum mendekatkan wajahnya hingga tak berjarak di depan Danu. Sementara Danu malah memundurkan wajahnya kali ini.
“Kamu gila!! Aku gak mau!!” ujar Danu.Ia sudah mendorong tubuh Nadia menjauh. Nadia hanya tersenyum melihat reaksi Danu.“Aku tahu kamu akan mengatakan hal itu. Namun, bagaimana kalau kamu sudah melihat tubuhku. Aku sengaja menjaga mahkota terindahku hanya untuk kamu. Hingga saat ini tidak ada pria yang menyentuhku. Aku ingin kamu yang pertama melakukannya, Mas.”“Kamu gila, Nadia!! Benar-benar gila!!”Nadia tersenyum saat Danu terus berkata seperti itu.“Terserah. Terserah apa katamu, tapi aku memang sudah tergila-gila padamu. Jadi, mari kita nikmati malam ini. Kebetulan sekali hari ini adalah masa suburku, siapa tahu setelah penyatuan kita, aku bisa hamil anakmu.”Danu makin tercengang mendengar ucapan Nadia. Ia menarik napas panjang sambil menatap penuh kebencian ke arah Nadia.“Cukup main-mainnya!! Sekarang lebih baik kamu pulang!!!” ujar Danu.Ia langsung berjala
“Anda yakin ini saat yang tepat, Tuan?” tanya Budi.Asisten Danu itu terus mengerjapkan mata melihat ke arah Danu seakan sedang berusaha memastikan apa yang baru saja dikatakan Danu. Danu mengangguk sambil tersenyum.“Iya, aku sudah yakin. Aku tidak mau membuatnya ragu lagi, Bud.”Budi tersenyum sambil menganggukkan kepala berulang.“Jadi apa yang Anda inginkan, Tuan?”Danu mengulum senyum menoleh ke arah Budi.“Aku yakin kamu tahu apa yang aku inginkan, Bud. Buat momen ini paling berkesan dan tidak bisa ia lupakan. Aku benar-benar ingin menebus semuanya.”Budi manggut-manggut sementara matanya terus berbinar seakan sedang merencanakan sesuatu yang indah untuk Danu dan Arum.Sementara itu, Arum sudah terlihat sibuk di ruangannya. Memang ia berencana akan membuat fashion show untuk memperkenalkan desain terbarunya. Persis seperti yang ia katakan tadi malam.“Nona &hell
“Eng … untuk itu saya rasa ---“ Nadia tampak gugup dan kebingungan menjawab.“Atau bagaimana kalau saya hubungi beliau. Saya kenal akrab dengan reporternya. Saya bisa minta tolong agar meliput acara Anda. Bagaimana?” Arum malah menawarkan diri kali ini sebelum Nadia menyelesaikan kalimatnya.Entah kenapa dia kesal sekali dengan Nadia dan apa yang dia lakukan kali ini sengaja untuk membuat Nadia kebingungan. Arum terlihat sudah menekan beberapa nomor di ponselnya, tapi tiba-tiba Nadia berseru.“JANGAN!!!”Arum sontak menghentikan aksinya dan menoleh ke arah Nadia dengan tatapan bertanya. Nadia terlihat kikuk sambil sesekali menundukkan kepala.“Maksud saya … saya takut Mas Danu tidak suka. Ini … ini momen sakral bagi kami. Bagi saya dan Mas Danu, jadi kami ingin sedikit privasi.”Arum tersenyum miring, tapi tentu saja senyumannya tidak terlihat. Namun, tatapan curiga Arum su
“Iya, tepat sekali. Tuan Danu sudah pindah,” ujar salah satu sekuriti tersebutNadia terdiam, menghela napas sambil menarik tangannya dari cekalan dua pria bertubuh besar itu. Dua sekuriti itu membebaskan Nadia.“Mari kami antar ke bawah, Nona!!” ajak sekuriti tersebut.Nadia terpaksa menurut. Ia mengangguk lesu sambil berjalan mengekor langkah dua sekuriti tersebut. Dia tidak tahu jika Danu sudah pindah dari sana. Memang sebelumnya, Danu meminta pihak pengelola apartemen mengganti kunci dan kode pintunya. Lalu sore harinya, Danu memutuskan pindah saja. Dia tidak mau mengambil resiko berhadapan dengan kegilaan Nadia.“Bu, hubungi Budi!!! Di mana bosnya tinggal sekarang? Tidak mungkin juga Mas Danu tinggal di rumah keluarganya.” ucap Nadia.Dia sudah masuk ke dalam mobil dan langsung meminta ke Bu Vita untuk menghubungi Budi. Bu Vita hanya mengangguk sambil melakukan panggilan. Namun, cukup lama menunggu Budi tida
“Tuan memanggil saya?” tanya Budi pagi itu.Danu mengangguk sambil menatap Budi dengan tajam.“Apa sudah kamu ambil pesananku di Nona Anjani?” ucap Danu kemudian.Budi mengangguk. “Sudah, Tuan. Ini!!”Budi menyodorkan sebuah paper bag kecil berisi cincin pesanan Danu. Danu terdiam, membuka paper bag itu dan melihat isinya. Sebuah kotak terbuat dari kain bludru berwarna merah dikeluarkan Danu dari sana. Ia membuka isinya dan langsung tersenyum saat melihat ada sepasang cincin yang tersimpan rapi di dalamnya.Perlahan Danu ambil salah satu dan mengamatinya kemudian tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Bagus sekali. Sama persis dengan gambar yang dikirim Nona Anjani padaku.”Budi ikut tersenyum mendengarnya. Ia tidak tahu bagaimana bentuk gambar cincin aslinya, tapi dia ikut senang saat semuanya berjalan dengan baik.“Saya sudah menyiapkan apa yang Anda inginkan, Tuan.&rdquo
“Syukurlah, Tuan. Saya senang mendengarnya,” sahut Budi.Danu tersenyum sambil menepuk bahu Budi berulang. Tak berapa lama mereka sudah terlihat sibuk bekerja lagi. Danu memang sudah membulatkan tekad akan melamar Arum kembali akhir pekan ini tak peduli apa pun reaksinya nanti.Akhir pekan tiba. Harusnya sabtu siang ini, Danu mempersiapkan dirinya untuk acara nanti malam. Namun, dia sangat terkejut dengan kedatangan Tuan Prada ke apartemennya.“Papa!! Kenapa tiba-tiba datang?” tanya Danu.Tuan Prada tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Aku masih papamu, Danu. Memangnya aku tidak boleh berkunjung ke tempat putranya.”Danu menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.“Bukan begitu, Pa. Hanya saja tumben banget Papa mau ke sini.”Tuan Prada menghela napas lagi sambil melipat tangan di depan dada.“Kamu juga pindah apartemen tidak bilang-bilang. Untung saja Papa
“Apa semua sudah selesai?” tanya Arum.Lisa mendekat berdiri di depan Arum sambil mengangguk.“Sudah, Nona. Sudah beres semua. Mari kita pulang!!”Arum tampak lesu, menganggukkan kepala dan siap meninggalkan lokasi perhelatan. Namun, sesaat Lisa melirik ke arah Arum.“Apa Anda ingin menelepon Tuan Danu, Nona?”Arum menghentikan langkah dan menoleh ke arah Lisa. “Menelepon untuk apa?”Lisa mengulum senyum. “Ya … siapa tahu Tuan Danu mau memundurkan ajakannya besok pagi saja. Bukankah besok juga masih akhir pekan?”Arum tidak menjawab hanya menghela napas panjang sambil berjalan lebih dulu meninggalkan Lisa. Lisa hanya diam sambil menatap Arum dengan kuluman senyum. Ia tahu apa yang dipikirkan bosnya saat ini. Pasti Arum juga ingin bertemu dan menerima ajakan Danu, hanya saja ego mereka lebih tinggi dari segalanya.Sementara itu Danu hanya berdiri diam di dekat pi