#Status_WA_Janda_Sebelah
Bab 3Ronda"Brengs*k!" Umpatku pelan. Jendes lebay, apa-apa dibikin status! Udah pasti itu nyindir aku. Padahal tadi aku ke sana sopan lhoh, kok malah di jadiin status!
"Napa, Von?" Juna menatapku yang kesal. Kugerakkan kepalaku menggeleng tipis.
"Kok muka lo kesel?" Kata Juna lagi. Huh! Terpaksa aku bercerita sama Juna.
"Tetanggaku lho, ngeselin. Apa-apa dibikin status. Lihat nih, Sekarang nyindir aku!" Kutunjukkan status Mbak Dahlia pada Juna. Lelaki itu membacanya sekilas.
"Emang lo ngelabrak dia?" Juna menaikkan kedua alisnya.
"Enggak sih, gua cuma nanya." Kataku dengan wajah menekuk.
"Tapi lo dateng ke rumahnya?"
"Iya, sih ..."
"Itu namanya ngelabrak!" Hehe, Juna tertawa kecil. Bibirku mencebik. Masih kesel.
"Emang napa sih, Von?" Sambil menatap layar laptop di depannya, Juna bertanya padaku.
"Tadi pagi, gua kek denger, dia manggil Suami gua. 'Dadah Papa' gitu ... Kaget dong gua!" Ceritaku dengan nada sebal. Juna mengalihkan pandangannya padaku. Kedua alisnya mengernyit.
"Lo salah dengar kali,"
"Enggak, makanya gua samperin, buat nanya langsung." Jelasku.
"Terus, dia bilang apa?"
"Katanya, nggak, gitu." Bibirku manyun. Bibir Juna tersenyum tipis.
"Atau jangan-jangan ..."
"Apa?!" Potongku cepat. Netraku melebar.
"Nicky emang ada main ama dia!"
"Sembarangan aja lo ngomong!" Aku berdiri, menghentak kaki, lalu keluar dari ruangan Juna. Suara ketawanya Juna, masih kudengar sampai di luar.
**
"Mas, emang kalau pagi, Mbak Dahlia, dadah dadah sama kamu, ya?" Tanyaku saat menemani Mas Nicky makan malam. Sambil mengunyah makanan, Suamiku menggeleng.
"Emang napa?"
"Masak, tadi pagi, dia gendong anaknya, sambil bilang 'dadah Papah' gitu pas mobilmu lewat rumah dia!" Aku bercerita dengan kesal. Mas Nicky menatapku dan menghentikan makannya.
"Aku malah tidak tahu!" Sahut Suamiku. Lalu dia makan lagi.
"Dia itu, sebenarnya, janda nggak sih, Mas?" Tanyaku berbisik. Mas Nicky melirik.
"Ya nggak tahu, kok tanya aku," Mas Nicky tertawa.
"Soalnya pas itu, dia bikin status, Mas ..." Kataku dengan mimik curiga.
"Status apa?" Mas Nicky mengelap bibirnya dengan tissue, kemudian meneguk air putih di gelas.
"Dia bilang, 'duuh, Suami gantengku, berangkat kerja pakai baju biru' gitu. Pas aku sadar, yang pakai baju biru itu kamu, Mas."
Hahaha, Mas Nicky malah tertawa.
"Berarti, dia punya Suami, dong?" Tanya Mas Nicky.
"Nah itu masalahnya! Suaminya dia siapa. Kata Pak RT, dia statusnya Jendes!" Kataku menekan. Mas Nicky terdiam. Aku segera berdiri dan membawa piring kotor ke dapur.
Aku barusan pindah ke komplek sini dengan Suamiku. Sekitar tiga bulanan. Kami pengantin baru. Menikah baru tujuh bulan, dan belum ada tanda-tanda kehamilan.
Aku mengenai Mas Nicky waktu masih kuliah. Dia senior-ku. Dulu, kami sama-sama anak kost. Mas Nicky berasal dari kota yang jauh. Aku tak banyak tahu tentang masa lalunya. Juga aku tak tahu, siapa mantannya. Nggak penting.
Mas Nicky sedang bersandar di sandaran dipan kayu, saat aku keluar dari kamar mandi. Aku habis membersihkan make up dari wajahku.
Kulirik Suamiku, dia sedang sibuk dengan ponselnya. Aku ini, orangnya santai. Nggak terlalu kepingin tahu ponsel Suamiku. Aku percaya sama dia. Lagian, aku sudah bilang padanya. Kalau dia selingkuh, aku akan meninggalkannya.
"Yank, aku ada jadwal ronda, nih," katanya tiba-tiba.
"Ronda apaan?" Keningku mengerut. Aku memutar badan menghadapnya.
"Jaga malam, ini lho, yang nyuruh Pak RT. Di grup." Jawab Suamiku dengan menunjukkan layar ponselnya padaku. Aku melihat sekilas, tanpa membaca.
"Kenapa sih, nggak bayar orang aja buat ronda. Atau satpam gitu. Ini komplek lumayan elite lhoh!" Kataku gusar.
"Ya nggak tahu, yank ... Kalau nggak boleh juga gapapa," Mas Nicky menaruh ponsel, kemudian menarik tubuhku.
"Mending kelon sama kamu." Mas Nicky memeluk tubuhku erat. Aku tertawa. Suamiku ini, beneran deh, romantis abiss kalau ada maunya.
"Rondanya jam berapa?" tanyaku.
"Ntar, jam sebelas mulainya," Sahut Mas Nicky.
"Ya udah sana." Akhirnya, ku izinkan juga. Biar lah, dia juga ingin kumpul-kumpul sama warga komplek.
Jam sebelas lebih, Suamiku keluar. Pakai jaket, sarung, senter dan topi rajut.
"Idiih, kek Abang siomay," ledekku. Mas Nicky tertawa dan mengacak rambutku.
"Kamu tidur, ya?"
Setelah Suamiku keluar, aku balik ke kamar dan langsung tidur.
Mas Nicky pulang bersamaan dengan suara adzan Subuh yang mengalun dari Masjid kampung belakang. Dia masuk kamar dan langsung ambruk tengkurap di kasur. Keknya capek banget.
"Mas, kok sampai jam segini?" Tanyaku sambil mengusap punggungnya.
"Iya, tadi keliling terus, capek aku." Mas Nicky bahkan tidak menolehku. Aku bangkit dan berjalan mau ke kamar mandi.
"Yank, bangunin aku agak siang, ya? Capek banget aku." Mas Nicky berbalik, tak lama, suara dengkuran halusnya terdengar. Kasihan, capek dia.
Aku sudah siap di meja makan, tinggal nunggu Mas Nicky turun aja. Kita mau sarapan bareng. Mas Nicky, berangkat agak siang hari ini. Gegara semalam ronda.
Ponselku berdenting. Ada pesan WA masuk dari Maya. Aku membacanya. Setelah itu, seperti biasa, aku melihat status teman-temanku.
[Kutunggu Jandamu, emot ketawa] statusnya Juna. Hahaha aku tertawa. Dasar Jomblo ngenes!
Scroll lagi, aku baca statusnya Janda sebelah.
[Aduuh, capeknya. Semalam banting tulang. Emot ngukuk dua]
Hah? Capek? Kok sama, sama Mas Nicky ...
Bersambung#Status_WA_Janda_SebelahBab 4Senyum kecutDadaku kembali panas. Janda ini maksudnya apa ya, kok statusnya selalu mirip-mirip dengan keadaan Suamiku. Baju biru, Mas Nicky pakai baju biru. Makan ayam, Mas Nicky juga ayam. Sekarang capek, Suamiku juga capek. Jadi curiga. TapTapTapSuara langkah kaki sepatu Mas Nicky terdengar menuruni tangga. Aku menatapnya. Jantungku berdebar. Netraku menatapnya terus. Mas Nicky emang ganteng, keren. Bawaannya tenang dan kalem. Wajar kalau bikin Janda kelepek-kelepek. "Yank," Mas Nicky mengulurkan tangannya. "Eeh, iya," aku jadi gugup. Kuambil lengan kemeja Mas Nicky, dan kukaitkan kancingnya. Setelah itu, Mas Nicky duduk di sebelahku dan menikmati sarapan rotinya. Kok aku jadi tegang gini ya? Apa kebetulan lagi, status si Jendes sama kondisi capek Suamiku?"M_Mas, tadi malam Ronda, ya?" Tanyaku bodoh. Mas Nicky mengangguk. Kepala ini ikut mengangguk. "Ada pencuri?" "Nggak!"Tapi kok keknya kamu capek banget gitu?" Aku bertanya datar tanpa e
#Status_WA_Janda_SebelahBab 5Pinjam SuamiTersenyum kecut aku pada Mas Nicky dan Mami Mertua. Meredam sesak di dada, aku menghela nafas berat. Nyesek!"B_baik lah, aku berangkat dulu," ucapku sambil balik badan. Nggak kuat menahan sakit di hatiku. Biar dikatain lebay, gapapa. Kalau mereka beli makanan, aku nggak sesakit ini. Tapi, mereka, terutama Suamiku. Bisa-bisanya makan di rumah Janda itu!Aku mencari tas kerjaku di kamar. Rasanya pingin teriak! Aku diam di kamar sebentar, menata perasaanku yang rasanya semakin sesak. Pingin gelod."Yank, emm, ntar aku makan deh nasgor-nya," sentuhan lembut tangan Mas Nicky menyibak rambutku dari belakang. Aku menggerakkan kepalaku untuk menghindar. "Buang aja!" Sahutku ketus. Kuambil tas dan bersiap keluar kamar. "Jangan gitu lho, yank ..." Suamiku mencoba merayu. Kugigit bibirku, selalu begitu. Aku tak pernah bisa menolak rayuan Mas Nicky. Kepalaku mengangguk tipis.Di kantor, aku lebih banyak diam. Dari dulu pacaran, aku nggak pernah se-ce
#Status_WA_Janda_SebelahBab 6Mertua ManjaNggak bisa dibiarin kalau ini! Aku meradang seketika. Apa-apaan Suamiku mengantar Jendes ke Minimarket. Beli susu lagi! Emang bininya?!"Kenapa Mami biarin Mas Nicky ngantar Janda itu?" Tanyaku kesal. Raut wajah Mami seketika berubah. Dia tahu aku marah. "Cuma sebentar, kok, Von," jawab Mami tersenyum paksa. Huh aku nggak peduli! Jadi gini, kalau nggak ada aku. Janda itu main ke sini, ke rumahku. Gat*l sama Suamiku. Ck! Suara mobil Mas Nicky terdengar memasuki garasi. Gegas aku berjalan ke depan. Akan kulabrak beneran Mbak Dahlia. Jangan dipikir, aku diam, aku nggak berani ya! Mami mengikutiku dengan masih menggendong Naura. Aku dan Mas Nicky berpapasan di depan pintu. Kepalaku melongok ke belakang punggung Mas Nicky. Kok nggak ada siapa-siapa. "Cari siapa, yank?" Mas Nicky tampak bingung. Aku menatapnya tajam. "Mana Mbak Dahlia?" Tanyaku marah. Mas Nicky tampak melempar pandangan ke Maminya. "Udah pulang, dia tadi turun sana," tangan
#Status_WA_Janda_Sebelah 7Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_7Ada yang nggak beresMas Nicky diam sebentar, kemudian menjawab,"Baru kemaren dikasih," Bola mataku berputar meliriknya. Seingatku, Mas Nicky pernah bilang nggak mengenal Janda itu deh. Tadi pas ngomong di telepon keknya dah akrab gitu. Mas Nicky manggilnya 'Dahlia' gitu aja. Kalau nggak kenal kan, biasanya ada embel-embel 'Mbak' nya. Hmm.Setelah Suamiku keluar, aku mematikan televisi dan naik ke lantai atas. Mending aku ke kamar. Males bertemu Mami. Duduk di depan meja rias, aku menyisir rambutku. Helai hitam lebat di kepalaku ini sudah terlihat panjang. Model rambutnya, sudah nggak kelihatan. Rencananya, besok aku mau ke salon, merapikan rambut, juga mau aku cat ombre. "Dadah Eyang ... Besok main sini lagi, yaa." Seperti mendengar suara dan tawa Mbak Dahlia deh! Bangkit dari kursi, aku merapat ke jendela. Menyibak sedikit korden, netraku melihat ke bawah. Pemandangannya benar-benar memb
#Status_WA_Janda_SebelahBab 8Anting berlianSepulang dari mengantar Mami, aku meminta Suamiku untuk mengantar ke salon kecantikan langgananku. Aku mau perawatan dan merapikan rambut."Ntar kalau udah selesai, aku telepon, Mas. Jemput aku, ya?" Kataku pada Mas Nicky."Iya, sayang ..." Mas Nicky mengecup pipiku kanan kiri. Wajahku mengernyit, meledeknya manja. Suamiku emang gitu, sukanya nyium."Kamu mau ke mana?" Tanyaku sebelum turun."Mau mampir kantor,""Lhah kan Minggu?""Gapapa, ada yang mau aku kerjakan.""Serah deh, siapa Boss-nya."Keluar dari mobil, aku langsung masuk ke salon. Mobil Mas Nicky juga langsung pergi. Salonnya ramai, kalau Minggu. Untung tadi sudah bikin reservasi.Aku akan memanjakan diriku. Mandi lulur, pijat relaksasi dan potong rambut. Kira-kira tiga jam lah. Aku menulis pesan untuk Suamiku. Ku suruh dia pulang dulu saja kalau udah selesai urusannya di kantor.[Aku lama, Mas. Pulang dulu gapapa kalau kamu udah selesai urusan kantor] tulisku.[Ok] balas Mas N
#Status_WA_Janda_SebelahBab 9Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Cintaku_BerkhianatRasanya tenggorokanku tercekat. Buat nelen ludah pun susah. Ini bukan kebetulan lagi. Nggak mungkin ada kebetulan yang bertubi-tubi. Mbak Dahlia, ada hubungan dengan Mas Nicky! Kukatupkan bibirku kuat-kuat. Tangisku hampir pecah di sini. Tanganku bergetar, bahkan seluruh tubuhku. Sesak banget rasanya dadaku. Suamiku berkhianat?Kutaruh ponsel Suamiku di meja. Aku terpekur sendiri. Sekuat tenaga aku berusaha menetralkan perasaanku. Kudengar langkah kaki memasuki ruangan ini. Pasti itu Mas Nicky. Tenang, aku harus tenang. Anggap saja permainan ini baru dimulai. Akan kuikuti permainanmu, Mas! Kita lihat, siapa yang akan tertawa paling akhir! Bau wangi shampoo menguar, saat Mas Nicky mengambil kursi dan duduk di sampingku. Aku masih diam. Rasanya ingin aku bertanya padae Suamiku ini, tentang anting berlian. Tapi, aku menahannya. "Sudah ketemu selisihnya, yank?" Mas Nicky melingk
#Status_WA_Janda_SebelahBab 10Pengkhianat semua kalian!Minggu pagiSengaja aku bangun awal. Pagi ini, aku akan jogging keliling komplek. Mengenakan legging sebatas lutut, kaos dan jaket hoodie dan sepatu kets putih, aku keluar rumah. Berlari kecil, tujuanku adalah ke taman komplek. Biasanya, kalau hari Minggu pagi dan suasana cerah begini, banyak warga yang jalan-jalan pagi lalu bersantai di taman. Biasanya juga, mereka bersama anggota keluarga, atau membawa hewan peliharaan. Mendekati taman, terlihat dari sini, arena bermain dipenuhi oleh anak kecil dan baby sitter mereka. Di sebelah sana ada gazebo ukuran besar. Para Bapak berkumpul di sana. Aku berlari di track memutar dulu. Melewati kumpulan Bapak-Bapak muda, mereka menoleh padaku. "Mbak Ivonne," eh, ada yang manggil. Aku menoleh, tersenyum dan melambaikan tangan. Mereka, tetanggaku. Melewati sekelompok Ibu-ibu muda, aku berbelok. Ikutan ngumpul. Memang aku sudah merencanakan semua ini. Aku akan mencari tahu tentang Mbak
#Status_WA_Janda_SebelahBab 11Dahlia Sesungguhnya"A_aku ke situ, ya, Von?"Aku menghela nafas. Mencoba menghentikan tangisku yang tergugu ini. Kalau aku terus menangis, Juna nanti ke sini. Ini udah malam, Suamiku nggak ada. Mengambil tissue dan mengeluarkan ingus dari hidungku. Perih rasanya hatiku. "Gapapa, Jun ... Gua gapapa," sahutku."Beneran?" "Iyaa," kuseka air mataku. "Udah dulu, ya, Jun. Gua mau tidur," kataku beralasan. Aku harus segera memutus sambungan telepon ini, agar Juna nggak semakin khawatir. "Ok, Von. Gosah terlalu di pikir. Sampai ketemu besok." Tutup Juna. Huhuuhu huhuuhuTangisku kembali meyayat di dalam kamar. Sendirian ... Sakitnya dikhianati, tanpa aku tahu salahku. Mami, Kak Astrid, Segitunya kah kalian membenciku? Apa yang sudah diberikan Janda itu padamu, Mas? Huhuuhu, aku memejamkan mata. Dadaku masih sesak. Kurebahkan badanku di ranjang, mencoba menghalau bayangan Mas Nicky dari benakku. Kenapa aku bisa tertipu. Segitu lugunya kah aku mempercaya