Menikah Dengan Dosen Galak

Menikah Dengan Dosen Galak

last updateLast Updated : 2023-01-19
By:  Siti MarfuahOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
23Chapters
3.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

"Setelah pernikahan nanti, jangan pernah berfikir saya akan benar-benar menganggapmu sebagai istri. Ini cuma sandiwara." Demi menghindari perjodohan orang tua, Zahira menjadi korban keegoisan Gema. Gadis yatim piatu itu harus menjadi istri pura-puranya. Tanpa cinta dan interaksi yang baik, meskipun keduanya tinggal di rumah yang sama. Akankah benih cinta bersemi di antara keduanya?

View More

Chapter 1

Hukuman

"Duh, sial banget sih, hari ini," Rutuk seorang gadis. Berjalan tergesa-gesa sambil mengetuk keningnya beberapa kali. 

Masih terlihat jelas, rutinitas sejak pagi buta tadi, hingga membuatnya terlambat masuk kelas, di hari pertama perkuliahan ini. Membuatnya diminta menghadap dosen, yang entah siapa namanya. Ia bahkan tidak sempat mengingat nama dosen muda tadi. 

Seorang dosen yang menurutnya galak. Saat ini ia hanya sedang menyiapkan mental untuk kembali bertemu dengannya. Zahira menghentikan langkah di depan ruang yang pintunya tertutup rapat. 

Ia menggigit bibir bawah, demi menetralisir rasa takut tanpa alasan. Ini sudah dua kali zahira mengangkat tangan untuk mengetuk pintu, tetapi tangan mungil itu masih saja tak bergerak. Terpaku oleh rasa bimbang, antara berani dan tidak. 

Namun, saat ia akan memberanikan diri, pintu itu telah terbuka dari dalam. Zahira mengerjap gugup, apalagi yang nampak pertama adalah tag nama bertuliskan Gema Mahardika. 

"Anda telah membuat saya menunggu lama," Suara yang memarahinya di kelas tadi, kini kembali menggema di telinga. Zahira membelalak tanpa kedip beberapa saat. Melihat sosok tinggi di depan, bersuara tanpa menatapnya sedikitpun. 

"Masuk!" Sang Dosen kembali bersuara, Zahira gelagapan. 

"Eh, i, iya, Pak." Ia terlambat menyadari, bahwa saat ia mengatakan kalimat bodoh itu, ternyata dosen tadi telah menghilang dari hadapan. 

Zahira maju dengan langkah terseret, mendekati meja yang pemiliknya telah duduk menatap layar ponsel. Setelah berdiri beberapa saat, ia yakin, sampai nanti pun, dosen itu tidak akan  pernah memintanya duduk. Maka ia memutuskan mengambil inisiatif sendiri, menjatuhkan badan ke atas kursi di dekatnya. 

Menunggu sampai bosan, sebab orang yang memintanya datang ini tak segera bersuara. Malah semakin asyik dengan layar kecil di tangan. Zahira jengah, menunduk takzim sejak tadi pun rasanya tak ada guna. 

"Pak, kenapa saya diminta kesini?" Zahira bertanya jengkel, menatap kesal wajah dosen yang ternyata tetap fokus pada ponselnya. 

Wajah kesalnya makin menjadi, saat beberapa menit berlalu tanpa jawaban sama sekali. Zahira kembali angkat suara, "Pak! Saya tanya, kenapa saya diminta kesini?"

Suaranya cukup lantang, sosok pria itu menatapnya tajam. Zahira perlahan menyadari, bahkan belum terdengar jawaban, ia kembali menunduk. 

"Kenapa? Coba tanya pada dirimu sendiri."

"Iya, Pak. Karena saya datang terlambat, maafkan saya." Zahira menjawab asal karena rasa kesal masih menggenggam dada. 

"Itu, sudah tau." Zahira akan lega jika Dosen itu melanjutkan kata. Sayangnya, malah kembali pada layar ponsel. 

"Saya tau, Pak. Terus, abapak minta saya kesini ini kenapa? Saya minta maaf, dan masalahnya selesai. Nggak usah dibikin panjang. Bisa, kan?"

"Apakah itu sopan?" Zahira mendelik, rasanya ingin bersumpah demi apapun. Dosen itu memiliki sifat dingin, angkuh, cuek, dan sikap-sikap lainnya yang sejenis. Ia mendesah jengkel.Bahkan saat rentetan kalimat yang ia lontarkan tadi, tak berpengaruh apapun pada wajah dosen bernama Gema. 

"Saya ingin menambah hukuman Anda. Nanti sore, temui saya di tempat itu." Dosen tadi berlalu setelah menjatuhkan kertas kecil di depan Zahira. 

Gadis itu, menatap heran punggung yang baru saja keluar pintu. Menggeleng tak habis pikir, bagaimana ada seorang pengajar dengan sikap kejam seperti itu. 

"Restoran?" Gumamnya saat mengetahui keterangan yang ada dalam kertas kecil tadi. "Jadi, hukumannya adalah, makan?" Ia bertanya pada diri sendiri. Kejap selanjutnya, gadis itu melompat girang. 

"Yes. Jarang-jarang ada pengajar yang ngasih hukuman begini. Tapi .... " Bibir yang tadinya melengkung senyum itu, kembali. "Jangan-jangan, aku yang disuruh bayarin makanan dosen galak itu? Hah? Enak aja!" Zahira melesat keluar dengan uring-uringan tak jelas. 

Senang sekaligus penasaran, akan hukuman yang ternyata di restoran. Sepanjang perkuliahan, bahkan Zahira tak sabar menanti sore tiba. 

Sore ini, setelah mengantarkan pesanan pembeli, Zahira memarkirkan motor scoopy kesayangan. Yang ia beli dengan jerih payahnya sendiri. Hasil dari tabungan bisnis pakaian online, selama beberapa tahun ini, hingga ia akhirnya bisa melanjutkan angan terpendam. Yaitu kuliah, meski di usia yang lebih dari yang lain. 

Belum lama ia duduk, dosen tadi datang. Zahira berfikir, pria itu memang orang disiplin dan menghargai waktu. Tak heran lagi, jika hanya dengan alasan terlambat, ia harus menerima hukuman. 

"Ikut saya." Suara Pak Gema, yang bahkan Zahira belum sempat menyapanya. Ia malah dibuat gelagapan dengan perintah mendadak di luar perkiraan. Bahkan saat ini, Gema telah berdiri di depan mobilnya. 

"Kita mau kemana?" Zahira bertanya, setelah menyusul dengan langkah tergesa. 

"Masuk!" Sekali lagi perintah dari sang dosen, Zahira menepuk kening. Meski begitu, ia akan tetap patuh.

Ia masuk setelah mendengus kecil, dan belum sempurna meletakkan badan, matanya kembali dikejutkan dengan tangan Gema, memegang tas kecil di depan wajah. 

"Cepat pakai, dan rapikan rambutmu yang berantakan itu." Zahira kembali mendengus, ia bahkan belum sempat bertanya. 

Beruntung ia bergerak cepat, seenaknya saja pemilik mobil itu masuk dan menghidupkan mesinnya. 

"Kita mau kemana sih, pak? Terus, motor saya gimana?" Tanya Zahira saat mobil melaju kencang, menuju tempat yang ia tak tau kemana. Sayangnya, pertanyaan tadi tak pernah dijawab oleh Pak Gema. 

Hanya saja, tak butuh waktu lama, mobil itu berhenti di depan rumah luas dan asri. Zahira yakin, itu pasti rumah Dosennya. Namun, hingga detik ini, ia tak mengerti, kenapa Dosen itu mengajaknya kemari. 

"Siapa namamu tadi?" Suara Gema membuyarkan lamunan Zahira, membuat gadis itu terkejut berlebihan. Selebihnya adalah, tak habis pikir. Jadi, Dosen yang akan memberikan hukuman itu belum tau namanya. 

Ya Tuhan, ia menepuk kening. "Nama saya Zahira, Pak. Lebih lengkapnya adalah, Wardah Zahira." Ia menekan setiap kata tentang namanya, dan mengetahui pria di depan kemudi tak bereaksi sama sekali. 

"Tidak peduli siapa. Yang jelas, apapun yang akan kamu hadapi setelah ini, kamu hanya cukup menurut dan menjawab iya. Paham, kamu?"

"Iya, Pak Dosen." Ia menjawab nyengir. Mengekor saja, berjalan cepat demi mengejar langkah panjang pria tadi. Sepanjang langkah ia tetap bergumam pada diri sendiri, hukuman apa yang sebenarnya akan diterima. 

Keduanya masuk ruangan depan, yang di sana terdapat beberapa orang berpenampilan indah. Zahira membelalak lebar, masih belum tau apa sebenarnya akan terjadi. Dan yang membuatnya semakin gugup adalah, mengetahui bahwa semua mata di ruangan ini, semua menatap ke arahnya. 

"Gema! Jadi hanya karena perempuan jelek itu, kamu nolak aku?" Teriak sosok yang terlihat paling cantik, dengan dandanan mewah di antara yang lain. 

Zahira memicing, menatap semua orang satu persatu. Tak peduli dengan pandangan mereka semua, yang menyiratkan kebencian entah karena apa. Kini, ia beralih melihat Gema. Pria itu tetap tak bereaksi di sebelahnya. Namun, sedikit banyak, ia paham apa yang terjadi. 

Apalagi perempuan cantik tadi, kini perlahan mendekat, menatapnya penuh amarah dan kebencian. Tatapan yang sama juga terarah pada Gema. Zahira menghela nafas dalam-dalam, hatinya mendadak diliputi rasa khawatir. 

"Jadi kamu lebih memilih dia, daripada aku yang telah bertahun-tahun mencintai kamu, Gema!"

"Kita tidak cocok." Singkat dan padat, mungkin itulah watak dari seorang dosen bernama Gema. 

"Apa yang membuat kita nggak cocok? Latar belakang keluarga kita sejajar!" Perempuan tadi berteriak lantang, tetapi Gema tak lagi merespon. 

"Gema. Apa-apaan ini? Kamu mau bikin malu papa dan mama?" Zahira yang kaget, saat tiba-tiba terdengar suara pria mendekat. Yang ia yakini itu adalah Ayah Gema. 

"Maaf, Papa. Tapi saya tidak mencintai Aurel. Saya akan menikahi dia dalam waktu dekat, bukan begitu, Zahira?" Suara Gema, dan wajah itu mengarah ke Zahira. Ia mendelik kaget. 

Bersambung ***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
23 Chapters
Hukuman
"Duh, sial banget sih, hari ini," Rutuk seorang gadis. Berjalan tergesa-gesa sambil mengetuk keningnya beberapa kali. Masih terlihat jelas, rutinitas sejak pagi buta tadi, hingga membuatnya terlambat masuk kelas, di hari pertama perkuliahan ini. Membuatnya diminta menghadap dosen, yang entah siapa namanya. Ia bahkan tidak sempat mengingat nama dosen muda tadi. Seorang dosen yang menurutnya galak. Saat ini ia hanya sedang menyiapkan mental untuk kembali bertemu dengannya. Zahira menghentikan langkah di depan ruang yang pintunya tertutup rapat. Ia menggigit bibir bawah, demi menetralisir rasa takut tanpa alasan. Ini sudah dua kali zahira mengangkat tangan untuk mengetuk pintu, tetapi tangan mungil itu masih saja tak bergerak. Terpaku oleh rasa bimbang, antara berani dan tidak. Namun, saat ia akan memberanikan diri, pintu itu telah terbuka dari dalam. Zahira mengerjap gugup, apalagi yang nampak pertama adalah tag nama bertuliskan Gema Mahardika. "Anda telah membuat saya menunggu lam
last updateLast Updated : 2022-10-10
Read more
Bertemu Keluarga Gema
"Maaf, Papa. Tapi saya tidak mencintai Aurel. Saya akan menikahi dia dalam waktu dekat, bukan begitu, Zahira?" Suara Gema dan wajah itu, mengarah ke Zahira. Ia mendelik kaget.Ia semakin kaget karena merasakan kaki Gema menginjaknya dengan sengaja. Pria itu pasti sedang menunggu suara darinya, seperti yang telah diperintahkan sebelum masuk kemari tadi."Jadi benar, kamu pacarnya Gema?" Pria paruh baya tadi kembali bertanya, dan sekali lagi Zahira merasakan kakinya diinjak."Eh, itu, anu .... " Ia berucap bingung, tanganpun menggaruk kepala yang tak gatal. Mengundang pandangan aneh dari semua yang ada di sini. Apalagi saat melirik Gema, yang ia Terima adalah tatapan tajam. Zahira menunduk cepat."Kenapa situasinya aneh? Gema, kamu tidak sedang bercanda, kan?" Tanya pria tadi, mendekati sang anak dengan mata menyipit. Nampaknya mereka mulai curiga dengan sandiwara yang sedang dimainkan dosen muda itu.Melihat wajah Gema berubah sedikit panik, Zahira mengerti apa yang harus dilakukan."
last updateLast Updated : 2022-10-11
Read more
Pernikahan Pura-pura
"Tapi .... " Harusnya kalimat itu belum usai, tapi karena lawan bicara telah menghilang, Zahira hanya bisa menghela nafas pasrah."Tapi, kenapa?" Dan ia bergumam seorang diri, tertegun hingga beberapa saat. Hingga tersadar bahwa dirinya masih berada di tempat ini, sementara di kelas sana, perkuliahan pasti sudah berlangsung.Maka dengan tergesa-gesa, Zahira menyambar lembaran uang tebal dari Pak Gema tadi, dan membawanya berlari menuju kelas. Di sana, bahkan sepanjang materi kuliah ia tak bisa berkonsentrasi.Pikirannya masih dipusingkan dengan ucapan Pak Gema tadi, yang katanya dua hari lagi akan mereka akan segera menikah. Hah, menikah? Yang benar saja.Bahkan dalam mimpi pun ia belum pernah terpikirkan akan hal ini. Apalagi menikah dengan pria secuek itu. Apa ia bisa.Apalagi, sejak dulu ia tak memiliki teman satupun yang bisa diajak bercurah hati. Hanya sang Ayah, yang tiga tahun lalu pun pergi meninggalkanya.Kuliah di jam pertama berakhir dengan tanpa bekas apapun yang tertingga
last updateLast Updated : 2022-10-11
Read more
Pindah Rumah
"Papa, Mama. Pagi ini juga, kami akan pindah ke rumahku," Ucap Gema membuat semua orang menatap heran. "Buru-buru amat?" Tanya Mama, tetapi Zahira yakin, itu hanya pemanis bibir saja. Mereka semua pasti akan lebih senang jika dirinya segera enyah dari tempat ini. "Iya, Ma. Biar kami lebih dekat kalau mau berangkat ke kampus," Jawabnya. "Oh, kalau memang itu sudah jadi keputusan kamu, ya, kami bisa apa. Iya kan, Pa?" Mama bertanya pada suaminya, dan yang ditanya hanya mengangguk tanpa kata. Pria muda saudara kandung Gema pun, sejak tadi hanya fokus dengan makanannya saja. "Makasih, Ma, Pa. Kami akan berangkat sekarang." Gema beranjak, mengabaikan piring yang masih tersisa setengah. Zahira yang baru menyuap beberapa sendok pun kaget dan ikut berdiri. "Hati-hati."Hanya itu saja ucapan mama, tanpa ada pamitan menyentuh. Zahira tak heran, mungkin memang seperti itu kebiasaan keluarga mereka. Ditambah lagi, kehadirannya di sini, pasti membuat mereka semakin dingin. Setengah jam berik
last updateLast Updated : 2022-10-13
Read more
Dihukum Lagi
"Apa-apaan ini?" Zahira memekik."Hukuman untuk kamu. Bersihkan semuanya, dan masak untuk makan malam." Dengan angkuh, Gema berucap. Bibirnya menyunggingkan senyuman miring, Zahira berdecak kesal, apalagi pria itu pergi setelahnya. "Dasar, orang nggak punya perasaan!" Teriak Zahira, sengaja bersuara keras agar Gema mendengarnya. Meskipun ia sebenarnya sudah tau, teriakannya itu tak akan berpengaruh apapun pada keputusan Gema.Ia mengamati meja makan, dan lantai yang kotor dengan wajah lelah. Ditambah lagi, perutnya belum terasa kenyang, sebab makan yang belum seberapa, dan semua makanan telah berserakan di lantai.Beruntung. Di mesin penanak nasi tadi, ia masih menyisakan nasi beberapa sendok. Dimakannya hingga habis, dengan tangan telanjang. Makan nasi tanpa lauk begini, baginya telah terbiasa.Ia juga tidak menyadari, bahwa dari atas tangga, ternyata Gema masih memperhatikan. Pria itu pergi setelah berdecak entah dengan maksud apa.Malam telah datang, dan Zahira baru usai dari akti
last updateLast Updated : 2022-10-13
Read more
Gema Mabuk
"Mulai sekarang, baju kotor nggak usah lagi di bawa ke loundry. Serahkan saja ke saya. Oke?" Zahira berlari ke arah dapur, Gema tertegun memandang kepergiannya.Gema tak berkata apapun, hanya melangkah mendekati meja makan. Melihat semua telah tersedia di sana, pria itu kembali tertegun sesaat. Kesadarannya pulih lebih cepat, saat mendengar Zahira kembali."Silahkan duduk, Pak. Pak Gema mau sarapan pakai apa?" Seperti sudah siap menjadi seorang istri yang baik, Zahira dengan cekatan melayani suaminya. Mengambilkan piring yang diisinya dengan makanan. Tentu saja dengan mulut tak berhenti bertanya pada Gema."Oh iya, Pak. Nanti pulang jam berapa?" Tanya Zahira."Belum tau." Jawaban Gema masih sesingkat biasanya."Yah .... " Lirih gadis itu mengerucutkan bibir, "kalau saya tau jadwal pulangnya Pak Gema, kan enak, mau masaknya."Tak ada jawaban, Gema hanya menyudahi makan dengan meneguk air putih dan berdiri. Zahira tak ingin terlambat, ia juga berdiri cepat. Membantu membawakan tas kerja
last updateLast Updated : 2023-01-08
Read more
Makan Malam di Restoran
"Bukankah kamu selalu ingin jadi istriku?""Sadar, Pak. Pak Gema lagi mabuk!" Teriak Zahira panik bukan main, sebab pria itu nyaris saja menguasai bibirnya.Sebenarnya, ia telah halal bagi Gema. Tetapi karena cinta yang belum ada di antara mereka, membuat Zahira tak rela jika dirinya disamakan dengan perempuan penjaja harga diri. Apalagi saat ini, kondisi pria itu sedang setengah tak sadar.Beruntung, saat wajah Gema bergerak mendekat, Zahira sigap menghindar. Ia pikir pria itu akan kembali berulah, ternyata badannya malah merosot ke lantai. Sepertinya tertidur."Pak, Pak Gema?" Panggilnya pada badan yang telah luruh ke atas lantai. Ia bahkan kebingungan, bagaimana caranya untuk membantu Gema ke ranjangnya.Ia berusaha mengangkat badan dengan susah payah, dan berhasil membantu Gema menuju ranjangnya. Namun betapa Zahira kaget, saat akan membaringkan badan pria itu, tangannya malah ditarik.Ia ambruk ke atas badan Gema, bersamaan dengan berbaringnya pria itu. Sekejap dapat ia dengarkan
last updateLast Updated : 2023-01-08
Read more
Ke Kampus Bersama
Zahira kaget bukan main, saat Aurel yang meminta ijin ke belakang, ternyata malah menumpahkan jus ke pakaiannya."Ups, nggak sengaja. Maaf, ya." Suara Aurel tampak tak bersalah sama sekali. Gadis itu tak peduli Zahira yang mukanya memerah, sambil kerepotan membersihkan pakaian di sebelah depan.Ia kembali kaget, Tiba-tiba Gema mendekat dengan beberapa lembar tissu, membantu membersihkan bajunya. Dadanya bergemuruh dengan perlakuan suaminya kali ini, tetapi ia harus sadar. Bahwa yang dilakukan Gema itu, pasti hanya karena sedang di depan orang tuanya. Sementara mereka semua diam saja dengan sikap Aurel pada Zahira barusan."Kamu, gadis kampung. Siapa sih, namanya? Kamu kesal ya, sama aku tadi?" Tanya Aurel ditujukan langsung ke arah Zahira, gadis yang ditanya mendadak gugup.Bingung harus menjawab apa, melirik Gema untuk meminta perlindungan pun rasanya tak mungkin. Pria itu masih sibuk membersihkan baju sang istri."Diam, kamu!" Gema yang menjawab."Aku nggak tanya kamu, ya. Aku tany
last updateLast Updated : 2023-01-10
Read more
Kehujanan
Lima belas menit, keduanya tiba di depan area kampus. Saat motor berhenti, tiba-tiba gerimis datang. Gema turun dari motor, yang langsung diserbu beberapa mahasiswi dengan membawa payung. Mengajak dosen itu menuju kantornya, tanpa peduli bagaimana reaksi Zahira melihat tingkah mereka tadi."Pak, kok bisa sih, Pak Gema numpang cewek culun begitu?" Tanya salah satu, yang tanpa dijawab sama sekali oleh sang dosen. Sementara Zahira masih mendengar dengan jelas."Iya, Pak. Kalo mobilnya kenapa-kenapa, kan bisa panggil salah satu dari kami.""Iya, Pak. Mending panggil saya aja, deh.""Saya aja deh, Pak."Masih terdengar beberapa mahasiswa centil itu saling berebut menawarkan diri untuk membantu dosennya. Memang, meskipun tidak ramah pada semua orang, Gema memiliki paras rupawan, yang membuat para gadis berebut ingin mendekati.Di tempatnya, Zahira masih berdiri menatap jengah orang-orang tadi. Hingga suaminya itu menghilang balik ruangan kantor, ia baru sadar, gerimis makin deras. Gadis itu
last updateLast Updated : 2023-01-10
Read more
Hati Yang Bersemi
"Tapi, jas hujannya? Helmnya, gimana, Pak?""Nggak apa-apa, ayo naik.""Ini, Pak." Gadis itu memberikan atasan jas hujan ke depan Gema yang kemudian mendelik tak habis pikir. "Jangan bercanda, kamu!" Hardiknya."Nggak, Pak. Saya sudah pakai jaket, helm juga. Tapi pak Gema nggak pakai semuanya, biar nggak masuk angin, Pak. Pakai ini." Zahira tetap mendesak, dan akhirnya Gema mau menerima jas hujan itu. Ia memakainya.Lalu, keduanya berada di atas motor. Melaju perlahan, menerobos hujan deras bercampur angin dan petir. Bahkan sepanjang jalan aspal ini, air telah menggenang sebatas mata kaki.Perjalanan yang harusnya bisa ditembus lima belas menit, kini jadi melambat. Apalagi di depan mereka beberapa mobil tak bisa berjalan cepat. Di tempatnya, Zahira telah menggigil kedinginan.Jaket tipisnya, tak mampu menghalau hembusan angin bercampur guyuran hujan lebat. Badannya basah kuyup, hanya kepala dan wajah saja yang dirasa aman."Pegangan yang kuat. Kita akan menyalib mobil-mobil itu!" Teri
last updateLast Updated : 2023-01-12
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status