Ucok digertak malah balik mengertak, padahal dia tahu kemampuan ayahnya hanya untuk pencuri, bukan pelaku pelecehan seksual. Di saat-saat seperti ini dua anakku justru tetap semangat, aku jadi terbaru, dulu jika kami ada masalah, akulah yang memberikan semangat, kini terbalik. Waktu berlalu, hari sudah menjelang sore, teleponnya dari Salsa belum datang juga, apakah dia berhasil? Tak sabar menunggu, kusuruh Butet menelepon Salsa. Seperti biasa, jika dua anak remaja ini bertelepon selalu video call."Ini aku lagi bersama ibu itu," kata Salsa dari seberang.Kulihat layar hp Butet, ibu tua itu memang ada di sebelah Salsabila."Selamat sore, Bu, ini kami yang datang tempo hari ke rumah kalian," kataku memulai pembicaraan."Ya, Bu," jawabnya. Akan tetapi aku tidak tahu mau bilang apa, tidak tahu mulai dari mana bicara."Bu, maaf, ya, saat kami di rumah itu dan bertengkar dengan bapak Abdul Hakim, aku lihatbibu tersenyum, tidak berusaha melerai, kenapa ya, Bu?" tanyaku akhirnya."Oh, tidak
Bang Parlin melihatku, aku mengangguk tanda setuju. "Baik, Bu, kita jumpa di mana?" tanya Bang Parlin kemudian."Datang ke mari, Pak," jawab wanita itu "Baik, tapi mungkin besok kami baru bisa sampai di sana," kata Bang Parlin."Video itu akan makin menyebar, Pak, ini aku lagi bersama Salsa, kami yang akan datang ke rumah bapak saat ini juga," kata wanita itu lagi."Tapi jauh, Bu," "Gak apa-apa, aku sudah permisi libur satu hari," kata ibu itu lagi.Ternyata Salsa yang membuat ibu itu berubah pikiran. Entah bagaimana cara mereka datang kemari malam-malam begini, bisa dini hari nanti baru mereka sampai.Kusuruh Butet menelepon Salsa, ingin tahu bagaimana cara mereka datang ke mari."Salsa, kau mau ikut ke mari, ya?" tanya Butet lewat video call."Iya, Tet, kami diantar supir papa," kata Salsa."Oh, hati-hati di jalan ya," kata Butet."Iyar, Tet, tenang saja, Tet, aku dukung kau, kau teman baikku," kata Salsa.Ada sedikit rasa lega, mungkin ibu itu tahu banyak tentang Abdul Hakim ini
Ternyata sebejat itu kepala sekolah tersebut, aku heran bagaimana bisa ada orang seperti itu, suka sama laki-laki, suka sama perempuan, suka yang remaja dan sukanya ditolak. Aneh, penyakit apaan yang seperti itu?"Jadi keluarganya sudah tahu kelakuannya," tanyaku kemudian."Sudah, Bu, sudah dibawa berobat, setelah sembuh mereka tempatkan bapak itu di Sumatra ini, sebelumnya dia dosen di Jawa." "Apakah ada anak atau istrinya?" tanyaku lagi."Ada, Bu, tapi sudah cerai, anaknya satu," "Oh, begitu, "Tapi maaf, Bu, aku tidak mau ikut-ikutan di HP, semua keluargaku kerja sama keluarga besarnya mereka, aku tidak mau keluargaku kena imbasnya," kata ibu itu lagi.Aku bisa memakluminya, tentu saja dia takut berurusan dengan polisi, akan tetapi aku bersyukur akhirnya ada titik terang. Mungkin tidak perlu menampilkan Butet seperti kata Bang Parlin.Ibu itu banyak bercerita tentang Abdul Hakim ini, dia orang pintar dan kaya. Keluarganya mengira dia sudah sembuh, akan tetapi tidak. Ibu itu cerit
Aku makin deg-degan, guru BK mau ikut siaran langsung, dia pasti akan ikut menyudutkan Butet. Aku makin merasa bersalah karena menghubungi YouTuber ini. Dia pasti akan banyak tanya, dia pasti masih sakit hati karena dipermalukan Butet.Ucok menunjukkan jempolnya, itu tanda semua baik-baik saja. Padahal aku sudah makin khawatir.Aku menonton siaran langsungnya di HP, sementara di depanku Butet dan Salsa. Lalu kelihatan di layar hp guru BK tersebut."Bu, langsung saja ya, benarkah ibu hukum Naduma Sari?" tanya YouTuber tersebut."Benar, sebagai catatan, Naduma Sari ini sudah sering berurusan dengan guru BK," jawab ibu tersebut."Benarkah ibu suruh sampai ke kamar mandir guru?" tanya Arita lagi."Tidak, saya hanya bilang punguti sampah di halaman sekolah," kata Guru itu."Depan kamar mandi itu bukan halaman sekolah ya, Bu?" Salsabila yang sedari tadi diam bicara juga akhirnya."Ya, masuk pekarangan, tapi kan tidak disuruh ke sana," "Karena di situ yang ada sampah, Bu, guru yang sering n
Siaran langsung masih lanjut, tapi tidak ada yang bicara, pembawa acara juga masih melongo. Guru BK itu pun terdiam."Jadi pemirsa semua, kini sudah terang dan jelas, bapak itu menyimpang, dia sudah akui sendiri. Abangku Ucok yang juga pahlawanku memukulnya karena melecehkanku. Untuk Abang-abang dan bapak-bapak apa yang kalian lakukan jika ada yang melecehkan saudari kalian?" kata Butet."Waw, luar biasa, ini dialog yang luar biasa," kata Arita seraya bertepuk tangan. "Saya ingin klarifikasi, tidak ada saya berduaan dengan bapak itu di kamar mandi," kata Bu guru BK."Iya, Bu, maaf, itu hanya cerita umpan," kata Butet."Baiklah, jelas sudah sayabtidak terlibat, saya undur diri," kata ibu guru tersebut. Sementara itu bapak kepala sekolah itu tetap siaran, dia masih memegangi kepalanya."Bagaimana tanggapan Bapak?" tanya YouTuber tersebut."Saya dijebak, baiklah, saya mengakui, tunggu sebentar ya," katanya seraya berdiri, tak berapa lama kemudian muncul lagi dengan kertas di tangan."B
Sepertinya perjuangan masih panjang. Minta bantuan YouTuber itu sepertinya kesalahan fatal, malah bawa mala petaka. Entah apa tujuannya memotong video tersebut. Aku jadi makin geram."Cok, ada kau simpan kan videonya?" tanyaku pada Ucok."Gak ada, Mak, aku lupa untuk menyimpan," kata Ucok."Bukannya otomatis tersimpan, Cok?" tanyaku lagi."Nggak, Mak," kata Ucok, tapi pasti ada yang simpan sebelum dihapus dari sumbernya," sambung Ucok."Jika gak ada?""Dari ribuan orang gak mungkin gak ada, Mak," kata Ucok lagi."Cari, buat pengumuman di Facebook, jika ada yang punya video utuh, kirim ke kita," kataku kemudian.Torkis tiba di rumah saat hari menjelang sore, begitu datang langsung marah-marah. Dia datang sendirian."Mana rumahnya si pedofil itu, mana?" tanya Torkis. Anak angkat kesayangan Bang Parlindungan ini memang punya emosi yang meledak-ledak."Mau ngapain, kau Torkis?" tanya Bang Parlin "Biar dipotong tangannya yang melecehkan itu, mendidih darahku," kata Torkis."Pertarungannya
Biasanya saat dalam perjalanan naik mobil, kami sekeluarga akan diskusi apa saja, kali ini jadi berubah. Ada sedikit pertengkaran. Torkis yang datang marah-marah, Bang Parlin yang juga sepertinya marah' karena kubilang tidak berguna. Aku memang keceplosan, bukan maksudku meremehkan zikir dan doanya, tapi beda kasus dengan ini. Saat aku melihat HP, sudah ramai video lengkap itu menyebar, Ucok meminta bantuan remaja mesjid untuk menyebarkan video tersebut. Jadi ramai diperbincangkan orang, YouTuber itu dihujat karena terbukti memotong video untuk kepentingan Pak Abdul Hakim."Wah, sudah ramai ini," kataku kemudian."Iya, itu counter attack dari kita," kata Ucok."Abdul hakim pasti sudah keringat dingin ini," kataku lagi."YouTuber itu juga gak akan berani speak up lagi," kata Ucok."Sebentar, tidak bisakah kalian bicara bahasan Indonesia saja, sok Inggris kalian semua, nanti bicara bahasa Arab atau Batak aku bingung kalian," kata Bang Parlin."Hahaha, itu hanya istilah, Bang," kataku k
"Maafkan Papa yang selama ini lalai, Salsa," kata Ayah Salsabila. Sudah dalam keadaan begini, Salsabila ternyata tinggal di rumah almarhum orang tuanya bersama dua asisten rumah tangga, Salsabila tidak mau tinggal bersama ibu tirinya. Dua abangnya belum selesai pendidikan. Jadilah anak tersebut seperti sebarang kara dengan harta yang berlimpah.Selesai makan malam, Salsa pulang bersama ayahnya, sebelum mereka pulang, Ayah Salsabila berjanji akan membantu kasus yang menimpa kami. Dia juga geram dengan Abdul Hakim ini. Pukul sembilan lewat sedikit, Raja akhirnya sampai di hotel, dia datang bersama seorang wanita yang mengaku pengacara."Ini Bu Barita, pengacara yang akan mendampingi kalian membuat pengaduan," kata Raja memperkenalkan wanita tersebut.Mulailah pengacara itu diskusi dengan Butet, melengkapi berkas malam itu juga. Kata pengacara ini, kami harus tetap mendampingi, karena Butet masih di bawah umur. "Tenang saja, beliau ini pengacara terbaik di kota ini," kata Raja "Heheh