Beranda / Urban / Suamiku Jadul / Sekali Dayung Dua Pulau Terlampaui

Share

Sekali Dayung Dua Pulau Terlampaui

Penulis: Bintang Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Suamiku Jadul

Part 45

Kami terpaksa melakukan perjalanan lagi, Ayah mertua tak mungkin bisa sendirian, perawatnya tak mau menunggu barang satu bulan lagi pun. Entah apa masalah dia aku tidak tahu. 

Adikku, suaminya Risda kami ajak ikut, kebetulan dia tidak kerja, jadi bisa gantikan Bang Parlindungan nyupir. Perjalanan yang akan kami tempuh bisa dua belas jam. 

Dari Medan ke Tanjung Morawa, terus ke Lubuk Pakam. Di Pasar Bengkel kami singgah untuk beli oleh-oleh. Lanjut terus ke Tebing Tinggi. Kami pilih jalan lintas timur, melewati Kabupaten Asahan, Labuhan Batu Utara-, Labuhan Batu, terus Labuhan Batu Selatan. Baru memasuki kabupaten Padang Lawas Utara di sinilah tujuan kami. Sebuah desa yang terletak sekitar tujuh kilo meter dari jalan lintas. 

Begitu kami sampai, Perawat itu sudah menunggu, dia bahkan sudah menyusun pakaiannya. Kami salim ke Ayah mertua, beliau tampak heran dengan kedatangan kami. 

"Ada masalah apa, De

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Norma Saa
lanjut sih
goodnovel comment avatar
SURYA EDI W.
lanjutnya ?
goodnovel comment avatar
SURYA EDI W.
terussssss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku Jadul   Begini Rasanya Jadi Pahlawan

    Suamiku JadulPart 46Kembali ke Medan, kota tempat aku lahir dan dibesarkan, kota yang jadi pilihan tempat tinggal kami. Sampai di Medan, ternyata suami kasih suprise, kejutan yang tak kusangka-sangka."Siapa ini, Bang?" tanyaku pada suami. Begitu melihat seorang wanita setengah tua menunggu di depan rumah kami."Ini bahasa halusnya temanmu di sini, bahasa keren ya Asisten rumah tangga," kata Bang Parlindungan."Bahasa kasarnya pembantu," sambung wanita tersebut seraya menyalamiku."Kapan Abang cari ini?" aku masih bingung."Itulah gunanya ini, Dek, dipergunakan dengan baik, bukan untuk menggosip," kata suami seraya menunjukkan HP barunya."Kok ...?""Begini, Dek, si Ucok kan lagi lasak-lasaknya, si Dede mau datang, adek pasti kerepotan, makanya Abang ajak ibu ini," kata Bang Parlin seraya membuka pintu dan mempersilahkan masuk.Ibu tersebut masuk seraya membantu me

  • Suamiku Jadul   Biar Pahlawan Tetap Nunung

    Suamiku JadulPart 47Tak kuberitahu pada Bang Parlin, kenapa ustaz itu tiba-tiba berubah, tak juga dia bertanya, ingin juga rasanya aku menyombongkan diri, kalau saja gini-gini, aku juga bisa jadi pahlawan.Ustaz itu sampai beberapa kali menelepon suami, ingin juga aku suami periksa isi inbox, akan tetapi tidak dia periksa juga. Si ustaz pun mungkin tidak memberi tahu karena malu."Ustaz itu padahal teman Abang, kami besar bersama, sekolah di pesantren yang sama, bedanya dia sampai tamat, abang tidak," kata suami di suatu sore. Saat itu kami lagi berjalan sore-sore sambil bawa si Ucok."Mungkin maksudnya baik, Bang, dia kira mungkin Amang Boru benar ditelantarkan," jawabku kemudian."Kok adek gitu sekarang?""Gitu kek mana, Bang?""Tumben berprasangka baik, biasanya adek yang duluan marah?"Ah, suamiku ini tak tahu saja, ustaz itu sudah habis kumarahi di inbox, karena kumarahilah makanya di

  • Suamiku Jadul   Permintaan Terakhir

    Suamiku JadulPart 48Lebaran di kampung suami sungguh memberikan kesan tersendiri. Tiap hari kami harus masak besar, lima keluarga yang harus makan. Setiap makan harus selalu makan bersama. Kadang bila ada yang belum datang akan ditunggu supaya bisa makan bersama.Adikku pulang lebih dulu, dua hari lebaran mereka sudah pulang ke Medan. Tinggal Siregar empat bersaudara bersama Ayah mertua. Selama lebaran perawat Ayah mertua juga pulang kampung. Ini kesempatan bagi Bang Parta, Bang Nyatan mengurus orang tua mereka. Aku sampai terharu melihat seorang bos besar begitu telatan mengurus orang tua."Maen, berapa lagi uang Amang Boru?" tanya Ayah mertua di suatu pagi, di empat hari lebaran. Aku memang dipercaya memegang uang Ayah mertua, menggaji perawat dan membeli obat."Masih tetap segitu, Mang Boru," jawabku. Memang uang yang disimpan Ayah mertua lewat aku tidak berkurang, karena Bang Nyatan dan Bang Parta rutin mengirim setiap bulan

  • Suamiku Jadul   Anak Cewek

    Suamiku JadulPart 49Kemalangan di desa ini membuat aku benar-benar salut dan angkat jempol. Begitu Jenazah Almarhum Ayah mertua sampai di desa. Langsung diumumkan di Masjid, yang suaranya terdengar sampai ke seluruh desa. Sesaat kemudian, datang bapak-bapak muda dan beberapa pemuda. Tampa dikomando mereka sudah pergi ambil perlengkapan tenda dari rumah kepala desa.Ibu-ibu mulai berdatangan, setiap Ibu-ibu yang datang membawa beras. Beras itu dikumpulkan di goni yang diletakkan dekat pintu. Baru dua jam, sudah hampir satu goni penuh. Malam harinya pelayat terus saja berdatangan."Siapa di antara kalian yang pegang uang?" tanya seorang pria tua."Aku, Pak," kataku seraya tunjuk tangan.Pria itu tersenyum, "bukan kamu, Nak, di antara empat orang ini, siapa yang jadi bendaharanya, soalnya kami mau berikan uang STM satu desa," katanya.Oh, begitu, langsung kutunjuk Bang Nyatan, dia yang paling tua. Pria itu

  • Suamiku Jadul   Rapet Wangi

    Suamiku JadulPart 50Sepulang dari klinik bersalin, suami benar-benar mempersiapkan parsiduduan tersebut. Rempah-rempah khusus dibakar di atas baskom seng. Aromanya unik, yang paling terasa adalah bau sre dibakar. Entah apa saja ramuannya aku tak tahu.Suami menuntunku turun dari ranjang. Lalu berdiri ngangkang di atas bara api, dengan hanya memakai sarung. Rasanya memang hangat."Awas sarungnya terbakar, Dek," kata suami."Iya, Bang, iya," kataku.Aku masih berpegangan pada suami sambil ngangkang."Berapa lama ini, Bang?""Tiga jam, Dek,""Apaaaa, aku harus ngangkang gini tiga jam?""Hahaha, Abang bercanda, Dek, lima menit saja," kata suami.Setelah selesai marsidudu rasanya badan lebih ringan. Benar juga pengobatan tradisional ini masih manjur, jaman boleh maju, akan tetapi pengobatan seperti ini tetap dipertahankan.Biarpun kami sudah punya ART, akan teta

  • Suamiku Jadul   Banjir

    Suamiku JadulPart 51Makin bahagia rasanya setelah kelahiran anakku yang kedua. Pengobatan parsiduduan atau ratus itu juga sangat manjur. Badan jadi ringan."Bang, adek mau diet," kataku pada suami di suatu hari. Saat itu kami lagi makan bersama."Diet?""Iya, Bang, badan makin besar aja,""Gak kok, Dek, perasaan Abang tetap segitu kok,"Memang benar, berat badanku tak pernah naik, naik hanya lima kilogram, itupun waktu hamil tua. Akan tetapi aku merasa badan sudah terlalu besar. Ingin juga langsing seperti orang-orang."Kok gak makan, Dek?""Kan sudah kubilang, Bang, adek mau diet,""Begini sudah bagus, Dek, ngapain diet,""Iyalah, Bang, biar makin cantik, biar Abang makin senang.""Hahaha,""Ketawa, Bang?""Abang suka sapi gemuk, kalau gak gemuk, kasihan aja lihatnya,""Aku bukan sapi, Bang,""Yang bilang sapi siapa, Dek?"

  • Suamiku Jadul   Takkan Terpisah

    Suamiku JadulPart 52"Setelah berusaha, selanjutnya kita berdoa dan terus bertawakkal." begitu kata suami ketika kutanya amalan apa yang dia lakukan semalaman. Dia hampir tak tidur, baru kali ini kulihat suami segeilsah itu."Kasihan Kakak, sapinya mati tenggelam," kataku dengan raut wajah sedih."Iya, Dek, Abang lupa kasih tahu, Abang jadi ikut merasa bersalah, seharusnya dikasih tahu juga sapinya jangan dikandangkan atau diikat jika ada bencana. Bencana banjir atau kebakaran, sapi tak boleh diikat, karena binatang juga punya naluri bertahan hidup." kata suami."Mungkin karena kakak gak ikhlas yang pelihara sapi itu, Bang, sudah sering dia bilang muak dengan kotoran sapi," kataku lagi."Jangan bicara begitu, Dek, gak boleh itu,"Ah, gak asik bangett ini suami, gak bisa diajak ghibah atau gosip. Padahal menurutku benar begitu. Kakak sudah berulangkali bilang capek urus sapi. Tiba-tiba HP-ku bergetar, ada

  • Suamiku Jadul   Kasur Empuk

    Suamiku JadulPart 53Pagi harinya, kami sudah sampai di kota salak Padang Sidempuan. Kami singgah di rumah makan khas Tapanuli Selatan untuk sarapan pagi. Begitu kami turun dari mobil, kami didatangi dua orang pria memegang salak."Salak sibakkua, dipangan sada mangido dua," katanya seraya memberikan salak untukku.Kuterima dan ..."Coba saja dulu, Bu," kata pria tersebut.Kukupas dan kumakan. Waw! Enak, manis dan sedikit kelat."Sini, Bu, sini, ini salaknya," kata pria itu lagi.Kuikuti saja, seraya menggendong si Butet, sementara Bang Parlindungan bawa si Ucok ke kamar mandi."Berapa, Pak?" tanyaku kemudian."Satu sumpit dua puluh ribu, beli tiga lima puluh ribu," jawabnya."Satu sumpit itu berapa?""Oh, ini, Bu, ini sumpitnya," kata pria itu seraya menujukkan wadah anyaman."Aku ambil tiga," kataku.Dengan cekatan pri

Bab terbaru

  • Suamiku Jadul   Diperebutkan Tiga Lelaki Tampan

    PoV NiaAku tak bisa menahan tawa saat tak sengaja mendengar Butet ditembak Sandy, aku justru jadi teringat saat-saat seusia Butet. Bedanya dulu, aku klepek-klepek, sementara Butet tetap pada pendiriannya tidak pacaran. Aku harus bersyukur punya anak gadis seperti ini.Umar lagi, dia menggunakan orang tua angkatnya yang Kapolres itu untuk menunang Butet. Bang Parlindungan bisa menolaknya dengan tegas. Ada apa ini, dalam dua hari, Butet dua kali ditembak langsung."Mak, gara-gara mamak calon wakil bupati, hidupku juga berubah," kata Butet di suatu siang. Saat itu kami lagi makan siang bersama di kantor desa."Kok gitu, Tet?""Gitulah, Mak, tiba-tiba banyak penjilat, bahkan guruku tiba-tiba baik, aku seperti diistimewakan, bahkan ada guru yang bilang, belum pernah ada anak pejabat yang sekolah di situ, dia berharap mamak menang supaya ada anak pejabat sekolah di situ," kata Butet."Ini baik atau buruk, Tet,?" "Entahlah, Mak, baiknya , gak ada yang berani bully aku, Mak, buruknya, banya

  • Suamiku Jadul   Musim Kawin

    PoV ButetKulirik Bang Sandy, dia menunduk sambil mempermainkan kancing bajunya. Dia sepertinya tak berani mengangkat wajah, atau dia sudah patah hati lagi. Harus kuakui perjuangannya, akan tetapi sudah komitmen pada diri sendiri, tidak akan pacaran."Terbuat dari apa hatimu, Butet? aku sungguh-sungguh mengatakan cinta, Kamu malah bilang itu kabar buruk, Ya, Allah, kuatkan hambamu ini," kata Bang Sandy. "Maaf, Bang, kenapa tiba-tiba ngomong cinta? kan sudah kubilang aku tidak pacaran,""Makin lama kupendam, hatiku justru makin tersiksa, Butet, terus makin lama sepertinya akan lebih sulit untuk mengatakan cinta.""Hmmm,""Panah cintaku sudah kutembakkan dari busurnya, langsung mengarah ke jantung hatimu, akan tetapi kamu mematahkannya, tidak apa-apa Butet, setidaknya aku lega, akhirnya panah cinta bisa kutembakkan, sudah lelah memegangnya selama ini," kata Sandy."Abang ngomong apa, sih?" tanyaku."Butet, tolonglah jangan permainkan hatiku, jika kamu menolak, walaupun kecewa, kuterima

  • Suamiku Jadul   Kabar Buruk?

    PoV ButetSemenjak mamak resmi' jadi bakal calon wakil bupati. Aku justru jadi terkenal, bahkan guru sekolah pun tiba-tiba baik sekali. Seperti saat itu, aku terlambat masuk kelas karena lagi makan bakso. Ini salah tukang baksos itu, pesananku lama datang. Pas datang lonceng tanda masuk kelas sudah berbunyi. Sayanglah baksoku, akhirnya kumakan juga, biarlah terlambat sekali ini.Guru yang satu ini terkenal galak, mengajar bidang studi Bahasa Inggris, akan tetapi saat aku masuk kelas, beliau tidak marah. Justru tersenyum melihatku."Silahkan duduk, Tet," kata ibu tersebut. Tentu saja aku heran.Saat pulang dari sekolah, ibu guru itu malah menawarkan tumpangan untuk pulang. Karena memang ayah gak bisa datang menjemput, aku mau saja, langsung naik motor matic ibu tersebut."Jika makmu jadi wakil bupati, jangan lupa sama ibu ya," kata ibu tersebut saat aku turun di kantor desa."Iya, Bu," jawabku. Ternyata ada mau ibu ini, aku jadi membayangkan kelak jika mamak jadi pejabat akan ban

  • Suamiku Jadul   Ucok Selalu Bersalah?

    PoV UcokMamak akhirnya datang melihatku, aku sangat senang sekali, rindu ini akhirnya bisa terobati. Bang Torkis juga ikut, dia jadi pembelaku saat mamak lagi-lagi menyalahkanku. Pesan Ayah jika untuk gaya hidup, anggap saja ayahmu paling miskin' benar-benar kuterapkan, mulai motor sampai bangun rumah bertingkat pun aku tidak meminta sama orang tua. Harus kubuktikan pada dunia, aku bisa mandiri.Malam itu ada musyawarah di masjid, agendanya adalah pembentukan BKM masjid tersebut yang sudah lama vakum. Aku yang jadi panitia pelaksana. Dua hari ini aku sudah mendatangi setiap rumah di lingkungan ini, memberikan undangan untuk musyawarah. Di lingkungan ini ternyata kesadaran orang memakmurkan mesjid sangat rendah. Dari seratusan orang yang diundang, yang datang hanya kira-kira tiga puluhan orang. Padahal undangan itu ditandatangani ketua RW daerah ini.Dalam musyawarah itu tidak ada yang bersedia jadi pengurus masjid, sementara pengurus yang lama sudah pindah. Aku juga akhirnya yan

  • Suamiku Jadul   Ambisi Ucok

    PoV NiaTernyata tim sukses sudah mempersiapkan semua, begitu aku iyakan, baliho sudah berdiri di pintu gerbang desa kami, juga di simpang. Bupati ini benar-benar serius. "Go, go, Nia, Membangun dari Desa," begitu tulisan di baliho raksasa, fotoku dan foto bupati terpangpang besar. Go, go itu sendiri artinya dalam bahasa Mandailing adalah kuat. Aku hanya duduk manis di rumah, semua dikerjakan tim sukses, dan seluruh dana ditanggung bupati. Katanya dia menghabiskan kebun sawit dua ratus hektar untuk daftar bupati ini.Hari itu Sandy datang berkunjung ke rumah, aku tentu heran, Butet sedang tidak ada di rumah, katanya dia ada ekstra kulikuler di sekolah."Butet belum pulang," kataku sambil mempersilahkan masuk."Aku datang mau bertemu Tante dan Om," jawab Sandy."Ada apa?" tanya Bang Parlin."Jangan terkejut ya, Om, Tante, kata Sandy serata mengeluarkan laptopnya,""Ada apa sih, Sandy, buat deg-degan aja," kataku."Ini, Tante, sebenarnya ini sudah dua Minggu lalu kejadiannya, tapi Uc

  • Suamiku Jadul   Jalan Berliku Menuju Sukses

    "Maju lo, kalau berani!" kataku lagi. Entah kenapa aku merasa tertantang jika bertemu orang seperti ini. Darah mudaku terasa bergolak. Satu temannya mengambil sesuatu dari mobil, satu lagi maju. Kami beradu pukulan beberapa kali, dua pukulanku membuat pria itu terpojok di dinding ruko orang. Ada yang aneh di sini, kalau di kampung ada keributan, orang-orang akan keluar rumah. Di sini, orang-orang justru menutup pintu, ruko yang di samping tadi masih terbuka pintunya kini sudah tutup.Akhirnya ada juga pengendara motor yang berhenti, akan tetapi mereka bukan membantu atau melerai, akan tetapi justru merekam. Aku makin emosi, darah mudaku makin mendidih, beberapa kali pukulanku mendarat di perut pria tersebut, akan tetapi tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul mendarat di kepalaku, aku memegang kepala, terasa dingin, ternyata darah sudah mengucur. Dua orang itu lalu pergi meninggalkanku, sebelum mereka pergi, bahuku masih sempat kena pukulan. Aku ambil HP, menghubungi Bang Bangbang,

  • Suamiku Jadul   Salsabila Dapat Hidayah?

    PoV UcokBang Bambang benar, ternyata uang kami kurang untuk bangun kamar mandi tersebut, belum selesai dananya sudah habis. Jika kamar mandi tetap yang satu itu, kamar yang baru selesai akan sulit untuk dikontrakkan. Karena kamar mandi yang lain tempat. "Begini saja, Ucok, upah saya gak usah dikasih dulu, semua uangnya belikan bahan, upahku belakanganya saja," usul dari Bang Bambang. Selama ini aku memang menggajinya harian. Kata orang gaji di kota ini dua ratus ribu perhari, segitu lah dia kugaji."Gak bisa begitu, Bang, ada hadis yang artinya, Bayarlah upah pekerja itu sebelum keringatnya kering," kataku."Wah, salut sama Kamu, Cok, masih muda tau agama dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari."Berapa lagi kira-kira butuhnya, Bang?" tanyaku pada Bang Bambang."Kira-kira lima belas jutaan lagi, Cok, baru leluasa," kata Bang Bambang.Padahal, sekali telepon ke orang tua, pasti diberikan, akan tetapi aku ingin mandiri, berdiri di atas kami sendiri, tanpa menyusahkan orang tua

  • Suamiku Jadul   Go, Go, Nia

    Hari Minggu adalah hari merdeka bagiku, sehabis salat subuh aku bisa tiduran lagi, karena Butet tidak sekolah, dia yang urus Cantik pagi hari. Bangun jam delapan pagi sudah ada sarapan yang dimasak Bang Parlin.Selesai sarapan, ada telepon dari Pak Bupati."Assalamualaikum, Bu Kades," salam bupati dari seberang sana," "Waalaikum salam,""Saya tahu, besok waktu terakhir batasan waktu ibu berpikir itu, tapi kok saya tidak sabaran ya," kata bupati itu lagi."Besok saja saya kasih kepastian, Pak,""Hari ini saja, saya undang ibu dan keluarga makan siang di Lopo Saba," kata bupati itu lagi. Lopo Saba adalah salah satu restoran yang baru buka di daerah kami, warung lesehan yang berada di pinggir sawah, menunya masakan khas Mandailing. "Baik, Pak, kami datang," jawabku."Saya berharap, jika nanti sudah ada jawaban kepastian, karena kita harus gerak cepat, kita butuh puluhan ribu tanda tangan untuk persyaratan mendaftar ke KPU," kata bapak itu lagi."Baik, Pak,""Bang, Butet!" aku berteriak

  • Suamiku Jadul   Naik Haji Atau Naik Jabatan

    Aku benar-benar khawatir sekali dengan anakku itu, dugaanku kemarin dia menelepon mau mengadu, akan tetapi tak mau menyusahkan orang tua. Aku ambil HP, coba hubungi Ucok, akan tetapi tak tersambung, HP -nya bahkan tidak aktif. Aku jadi makin khawatir, tak bisa kubayangkan anakku di tahanan polisi.Butet datang, begitu datang dia langsung ikut menonton video tersebut."Butet, Mamak mau ke Jakarta, kalian di sini duku ya?" kataku pada Butet."Cantik?""Mamak bawa,""Mamak baru sehat,""Abangmu dapat masalah, Tet,"Sementara Butet terus memperhatikan video itu."Mak, bukankah ini Annisa?" kata Butet."Nggaklah, Annisa berjilbab panjang, rambutnya gak mungkin pirang," mataku kemudian."Ini Annisa, Mak," kata Butet serata memperbesar foto screenshot."Iyakah?" "Aku yakin ini Annisa, Ayah telepon dulu Pak Ali Akhir," kata Butet.Tepat dugaanku, wanita cantik adalah kelemahan anakku ini, dia pasti sudah dirayu Annisa dan mengajaknya ke tempat hiburan malam."Assalamualaikum, Pak," terdenga

DMCA.com Protection Status