#Status_WA_Janda_SebelahBab 11Dahlia Sesungguhnya"A_aku ke situ, ya, Von?"Aku menghela nafas. Mencoba menghentikan tangisku yang tergugu ini. Kalau aku terus menangis, Juna nanti ke sini. Ini udah malam, Suamiku nggak ada. Mengambil tissue dan mengeluarkan ingus dari hidungku. Perih rasanya hatiku. "Gapapa, Jun ... Gua gapapa," sahutku."Beneran?" "Iyaa," kuseka air mataku. "Udah dulu, ya, Jun. Gua mau tidur," kataku beralasan. Aku harus segera memutus sambungan telepon ini, agar Juna nggak semakin khawatir. "Ok, Von. Gosah terlalu di pikir. Sampai ketemu besok." Tutup Juna. Huhuuhu huhuuhuTangisku kembali meyayat di dalam kamar. Sendirian ... Sakitnya dikhianati, tanpa aku tahu salahku. Mami, Kak Astrid, Segitunya kah kalian membenciku? Apa yang sudah diberikan Janda itu padamu, Mas? Huhuuhu, aku memejamkan mata. Dadaku masih sesak. Kurebahkan badanku di ranjang, mencoba menghalau bayangan Mas Nicky dari benakku. Kenapa aku bisa tertipu. Segitu lugunya kah aku mempercaya
#Status_WA_Janda_SebelahBab 12Perang statusAku membuka mata dan menyadari berada di pelukan Juna. "Uuhh," aku meleguh dan mencoba menegakkan badanku. Beberapa waiters dan waitress berdiri di sekitarku. "Aku gapapa," kataku. Para pelayan Cafe itu kemudian pergi, meninggalkan aku dan Juna. "Kau tak apa-apa, Von?" "Nggak!" Aku menggeleng."Makan dulu," Juna menunjuk makanan pesananku yang sudah tersaji di atas meja. Aku hanya minum jus melon milikku. Rasanya, badanku lemas dan tak bertenaga. Kurasa, aku pingsan bukan karena informasi yang diberikan Juna padaku. Aku lelah. Lelah pikiran, lelah hayati dan kurang tidur. "Aku antar pulang, Von?" Juna tampak masih khawatir dengan keadaanku. Aku tersenyum tipis padanya. "Nggak ah, kita balik ke kantor aja," aku berdiri. Juna juga. Bersisihan, aku dan Juna berjalan kembali ke kantor. "Von, maafin gua, ya?" Kata Juna sesaat setelah aku kembali ke ruanganku. "Gua gapapa, Jun. Lo lupa, gua cewek kuat?" Aku tertawa. Inget jaman dulu, wak
#Status_WA_Janda_Sebelah 14Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_13Papah siapa?Paginya, aku menunggu Suamiku di meja makan. Semalam, setelah mengusir Mbak Dahlia, Suamiku sepertinya nggak bisa tidur. Meski dia merem, aku tahu dia gelisah. Tidurnya gerak terus. Itu dia Mas Nicky, dia turun dari tangga dan langsung berjalan ke mari. Seperti biasa, aku mengancingkan lengan kemeja Suamiku, lalu dia duduk di kursi sampingku. Mas Nicky menaruh ponsel di meja. Kubuatkan dia roti dengan selai coklat kesukaannya. Tak banyak bicara, Mas Nicky menikmati sarapannya. "Hari ini mau ke mana?"tanyaku membuka pembicaraan. Mas Nicky menoleh sekilas. "Nggak kemana-mana, di kantor aja," jawabnya. Huh! Mana aku percaya. Paling juga nyusul si Jendes ke rumah sakit. Kuminum kopiku sampai habis."Ntar siang, maksi sama aku, ya?" Ajakku. Mas Nicky mengangguk. Lalu kami terdiam bersama. Dari raut wajahnya, kulihat Suamiku ini sedang cemas. Lha gimana nggak cemas, kalau Naura itu
#Status_WA_Janda_Sebelah 14Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_14Permainan dimulai"Papah Siapa?"Mataku menatap semua yang ada di sini. Mami dan Mbak Dahlia tampak tegang. Mas Nicky diam seribu basa."Pa_pah." Kali ini Naura merengek menunjuk Mas Nicky. Lelakiku hanya memandang. Dia takut atau sungkan denganku sepertinya. Naura jadi rewel."Ee, begini, Von. Naura memang gitu, semua lelaki yang dia temuin dipanggil papa. Soalnya, dia nggak pernah lihat Papanya." Sahut Mbak Dahlia sendu. Huh! Drama, aku tak percaya."Terus, yang tadi siang di statusnya Mbak, Papanya Naura datang, itu siapa ya?" Tanyaku sambil senyum. Muka Mbak Dahlia merah. Dia seperti malu padaku."I_itu Om-nya," Mbak Dahlia meringis malu. Sementara, Naura semakin merengek minta bersama Mas Nicky."Boleh, Yank?" Aku mengangguk tipis, tanpa senyum. Mami memberikan Naura pada Mas Nicky. Setelah dipangku Mas Nicky, Naura diam. Ya Allah, jangan-jangan ini anaknya beneran?"Langsung diam Naura d
#Status_WA_Janda_Sebelah 15Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_15KeputusanPagi ini, Mami Mertuaku mau pulang ke Solo. Karena bukan hari libur, aku nggak bisa mengantar. Mas Nicky yang akan mengantar. "Nick, Mami nanti minta sangu, ya. Uang Mami habis buat wira-wiri ke sini," kata Mami saat kami sarapan bareng. Sudah kuduga. Siapa suruh wira-wiri ke sini. Dikata tiket pesawat murah apa? Dasar benalu. Padahal setiap awal bulan, Suamiku sudah mentransfer sejumlah sepuluh juta, buat kebutuhan Ibu dan dua keponakannya.Kak Astrid, kakak perempuan Nicky sudah bersuami. Tapi Suaminya kurang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Mas Haris, Suami Kak Astrid hobby-nya judi online. Dia sudah kecanduan. Terlilit hutang di mana mana. Mas Nicky, beberapa kali membayarkan hutang Mas Haris ke renternir. Mami yang memintanya. Sebab Kak Astrid nangis-nangis, Suaminya nggak pulang berhari-hari gara-gara takut di kejar-kejar anak buah Boss renternir. Dari
#Status_WA_Janda_Sebelah 16Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_16Pembalasan[Bentar lagi tinggal di rumah baru, nggak ada hama. Emot ngakak dua]Kubaca status si Jendes. Aku menghela nafas. Hama katanya, aku kah yang dimaksud? Huh! Nggak tahu diri bener. Dia yang hama, mengganggu tanaman orang. Aneh memang pelakor itu. Dia yang jahat, tapi sok merasa terdzolimi. Untung aku udah slow. Terserah dia mau nulis apa. Keputusanku sudah bulat, aku akan menggugat cerai Suamiku. Setelah menyiapkan makan malam, aku mencari Mas Nicky. Dari tadi, dia nggak keluar dari ruang kerjanya. Entah sibuk apa, aku juga nggak kepingin nengok. "Mas, ayo, makan dulu," aku melongok dari balik pintu. Mas Nicky menoleh. Kulihat, dia sedang sibuk. Laptop menyala di depannya, ponsel standby, dan beberapa kertas berserakan di meja kerjanya. "Kau makan lah dulu, aku belum lapar," jawab Mas Nicky. Aku mengangguk, lalu kembali ke meja makan. Menikmati sendiri makan malamku. Setelah seles
#Status_WA_Janda_Sebelah 17Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_17Peristiwa memalukanItu suara Mas Nicky!Aku terdiam di sini, memandang ke bawah tak berkedip. Pada sekumpulan orang yang panas dan mudah tersulut emosi. Seperti aliran oksigen yang mendadak tersumbat di jantungku. Nafasku rasanya sesak. Bagaimana pun, ada sakit yang kurasakan. Lelakiku ada di rumah perempuan lain, di tengah malam dan perempuan itu adalah Janda!Sangat memalukan! Tuhan, apa yang sudah kulakukan pada Mas Nicky? Dia Suamiku. Seburuk buruknya orang, Allah menutup aibnya. Karena emosi, karena panas hati, karena cemburu, aku mempermalukan Suamiku sendiri. Kuseka dengan tangan, air mata yang tiba-tiba menetes. Jangan membuat keputusan saat hatimu marah, seharusnya begitu. Kemarahan, apapun sebabnya, ada andil setan di dalamnya. Keputusan yang diambil saat emosi akan mendatangkan sesal kemudian. "Omong kosong!" Suara teriakan mengagetkanku. Aku mengambil nafas. "Pak Nicky sudah s
#Status_WA_Janda_Sebelah 18Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_18Mereka sudah menikah Berdiri tertegun di sekat tembok ruang tamu. "Ya Allah, Junaa!" Aku memekik.Lelaki itu tersenyum manis. Papa menoleh padaku. Aku mendekat Juna, dia berdiri. "Eemm, peluk ..." Kurentangkan kedua tanganku. Aku dan Juna berpelukan, melepas rindu. Layaknya sahabat yang baru bertemu kembali. Ya Allah, nggak pernah sebahagia ini bertemu Juna! Hahaha"Ekhemm!" Papa berdehem lumayan kenceng. Juna mengurai pelukan, pun aku. Kami berdua tersipu. Air mataku turun lagi, entah kenapa aku juga nggak tahu. Rasanya ketemu Juna di sini seneng banget. Aku seperti mendapatkan oase di tengah padang pasir. Adem dan sejuk.Setelah beberapa hari perasaanku sesak dan panas.Keluargaku mengenal Juna dengan baik. Lelaki yang menghabiskan masa kecil hingga remaja di kota kembang itu, dulu sering sekali main ke sini."Papa masuk dulu," Papaku berdiri dan masuk ke dalam. Tinggal aku dan Juna. Mata k