Home / Romansa / Menikah Dengan Dosen Galak / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Menikah Dengan Dosen Galak: Chapter 1 - Chapter 10

23 Chapters

Hukuman

"Duh, sial banget sih, hari ini," Rutuk seorang gadis. Berjalan tergesa-gesa sambil mengetuk keningnya beberapa kali. Masih terlihat jelas, rutinitas sejak pagi buta tadi, hingga membuatnya terlambat masuk kelas, di hari pertama perkuliahan ini. Membuatnya diminta menghadap dosen, yang entah siapa namanya. Ia bahkan tidak sempat mengingat nama dosen muda tadi. Seorang dosen yang menurutnya galak. Saat ini ia hanya sedang menyiapkan mental untuk kembali bertemu dengannya. Zahira menghentikan langkah di depan ruang yang pintunya tertutup rapat. Ia menggigit bibir bawah, demi menetralisir rasa takut tanpa alasan. Ini sudah dua kali zahira mengangkat tangan untuk mengetuk pintu, tetapi tangan mungil itu masih saja tak bergerak. Terpaku oleh rasa bimbang, antara berani dan tidak. Namun, saat ia akan memberanikan diri, pintu itu telah terbuka dari dalam. Zahira mengerjap gugup, apalagi yang nampak pertama adalah tag nama bertuliskan Gema Mahardika. "Anda telah membuat saya menunggu lam
Read more

Bertemu Keluarga Gema

"Maaf, Papa. Tapi saya tidak mencintai Aurel. Saya akan menikahi dia dalam waktu dekat, bukan begitu, Zahira?" Suara Gema dan wajah itu, mengarah ke Zahira. Ia mendelik kaget.Ia semakin kaget karena merasakan kaki Gema menginjaknya dengan sengaja. Pria itu pasti sedang menunggu suara darinya, seperti yang telah diperintahkan sebelum masuk kemari tadi."Jadi benar, kamu pacarnya Gema?" Pria paruh baya tadi kembali bertanya, dan sekali lagi Zahira merasakan kakinya diinjak."Eh, itu, anu .... " Ia berucap bingung, tanganpun menggaruk kepala yang tak gatal. Mengundang pandangan aneh dari semua yang ada di sini. Apalagi saat melirik Gema, yang ia Terima adalah tatapan tajam. Zahira menunduk cepat."Kenapa situasinya aneh? Gema, kamu tidak sedang bercanda, kan?" Tanya pria tadi, mendekati sang anak dengan mata menyipit. Nampaknya mereka mulai curiga dengan sandiwara yang sedang dimainkan dosen muda itu.Melihat wajah Gema berubah sedikit panik, Zahira mengerti apa yang harus dilakukan."
Read more

Pernikahan Pura-pura

"Tapi .... " Harusnya kalimat itu belum usai, tapi karena lawan bicara telah menghilang, Zahira hanya bisa menghela nafas pasrah."Tapi, kenapa?" Dan ia bergumam seorang diri, tertegun hingga beberapa saat. Hingga tersadar bahwa dirinya masih berada di tempat ini, sementara di kelas sana, perkuliahan pasti sudah berlangsung.Maka dengan tergesa-gesa, Zahira menyambar lembaran uang tebal dari Pak Gema tadi, dan membawanya berlari menuju kelas. Di sana, bahkan sepanjang materi kuliah ia tak bisa berkonsentrasi.Pikirannya masih dipusingkan dengan ucapan Pak Gema tadi, yang katanya dua hari lagi akan mereka akan segera menikah. Hah, menikah? Yang benar saja.Bahkan dalam mimpi pun ia belum pernah terpikirkan akan hal ini. Apalagi menikah dengan pria secuek itu. Apa ia bisa.Apalagi, sejak dulu ia tak memiliki teman satupun yang bisa diajak bercurah hati. Hanya sang Ayah, yang tiga tahun lalu pun pergi meninggalkanya.Kuliah di jam pertama berakhir dengan tanpa bekas apapun yang tertingga
Read more

Pindah Rumah

"Papa, Mama. Pagi ini juga, kami akan pindah ke rumahku," Ucap Gema membuat semua orang menatap heran. "Buru-buru amat?" Tanya Mama, tetapi Zahira yakin, itu hanya pemanis bibir saja. Mereka semua pasti akan lebih senang jika dirinya segera enyah dari tempat ini. "Iya, Ma. Biar kami lebih dekat kalau mau berangkat ke kampus," Jawabnya. "Oh, kalau memang itu sudah jadi keputusan kamu, ya, kami bisa apa. Iya kan, Pa?" Mama bertanya pada suaminya, dan yang ditanya hanya mengangguk tanpa kata. Pria muda saudara kandung Gema pun, sejak tadi hanya fokus dengan makanannya saja. "Makasih, Ma, Pa. Kami akan berangkat sekarang." Gema beranjak, mengabaikan piring yang masih tersisa setengah. Zahira yang baru menyuap beberapa sendok pun kaget dan ikut berdiri. "Hati-hati."Hanya itu saja ucapan mama, tanpa ada pamitan menyentuh. Zahira tak heran, mungkin memang seperti itu kebiasaan keluarga mereka. Ditambah lagi, kehadirannya di sini, pasti membuat mereka semakin dingin. Setengah jam berik
Read more

Dihukum Lagi

"Apa-apaan ini?" Zahira memekik."Hukuman untuk kamu. Bersihkan semuanya, dan masak untuk makan malam." Dengan angkuh, Gema berucap. Bibirnya menyunggingkan senyuman miring, Zahira berdecak kesal, apalagi pria itu pergi setelahnya. "Dasar, orang nggak punya perasaan!" Teriak Zahira, sengaja bersuara keras agar Gema mendengarnya. Meskipun ia sebenarnya sudah tau, teriakannya itu tak akan berpengaruh apapun pada keputusan Gema.Ia mengamati meja makan, dan lantai yang kotor dengan wajah lelah. Ditambah lagi, perutnya belum terasa kenyang, sebab makan yang belum seberapa, dan semua makanan telah berserakan di lantai.Beruntung. Di mesin penanak nasi tadi, ia masih menyisakan nasi beberapa sendok. Dimakannya hingga habis, dengan tangan telanjang. Makan nasi tanpa lauk begini, baginya telah terbiasa.Ia juga tidak menyadari, bahwa dari atas tangga, ternyata Gema masih memperhatikan. Pria itu pergi setelah berdecak entah dengan maksud apa.Malam telah datang, dan Zahira baru usai dari akti
Read more

Gema Mabuk

"Mulai sekarang, baju kotor nggak usah lagi di bawa ke loundry. Serahkan saja ke saya. Oke?" Zahira berlari ke arah dapur, Gema tertegun memandang kepergiannya.Gema tak berkata apapun, hanya melangkah mendekati meja makan. Melihat semua telah tersedia di sana, pria itu kembali tertegun sesaat. Kesadarannya pulih lebih cepat, saat mendengar Zahira kembali."Silahkan duduk, Pak. Pak Gema mau sarapan pakai apa?" Seperti sudah siap menjadi seorang istri yang baik, Zahira dengan cekatan melayani suaminya. Mengambilkan piring yang diisinya dengan makanan. Tentu saja dengan mulut tak berhenti bertanya pada Gema."Oh iya, Pak. Nanti pulang jam berapa?" Tanya Zahira."Belum tau." Jawaban Gema masih sesingkat biasanya."Yah .... " Lirih gadis itu mengerucutkan bibir, "kalau saya tau jadwal pulangnya Pak Gema, kan enak, mau masaknya."Tak ada jawaban, Gema hanya menyudahi makan dengan meneguk air putih dan berdiri. Zahira tak ingin terlambat, ia juga berdiri cepat. Membantu membawakan tas kerja
Read more

Makan Malam di Restoran

"Bukankah kamu selalu ingin jadi istriku?""Sadar, Pak. Pak Gema lagi mabuk!" Teriak Zahira panik bukan main, sebab pria itu nyaris saja menguasai bibirnya.Sebenarnya, ia telah halal bagi Gema. Tetapi karena cinta yang belum ada di antara mereka, membuat Zahira tak rela jika dirinya disamakan dengan perempuan penjaja harga diri. Apalagi saat ini, kondisi pria itu sedang setengah tak sadar.Beruntung, saat wajah Gema bergerak mendekat, Zahira sigap menghindar. Ia pikir pria itu akan kembali berulah, ternyata badannya malah merosot ke lantai. Sepertinya tertidur."Pak, Pak Gema?" Panggilnya pada badan yang telah luruh ke atas lantai. Ia bahkan kebingungan, bagaimana caranya untuk membantu Gema ke ranjangnya.Ia berusaha mengangkat badan dengan susah payah, dan berhasil membantu Gema menuju ranjangnya. Namun betapa Zahira kaget, saat akan membaringkan badan pria itu, tangannya malah ditarik.Ia ambruk ke atas badan Gema, bersamaan dengan berbaringnya pria itu. Sekejap dapat ia dengarkan
Read more

Ke Kampus Bersama

Zahira kaget bukan main, saat Aurel yang meminta ijin ke belakang, ternyata malah menumpahkan jus ke pakaiannya."Ups, nggak sengaja. Maaf, ya." Suara Aurel tampak tak bersalah sama sekali. Gadis itu tak peduli Zahira yang mukanya memerah, sambil kerepotan membersihkan pakaian di sebelah depan.Ia kembali kaget, Tiba-tiba Gema mendekat dengan beberapa lembar tissu, membantu membersihkan bajunya. Dadanya bergemuruh dengan perlakuan suaminya kali ini, tetapi ia harus sadar. Bahwa yang dilakukan Gema itu, pasti hanya karena sedang di depan orang tuanya. Sementara mereka semua diam saja dengan sikap Aurel pada Zahira barusan."Kamu, gadis kampung. Siapa sih, namanya? Kamu kesal ya, sama aku tadi?" Tanya Aurel ditujukan langsung ke arah Zahira, gadis yang ditanya mendadak gugup.Bingung harus menjawab apa, melirik Gema untuk meminta perlindungan pun rasanya tak mungkin. Pria itu masih sibuk membersihkan baju sang istri."Diam, kamu!" Gema yang menjawab."Aku nggak tanya kamu, ya. Aku tany
Read more

Kehujanan

Lima belas menit, keduanya tiba di depan area kampus. Saat motor berhenti, tiba-tiba gerimis datang. Gema turun dari motor, yang langsung diserbu beberapa mahasiswi dengan membawa payung. Mengajak dosen itu menuju kantornya, tanpa peduli bagaimana reaksi Zahira melihat tingkah mereka tadi."Pak, kok bisa sih, Pak Gema numpang cewek culun begitu?" Tanya salah satu, yang tanpa dijawab sama sekali oleh sang dosen. Sementara Zahira masih mendengar dengan jelas."Iya, Pak. Kalo mobilnya kenapa-kenapa, kan bisa panggil salah satu dari kami.""Iya, Pak. Mending panggil saya aja, deh.""Saya aja deh, Pak."Masih terdengar beberapa mahasiswa centil itu saling berebut menawarkan diri untuk membantu dosennya. Memang, meskipun tidak ramah pada semua orang, Gema memiliki paras rupawan, yang membuat para gadis berebut ingin mendekati.Di tempatnya, Zahira masih berdiri menatap jengah orang-orang tadi. Hingga suaminya itu menghilang balik ruangan kantor, ia baru sadar, gerimis makin deras. Gadis itu
Read more

Hati Yang Bersemi

"Tapi, jas hujannya? Helmnya, gimana, Pak?""Nggak apa-apa, ayo naik.""Ini, Pak." Gadis itu memberikan atasan jas hujan ke depan Gema yang kemudian mendelik tak habis pikir. "Jangan bercanda, kamu!" Hardiknya."Nggak, Pak. Saya sudah pakai jaket, helm juga. Tapi pak Gema nggak pakai semuanya, biar nggak masuk angin, Pak. Pakai ini." Zahira tetap mendesak, dan akhirnya Gema mau menerima jas hujan itu. Ia memakainya.Lalu, keduanya berada di atas motor. Melaju perlahan, menerobos hujan deras bercampur angin dan petir. Bahkan sepanjang jalan aspal ini, air telah menggenang sebatas mata kaki.Perjalanan yang harusnya bisa ditembus lima belas menit, kini jadi melambat. Apalagi di depan mereka beberapa mobil tak bisa berjalan cepat. Di tempatnya, Zahira telah menggigil kedinginan.Jaket tipisnya, tak mampu menghalau hembusan angin bercampur guyuran hujan lebat. Badannya basah kuyup, hanya kepala dan wajah saja yang dirasa aman."Pegangan yang kuat. Kita akan menyalib mobil-mobil itu!" Teri
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status