Bang Parlin mau bangun sekolah mengaji di samping rumah. Lahan seluas lima kali sepuluh itu akan dibangun parmenen. Dananya juga sudah ada pemberian orang tua Raja Siregar. Anak dari keponakan Bang Parlin yang tiba-tiba datang memberikan uang.
Material bangunan mulai dipesan, tukang juga sudah dicari. Perijinan pun mulai kuurus. Ketika mengurus perizinan ini kepala desa sempat bertanya padaku.
"Maaf, Bu Kadus, bukan maksud berburuk sangka atau bagaimana, dari mana kalian bisa bangun sekolah mengaji begitu, karena dari keterangan warga sekolah mengaji itu gratis?" tanya bapak kepala desa tersebut.
"Hehehe, begitulah Pak, selalu ada rezekinya," jawabku.
"Hati-hati dapat dana dari sumber tak jelas, Bu, nanti terjebak teroris," kata bapak kepala desa ini lagi.
Waduh, bisa-bisanya bapak kepala desa ini curiga begitu, haruskah kujelaskan semua dari mana kami dapat dana?
"Ah, tidaklah, Pak,"
"Hati-hati saj
Suamiku JadulSesion 3 part 13"Itu fitnah!" teriak Bapak Kepala Desa seraya berdiri.Para hadirin banyak yang bisik-bisik, Kepala Desa itu tentu saja mencoba membela dirinya di depan orang."Itu fitnah keji, saya hanya berniat membantu, malah difitnah begini, mana buktinya, coba tunjukkan," kata Bapak Kepala Desa lagi."Maaf, Pak, tak usah diperpanjang lagi," kata Bang Parlin."Akan kuadukan kau ke polisi dengan pasal pencemaran nama baik, di pertemuan begini kau fitnah saya, ini namanya air susu dibalas air tuba, saya murni hanya ingin membantu," kata Bapak Kepala Desa, suaranya keras menggelegar. Kepala Desa ini masih muda, masih lebih tua Bang Parlin."Sudahlah, Pak, nanti Bapak makin malu, sudah selesai, proposal itu tak disetujui," kata Bang Parlin."Iya, terserah, tapi ini belum berakhir, akan kuadukan kau ke polisi, biar tau kau dulu siapa saya?" kata Kepala Desa itu seraya menampar d
Setelah Pak Kepala Desa ditangkap, ramai-ramai warga desa menunjukkan bukti penyelewengan yang dilakukan kepala desa tersebut. Kasusnya jadi naik, bukti sudah banyak, ada banyak mark up biaya pembangunan yang ada di desa. Mulai dari jalan desa sampai pengairan. Ternyata setiap proyek, kepala desa mengambil lima puluh persen untuknya, pantas saja dia kaya raya.Kepala desa itu akhirnya diberhentikan dari tugasnya. Bapak bupati menunjuk pelaksana tugas kepala desa sampai pemilihan kepala desa selanjutnya. Aku terkejut sekaligus terharu. Bapak bupati menunjukku sebagai pelaksana tugas kepala desa, itu artinya aku akan jadi kepala desa selama dua tahun ke depan, sampai dilakukan lagi pemilihan kepala desa."Bagaimana, Bang, aku terima, gak?" tanyaku pada Bang Parlin, sebenarnya yang menjalankan tugas kepala desa seharusnya sekretaris desa, akan tetapi sekretaris desa pun ikut terlibat, dia sudah melarikan diri karena takut ditangkap. Sudah sempat kosong pemerin
Mulai manapaki tangga, naik dan semakin naik, begitulah kehidupan kami. Sapi sudah bisa dijual, sudah ada dua puluh ekor yang bisa diuangkan. Setengahnya itu akan jadi milik kami, setengah lagi untuk pekerja.Sawit mulai berbuah pasir, satu tahun lagi akan normal, Bang Parlindungan tetap seperti dulu, masih mengajar mengaji. Bangunan dua ruangan sudah selesai di samping rumah. Namanya Rumah Qur'an Parlindungan. Mulailah kami mencari guru lain, tak sanggup lagi Bang Parlin mengajar sendirian. Akan tetapi jika tambah guru, tentu saja akan ada gajinya. Dari mana diambil? Sementara sekolah tersebut gratis."Abang mulai kewalahan, Dek, murid sudah empat puluh satu orang, tambah gurulah, Dek," kata suami di suatu malam. Saat itu dia baru saja selesai mengajar anak-anak mengaji."Mana ada yang mau tidak digaji, Bang, gak ada lagi orang yang seperti Abang mau mengajar gak digaji," jawabku."Iya, Dek, kita gajilah, Dek,""Dari mana u
Bulan berikutnya, sudah ada dana masuk untuk gaji empat orang guru ngaji. Bang Parlindungan dan tiga orang anak angkatnya dapat honor dari pemerintah kabupaten. Aku kurang tahu dari pos mana diambil bupati, akan tetapi bapak kadis pendidikan minta dibuatkan rekening khusus sekolah mengaji tersebut."Selamat malam Pak Guru, gaji bulan ini sudah masuk, banyaknya lima juta, dibagi empat orang tenaga pengajar, masing-masing satu juta dua ratus lima puluh," laporku pada suami sambil bercanda. Sampai sekarang Bang Parlindungan memang masih menyerahkan padaku jika urusan bank."Ya, udah, sini uangnya," kata Bang Parlin, saat itu, murid mengaji Bang Parlin lagi sibuk belajar, tiga orang anak angkat Bang Parlin yang mengajari mereka.Ruangan hanya dua, tapi gurunya ada empat, masing-masing guru mengajar murid sepuluh sampai lima belas orang. Satu ruangan disekat jadi dua, jadilah empat lokal dengan empat guru."Mana bisa diambil malam-malam
Suamiku JadulSuasana jadi berubah ricuh, dua pria itu terus saja melontarkan ancaman pada kami. Kata mereka guru ngaji kami telah melakukan pelecehan seksual pada murid perempuan. Tuduhan yang sangat menyakitkan.Salah satu anak angkat Bang Parlin itu sepertinya termakan emosi. Dia menghadang kedua pria tersebut."Tunjukkan buktinya sekarang, Pak, jangan asal tuduh," kata Anak Angkat Bang Parlin."Kita jumpa di kantor polisi, akan saya tunjukkan semua bukti, akan saya bawa saksi korban," kata pria itu."Apa tujuan Bapak? kenapa harus datang ke acara ini dengan tuduhan tanpa bukti," Bang Parlin ikut bicara."Hei, kau Parlin, gak usah sok membela kau, desa ini kacau setelah kau datang," kata pria itu.Aku mulai paham, ini persaingan antara aku dan kepala desa lama. Mungkin mereka kehilangan lahan setelah aku menggantikan kepala desa lama. Aku baru ingat dua hari yang lalu, ada sek
Suamiku JadulSesion 3 part 16"Ada apa, Pak?" tanyaku pada seorang polisi yang berdiri mengawasi dari kejauhan."Ini Bu, kami mau melakukan penangkapan terduga kasus cabul, tapi warga menghalangi," kata polisi tersebut."Menghalangi bagaimana, Pak,""Lihat sendiri itu, kami tak bisa masuk, terduga ada di dalam," kata polisi tersebut."Boleh lihat surat penangkapan?" kataku lagi."Ibu ini siapa?" dia malah balik bertanya."Saya kepala desa, Anda mau menangkap warga saya tanpa kordinasi dengan saya lebih dulu," kataku tegas."Oh, kami memang tak memberitahu kepala desa karena kepala desa juga diduga terlibat." kata polisi tersebut."Terlibat apa?""Terlibat kasus cabul, ini kasus serius, Bu,""Mana komandan kalian, silakan masuk dulu, saya mau bicara," kataku kemudian.Dia lalu bicara dengan HT, terus tiga orang polisi datang. Warga masih ra
Suamiku JadulSesion tiga part 17Lima belas orang warga desa tiba-tiba sakit perut di pagi hari itu, sudah ada yang sadar dan mengembalikan kursi sekolah mengaji kami. Halaman sekolah tiba-tiba ramai, banyak Ibu-ibu datang memohon supaya suami mereka disembuhkan."Tolong, Bu, saya lagi hamil, suami saya sakit perut, tolong, Bu," kata seorang ibu sambil memegang perutnya yang buncit."Tolong anak saya, Bu, cuma dia tulang punggung keluarga, tolong," kata seorang ibu tua."Tolong suami saya, anakku empat ini kecil-kecil," kata Ibu yang lain.Aku jadi panik dan bingung, sementara Bang Parlindungan tidak kelihatan."Baaaang!" panggilku kemudian.Bang Parlindungan muncul dari dalam rumah, sesaat kuperhatikan wajah Bang Parlin, dia justru angkat bahu."Bang, bagaimana ini?" tanyaku."Tapi adek maunya begini," kata Bang Parlin."Tapi kan, ini kok banyak," kata
Suamiku JadulSesion 3 part 18"Bukan karena mencuri, Dek, mereka keracunan miras oplosan," kata Bang Parlin ketika lagi- lagi aku merasa bersalah, akulah yang mendesak Bang Parlin mempergunakan ilmunya."Apa iya, Bang, adek merasa bersalah sekali," kataku sedih."Iya, Dek, buktinya sudah enam orang yang pulang dengan sehat, kita sudah memaafkan, seharusnya memang mereka sudah sehat," kata Bang Parlin lagi. Saat itu kami lagi makan siang bersama.Tok, tok, tok."Assalamu'alaikum," terdengar suara ketukan di pintu diiringi salam dari seseorang."Waalaikumsalam," aku dan Bang Parlin menjawab salam hampir bersamaan.Aku segera berjalan dan membuka pintu, ternyata yang datang seorang anak perempuan masih berpakaian sekolah putih abu-abu. Aku kenal anak ini, dia Putri, anak tertua Pak Kosim."Ada apa ya, Putri?" tanyaku seraya mempersilahkan masuk."Papaku, Bu, tolong pap