#Status_WA_Janda_Sebelah
Dadah Papah[Duhh! Gantengnya Suamiku, berangkat kerja pakai baju biru. Dadah sayang, ati-ati ya ... emot cium dua]
Aku membaca status Mbak Dahlia tetangga sebelah. Bukannya dia Janda. Kok bikin status Suaminya berangkat kerja? Aneh!
Kutaruh ponsel di meja rias depanku ini. Aku terdiam. Kenapa aku jadi mikirin statusnya Mbak Dahlia ya? Ingatanku melayang ke tadi pagi saat Mas Nicky, Suamiku berangkat kerja.
"Dadah, Mas ..." Kulempar kiss bye pada Suamiku yang berangkat kerja dengan mobilnya.
Kebiasaan Suamiku, kalau masih dekat rumah, jendela mobilnya selalu dibuka. Katanya mau lihat aku dadah dadah. Uuhh so sweet yaa ...
Eh! Jadi inget. Bukannya tadi Suamiku pakai kemeja warna biru. Kan aku sendiri yang nyiapin. Kembali aku membacanya ulang status WA Mbak Dahlia. Lhoh?! Udah dihapus?
Tadi keknya dia tulis baju biru deh! Hhh, aku menghela nafas. Berusaha menyingkirkan kecurigaan. Pasti hanya kebetulan. Baju biru banyak yang jual. Lagian Mbak Dahlia itu janda. Pasti dia lagi halu.
Hari ini kerjaan nggak begitu banyak di kantor. Sebagai Manager keuangan, aku memiliki beberapa staff. Ntar, mau akhir bulan, baru aku sibuk. Kuambil ponsel di mejaku.
[Mas, maksi bareng yuk] kukirim pesan WA pada Suamiku. Mas Nicky bekerja di perusahaannya sendiri. Aku tidak bekerja sekantor dengannya.
Dari sebelum menikah, aku sudah bekerja di perusahaan ini. Perusahaan milik sahabatku. Tadinya, aku hanya bermaksud membantu sahabatku ini sampai perusahaanya well established. Tapi, dia memintaku untuk stay. Ya sudah, di sini lah aku.
[Maaf sayang, aku sibuk. Ini sudah pesan gofood] balasan dari Mas Nicky.
[Ya udah gapapa. Makan pakai apa?] tanyaku.
[Ayam bakar nih. Kamu mau? Biar aku pesankan sekalian]
[Nggak usah, aku makan di depan kantor aja]
Keluar dari ruanganku, aku mengajak Maya, Sekretaris-nya Arjuna. Juna itu, sahabatku. Ia yang punya perusahaan ini.
"May, makan di Cafe depan, yuk."
"Iya, Mbak. Bentar aku bilang Pak Juna dulu."
"Lhoh, Juna belum keluar?" Aku mengernyit.
"Belum, Mbak. Ada Bu Yona di dalam," sahut Maya.
Tante Yona, ngapain ke kantor? Tapi ah, bukan urusanku. Aku lapar. Gegas aku dan Maya berjalan ke luar gedung kantor. Di depan ada cafe. Tempatnya asyiik buat nongkrong. Makanannya juga enak.
Duduk berhadapan, aku dan Maya memesan makanan. Ku keluarkan ponselku. Iseng aku membaca status beberapa teman, termasuk punya Mbak Dahlia.
[Maksi bareng Suami, di suapin ayam bakar. Meleleh uuhh] ditambah emot cinta warna merah dua.
Kuamati lama status Mbak Dahlia itu. Tadi Suamiku bilang makan lauk ayam bakar. Kenapa Sekarang si Jendes juga lauk ayam? Terus pakai suap-suapan lagi. Aku menelan saliva. Masak kebetulan melulu?
"Mbak Ivone, makan dulu, malah melamun." Maya menyadarkanku. Aku mengangguk. Kumasukkan ponsel ke tas. Maksi hari ini nggak berselera. Aku kepikiran sama statusnya Mbak Dahlia terus.
"May, lo percaya 'kebetulan' nggak?" Tanyaku sambil mengalihkan pandanganku pada gadis mungil di depanku.
"Percaya, Mbak," jawabnya cepat.
"Kalau kebetulan berkali-kali, percaya, nggak?"
"Enggak lah, Mbak. Kalau berkali-kali itu sengaja, bukan kebetulan." Maya tertawa.
"Emang kenapa, Mbak?"
"Gapapa," sahutku pelan.
**
Seperti biasa. Pagi ini, aku mengikuti Mas Nicky yang akan berangkat kerja. Suamiku memakai kemeja warna cream dan dasi yang serasi. Keren pokoknya lelakiku ini.
"Daahh sayang," Mas Nicky mengecup keningku, lalu memasuki mobilnya. Kaca jendela terbuka dengan power window. Wajah Suamiku menyembul. Mobil pun bergerak keluar pagar.
"Dahhh," kulempar kiss bye padanya sambil tertawa. Setelah mobil Suamiku melewati ujung pagar, aku berbalik badan. Sampai depan pintu, kudengar suara janda sebelah.
"Dadah papa, dadah Papa ...."
Netraku melebar, seketika aku menoleh. Sayangnya, pagar pembatas antara rumahku dan dia cukup tinggi. Aku nggak bisa melihat Mbak Dahlia sedang bicara sama siapa.
Berlari aku menaiki tangga rumahku. Masuk kamar dan menyibak korden jendela. Aku menatap ke bawah. Dari sini bisa melihat teras rumah Mbak Dahlia.
Janda itu sedang membopong anaknya yang masih berusia setahun. Tangannya berdadah dadah. Sementara, mobil Suamiku barusan melintas di depan rumahnya!
Bersambung
#Status_WA_Janda_SebelahBab 2Status NyindirMataku menatap mobil Mas Nicky yang semakin menjauh, dari lantai dua rumahku. Perasaanku nggak enak. Apa betul tadi Mbak Dahlia dadah dadah sama Mas Nicky. Terus kenapa dia bilang Papa? Nggak mungkin lah, Mas Nicky ada main sama dia. Selama ini, yang kutahu, bahkan Mas Nicky tidak mengenal Mbak Dahlia. Hanya tahu saja. Aku beranjak dari jendela. Duduk agak lama di bibir ranjang. Ponsel kugenggam di tanganku. Apa sebaiknya, aku bertanya pada Mbak Dahlia saja? Tapi kok rasanya nggak pantas. Ntar dikirain cemburu buta. Hhh, aku membuang nafas. Mencoba meredam perasaanku yang tiba-tiba tak karuan. Begini saja sudah panas hatiku. Apalagi kalau beneran Mas Nicky selingkuh ya. Nggak sanggup aku. Kuteruskan ber-make up. Aku harus berangkat ke kantor. Ada internal meeting sama Juna. Setelah berganti baju, aku berjalan keluar menuju rak sepatu. Kuambil sepatu ber-hak tujuh senti ini. Bercermin sebentar. Aku masih cantik dan menarik, nggak mungki
#Status_WA_Janda_SebelahBab 3Ronda"Brengs*k!" Umpatku pelan. Jendes lebay, apa-apa dibikin status! Udah pasti itu nyindir aku. Padahal tadi aku ke sana sopan lhoh, kok malah di jadiin status!"Napa, Von?" Juna menatapku yang kesal. Kugerakkan kepalaku menggeleng tipis. "Kok muka lo kesel?" Kata Juna lagi. Huh! Terpaksa aku bercerita sama Juna. "Tetanggaku lho, ngeselin. Apa-apa dibikin status. Lihat nih, Sekarang nyindir aku!" Kutunjukkan status Mbak Dahlia pada Juna. Lelaki itu membacanya sekilas. "Emang lo ngelabrak dia?" Juna menaikkan kedua alisnya. "Enggak sih, gua cuma nanya." Kataku dengan wajah menekuk. "Tapi lo dateng ke rumahnya?" "Iya, sih ..." "Itu namanya ngelabrak!" Hehe, Juna tertawa kecil. Bibirku mencebik. Masih kesel."Emang napa sih, Von?" Sambil menatap layar laptop di depannya, Juna bertanya padaku. "Tadi pagi, gua kek denger, dia manggil Suami gua. 'Dadah Papa' gitu ... Kaget dong gua!" Ceritaku dengan nada sebal. Juna mengalihkan pandangannya padaku.
#Status_WA_Janda_SebelahBab 4Senyum kecutDadaku kembali panas. Janda ini maksudnya apa ya, kok statusnya selalu mirip-mirip dengan keadaan Suamiku. Baju biru, Mas Nicky pakai baju biru. Makan ayam, Mas Nicky juga ayam. Sekarang capek, Suamiku juga capek. Jadi curiga. TapTapTapSuara langkah kaki sepatu Mas Nicky terdengar menuruni tangga. Aku menatapnya. Jantungku berdebar. Netraku menatapnya terus. Mas Nicky emang ganteng, keren. Bawaannya tenang dan kalem. Wajar kalau bikin Janda kelepek-kelepek. "Yank," Mas Nicky mengulurkan tangannya. "Eeh, iya," aku jadi gugup. Kuambil lengan kemeja Mas Nicky, dan kukaitkan kancingnya. Setelah itu, Mas Nicky duduk di sebelahku dan menikmati sarapan rotinya. Kok aku jadi tegang gini ya? Apa kebetulan lagi, status si Jendes sama kondisi capek Suamiku?"M_Mas, tadi malam Ronda, ya?" Tanyaku bodoh. Mas Nicky mengangguk. Kepala ini ikut mengangguk. "Ada pencuri?" "Nggak!"Tapi kok keknya kamu capek banget gitu?" Aku bertanya datar tanpa e
#Status_WA_Janda_SebelahBab 5Pinjam SuamiTersenyum kecut aku pada Mas Nicky dan Mami Mertua. Meredam sesak di dada, aku menghela nafas berat. Nyesek!"B_baik lah, aku berangkat dulu," ucapku sambil balik badan. Nggak kuat menahan sakit di hatiku. Biar dikatain lebay, gapapa. Kalau mereka beli makanan, aku nggak sesakit ini. Tapi, mereka, terutama Suamiku. Bisa-bisanya makan di rumah Janda itu!Aku mencari tas kerjaku di kamar. Rasanya pingin teriak! Aku diam di kamar sebentar, menata perasaanku yang rasanya semakin sesak. Pingin gelod."Yank, emm, ntar aku makan deh nasgor-nya," sentuhan lembut tangan Mas Nicky menyibak rambutku dari belakang. Aku menggerakkan kepalaku untuk menghindar. "Buang aja!" Sahutku ketus. Kuambil tas dan bersiap keluar kamar. "Jangan gitu lho, yank ..." Suamiku mencoba merayu. Kugigit bibirku, selalu begitu. Aku tak pernah bisa menolak rayuan Mas Nicky. Kepalaku mengangguk tipis.Di kantor, aku lebih banyak diam. Dari dulu pacaran, aku nggak pernah se-ce
#Status_WA_Janda_SebelahBab 6Mertua ManjaNggak bisa dibiarin kalau ini! Aku meradang seketika. Apa-apaan Suamiku mengantar Jendes ke Minimarket. Beli susu lagi! Emang bininya?!"Kenapa Mami biarin Mas Nicky ngantar Janda itu?" Tanyaku kesal. Raut wajah Mami seketika berubah. Dia tahu aku marah. "Cuma sebentar, kok, Von," jawab Mami tersenyum paksa. Huh aku nggak peduli! Jadi gini, kalau nggak ada aku. Janda itu main ke sini, ke rumahku. Gat*l sama Suamiku. Ck! Suara mobil Mas Nicky terdengar memasuki garasi. Gegas aku berjalan ke depan. Akan kulabrak beneran Mbak Dahlia. Jangan dipikir, aku diam, aku nggak berani ya! Mami mengikutiku dengan masih menggendong Naura. Aku dan Mas Nicky berpapasan di depan pintu. Kepalaku melongok ke belakang punggung Mas Nicky. Kok nggak ada siapa-siapa. "Cari siapa, yank?" Mas Nicky tampak bingung. Aku menatapnya tajam. "Mana Mbak Dahlia?" Tanyaku marah. Mas Nicky tampak melempar pandangan ke Maminya. "Udah pulang, dia tadi turun sana," tangan
#Status_WA_Janda_Sebelah 7Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_7Ada yang nggak beresMas Nicky diam sebentar, kemudian menjawab,"Baru kemaren dikasih," Bola mataku berputar meliriknya. Seingatku, Mas Nicky pernah bilang nggak mengenal Janda itu deh. Tadi pas ngomong di telepon keknya dah akrab gitu. Mas Nicky manggilnya 'Dahlia' gitu aja. Kalau nggak kenal kan, biasanya ada embel-embel 'Mbak' nya. Hmm.Setelah Suamiku keluar, aku mematikan televisi dan naik ke lantai atas. Mending aku ke kamar. Males bertemu Mami. Duduk di depan meja rias, aku menyisir rambutku. Helai hitam lebat di kepalaku ini sudah terlihat panjang. Model rambutnya, sudah nggak kelihatan. Rencananya, besok aku mau ke salon, merapikan rambut, juga mau aku cat ombre. "Dadah Eyang ... Besok main sini lagi, yaa." Seperti mendengar suara dan tawa Mbak Dahlia deh! Bangkit dari kursi, aku merapat ke jendela. Menyibak sedikit korden, netraku melihat ke bawah. Pemandangannya benar-benar memb
#Status_WA_Janda_SebelahBab 8Anting berlianSepulang dari mengantar Mami, aku meminta Suamiku untuk mengantar ke salon kecantikan langgananku. Aku mau perawatan dan merapikan rambut."Ntar kalau udah selesai, aku telepon, Mas. Jemput aku, ya?" Kataku pada Mas Nicky."Iya, sayang ..." Mas Nicky mengecup pipiku kanan kiri. Wajahku mengernyit, meledeknya manja. Suamiku emang gitu, sukanya nyium."Kamu mau ke mana?" Tanyaku sebelum turun."Mau mampir kantor,""Lhah kan Minggu?""Gapapa, ada yang mau aku kerjakan.""Serah deh, siapa Boss-nya."Keluar dari mobil, aku langsung masuk ke salon. Mobil Mas Nicky juga langsung pergi. Salonnya ramai, kalau Minggu. Untung tadi sudah bikin reservasi.Aku akan memanjakan diriku. Mandi lulur, pijat relaksasi dan potong rambut. Kira-kira tiga jam lah. Aku menulis pesan untuk Suamiku. Ku suruh dia pulang dulu saja kalau udah selesai urusannya di kantor.[Aku lama, Mas. Pulang dulu gapapa kalau kamu udah selesai urusan kantor] tulisku.[Ok] balas Mas N
#Status_WA_Janda_SebelahBab 9Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Cintaku_BerkhianatRasanya tenggorokanku tercekat. Buat nelen ludah pun susah. Ini bukan kebetulan lagi. Nggak mungkin ada kebetulan yang bertubi-tubi. Mbak Dahlia, ada hubungan dengan Mas Nicky! Kukatupkan bibirku kuat-kuat. Tangisku hampir pecah di sini. Tanganku bergetar, bahkan seluruh tubuhku. Sesak banget rasanya dadaku. Suamiku berkhianat?Kutaruh ponsel Suamiku di meja. Aku terpekur sendiri. Sekuat tenaga aku berusaha menetralkan perasaanku. Kudengar langkah kaki memasuki ruangan ini. Pasti itu Mas Nicky. Tenang, aku harus tenang. Anggap saja permainan ini baru dimulai. Akan kuikuti permainanmu, Mas! Kita lihat, siapa yang akan tertawa paling akhir! Bau wangi shampoo menguar, saat Mas Nicky mengambil kursi dan duduk di sampingku. Aku masih diam. Rasanya ingin aku bertanya padae Suamiku ini, tentang anting berlian. Tapi, aku menahannya. "Sudah ketemu selisihnya, yank?" Mas Nicky melingk