Beranda / Urban / Suamiku Jadul / Belanja Mobil

Share

Belanja Mobil

Penulis: Bintang Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Menantu Dari Desa

Part 4

Padahal niatku hanya menguji, akan tetapi dia menyanggupi dan akan mengusahakan dalam satu minggu. Tentu saja hal ini membuat aku makin terkejut. Ayah dan Ibu kembali berkumpul.

"Maaf, Torkis, ini terlalu mendadak bagi kami, jadi kami belum bisa memberikan jawaban," kata Ayah seraya menyeruput kopi yang kuhidangkan.

"Tapi, Pak, anak bapak sudah setuju, dia minta panjar, aku kasih, panjar itu tanda jadi, Pak," kata Bang Torkis.

"Benar sekali, maafkan putri kami, otaknya lagi miring," kata Ibu seraya menempelkan jari di kening.

Ah, malah aku yang dibilang otak miring, padahal jelas sekali Bang Torkis yang terlalu lugu, masa dia kasih panjar.

"Biarpun otaknya miring, saya bersedia mengimaminya, menuntunnya menuju keluarga sakinah," kata Bang Torkis

Duh, aku jadi meleleh, ini jenis gombalan yang tak biasa, apakah Bang Torkis ini tidak tahu kalimat perumpamaan, ibuku bilang otakku miring bukan berarti betulan. Dan perkataan Bang Torkis itu sangat romantis bagi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dandi Dardamiansyah
tolong min males sama iklan apk judi nggak ada manfaatnya nggak bisa di skip lagi
goodnovel comment avatar
Maini Subono
ayo torkis,buktikn kalo kau cinta............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku Jadul   Beli Pajero

    Menantu Dari DesaPart 5Naomi mungkin ada benarnya, aku tidak akan sanggup menghadiri pesta pernikahan sahabat sendiri. Sahabat yang menikungku, yang menyakitkan dia bilang aku yang tidak bisa membuat Doli nyaman. Dia juga bilang Doli menyatakan cintanya pada Naomi setelah kami putus. Padahal kami putus tanpa sebab berarti, dan sebulan setelah kami putus dia sudah tunangan. Dua bulan kemudian sudah mau pesta pernikahan. Aku lalu teringat utang Naomi padaku, dia pernah pinjam uangku tiga ratus ribu, sudah tiga tahun tidak dia bayar. Entah kenapa aku jadi ingin menagih. Kuambil HP, langsung ke aplikasi whatsapp. (Mi, aku minta kau bayar utangmu?) pesanku langsung saja. (Utang apa?) (Lupa kau ya, kau pinjam tiga ratus ribu betulin HP-mu yang pecah layarnya.) (Oh, iya, ya, nanti setelah aku jadi nyonya Doli kubayar berikut bunganya) (Aku gak mau nanti, bayar sekarang!) (Galak amat, sih) (BAYARRRR) Lama baru datang balasannya lagi, ternyata dia mengetik panjang sekali. (Ayu, jo

  • Suamiku Jadul   Cinta Mengubah Segalanya

    Karena ibuku pingsan kami gagal atau lebih jelasnya tertunda pergi beli mobil, aku ambil minyak kayu putih, oleskan ke hidung ibu. Akhirnya Ibuku siuman juga. "Aduh, Ayu, ayu, yang kau pikirnya beli mobil itu kayak beli sepatu," kata Ibu seraya memegang kepalanya. "Bang Torkis yang mau beli mobil, aku cuma menemani, Mak," jawabku. "Ya, udah, pergilah, hati-hati," kata ibuku kemudian, aku tahu apa kira-kira yang Ibu pikirkan, mungkin dia mengira kami hanya bercanda atau apa.Becak motor pun dipanggil, kami naik berdua, Bang Torkis tidak mau duduk di sampingku, dia justru duduk di belakang Abang betor. Tempat duduk becak memang sempit, jika duduk berdua akan dempet, apakah Bang Torkis sesopan itu, tidak mau duduk berdampingan sebelum sah? Becak bukannya ke pasar, akan tetapi ke sebuah rumah yang agak jauh di pinggir kota. Rumah yang cukup besar. "Kita mau ngapain kemari?" tanyaku curiga. "Mau ngambil duitnya," jawab Bang Torkis seraya membayar ongkos becak. "Ngambil duit di rumah

  • Suamiku Jadul   Ilmu Pisahkan Lebih

    Uang satu kresek masih di tangan Bang Torkis, belum juga dia serahkan ke kasir, sementara itu karyawan dealer itu terus merayu kami. Bicaranya terus membicarakan keunggulan mobil Pajero sport tersebut."Tes drive dulu, Pak, biar Bapak rasakan kelebihan mobil ini," kata karyawan itu lagi."Maaf, Bu, saya gak bisa bawa mobil,""Saya juga gak bisa," Kataku ketika karyawan itu melihat ke arahku. Karyawan itu tampak bingung ya, memang kami juga bingung, masa mau beli mobil bawa mobil pun tak bisa."Oke kami bisa suruh pegawai kami yang tes drive, Bapak Ibu bisa ikut,""Bagaimana, Ayu?" Bang Torkis malah bertanya padaku."Ya, bagaimana lagi, Bang,""Jadi gak belinya? kalau jadi biar kita bayar, gak usah tes segala, kalau gak jadi ya kita bawa pulang uang ini," kata Bang Torkis."Gak usah jadi, Bang," kataku akhirnya. Aku merasa tertampar dengan perkataan Bang Torkis tadi, yang katanya ajaran guruny

  • Suamiku Jadul   Kondangan Ke Pesta Mantan

    Aku masih tak bisa berpikir jernih, masih shok dengan pengakuan jujur Bang Torkis, dia mengakui langitkan doa di sepertiga malam, supaya aku dan Doli putus, kenapa ada orang sejujur Bang Torkis?Bang Torkis pergi setelah ibuku siuman, katanya dia ke rumah orang tua angkatnya mau bersihkan rumah tersebut. Dia sudah janji hari minggu akan menemaniku ke pesta Doli. Akan tetapi mulai timbul keraguan dalam hatiku.Malam itu keluargaku berkumpul di meja makan, ayah mengundang dua saudaraku bersama istri masing-masing, agenda malam ini adalah membahas diriku yang akan dilamar Torkis."Bagaimana menurut kalian si Torkis ini?" tanya Ayah memulai pembicaraan."Pendapatku tetap seperti itu, si Torkis ini orang gila yang baru jual warisan, tak akan kubiarkan adikku nikah sama orang gila," kata Bang Wisnu."Tapi emak merasa Torkis ini orang baik," kata ibuku."Bagaimana bisa emak bilang baik, kenal saja baru dua hari?"

  • Suamiku Jadul   Kakak Ipar Mengajak Korupsi

    Aku akhirnya bisa menegakkan kepala di hadapan Naomi dan Doli, rasa sakit itu sedikit berkurang. Tak ada lagi air mata ketika kulihat mereka bersanding di pelaminan. Ibunya Doli yang justru menangis. Ketika kami pamit pulang, ibunya Doli terus memelukku, dia masih saja ucapkan kata, " Yang sabar ya, Ayu, bagaimana mau dibilang, tidak jodoh,", padahal aku sudah bilang kalau aku baik-baik saja."Hei, Ayu," teriak seseorang, ketika kami hendak masuk ke mobil, aku menoleh, ternyata temanku yang juga teman Doli."Hai juga, baru datang kalian?" tanyaku basa- basi."Siapa ini?" tanyanya seraya melirik Bang Torkis."Oh, kenalkan ini calon suamiku,""Waw, belum apa-apa sudah dapat yang baru kau ya,""Hehehe,""Kau dapat di mana itu?" katanya seraya melihat kaki Bang Torkis, Bang Torkis memang memakai sepatu bot kulit, mungkin temanku ini merasa lucu melihat penampilan Bang Torkis."Dapat di Dumay,""

  • Suamiku Jadul   Bang Parlin Is Back

    Masih belum hilang keterkejutanku, Doli menceraikan Naomi? padahal mereka baru nikah tiga hari. Sementara Doli terus kirim pesan WA, hanya kubaca tak tahu bagaimana harus membalasnya.(Naomi menipuku, dia tidak jujur, aku sangat sakit hati) pesan dari Doli lagi.(Kembalilah padaku, Ayu, aku sayang padamu, entah kenapa belakangan ini, kurasa Naomi memeletku, tanpa ada sebab berarti, tiba-tiba saja aku benci padamu dulu, setelah aku tahu Naomi tak perawan, rasa benci yang dulu kini berubah cinta,"Dalam hati aku tertawa, tapi tawa sedih, sedih memikirkan nasib Naomi, dia sudah diceraikan, dituduh pula memelet Doli, padahal ini perbuatan Bang Torkis, entah bagaimana perasaanku, dulu aku sangat terpukul ditinggal nikah sama Doli, sekarang aku justru bersyukur.Apakah aku marah pada Bang Torkis? Seharusnya jika dipikir-pikir aku harusnya marah, dia telah membuat Doli meninggalkanku, akan tetapi entah kenapa hati ini aku just

  • Suamiku Jadul   Ipar Memang Maut

    Acara lamaran jadi kacau, Doli terus meracau, dia memegang bibirnya yang sudah berdarah. “Akan kulaporkan kau ke polisi,” teriak Doli. Sementara Bang Torkis sudah lebih baik, dia tak emosi lagi, Pak Parlin memeganginya. Doli pergi, sebelum pergi masih sempat dia ucapkan kata ancaman, akan tetapi Bang Torkis tetap tenang. Setelah Doli pergi kami lanjutkan lagi pembicaraan lamaran. Semua sudah disepakati. Maharku seratus juta dan dua puluh gram emas. Tak ada yang menyinggung soal panjar tersebut. Acara dilanjutkan dengan makan bersama, ketika aku menyiapkan makanan di dapur, datang Bu Nia. “Ayu, bisa bicara bentar,” kata Bu Nia. “Boleh, Bu, boleh,” jawabku seraya memberikan tempat duduk untuknya. “Begini, Ayu, Torkis itu punya karakter yang unik, kalau orang tak memahaminya, cenderung tidak suka, dia benci orang sombong, itu kelemahannya, aku bilang kelemahan karena di kota ini akan banyak bertemu orang sombong. Coba bayangkan jika setiap hari bertemu orang seperti mantan pacarmu

  • Suamiku Jadul   Tukang Santet?

    Kami memang keluarga yang saling percaya selama ini, dua kakak iparku tak pernah bermasalah denganku, kami bahkan sering saling pinjam, aku tahu kunci layar HP kedua kakak iparku itu, begitu juga dengan mereka, tak ada yang disembunyikan. Aku sering pinjam ATM mereka, karena selama ini aku adalah pengangguran. Begitu juga sebaliknya, mereka sering pinjam ATM-ku.Akan tetapi uang ternyata bisa mengubah segalanya. Jika Bang Torkis bisa berubah karena cinta, Kak Yanti berubah karena uang. Sebenarnya aku sudah merasakan itu pertamanya kali dia dengar aku dapat panjar mahar. Dia juga ngajak korupsi uang Bang Torkis, akan tetapi aku tak menyangka dia sampai begini. Bekerja sama dengan Doli.Kini aku terkurung di tempat yang tidak kutahu, pelakunya sudah jelas, tak takutkah mereka hukum, apa mereka pikir aku akan diam saja setelah ini?“Ayu, aku lakukan ini demi kebaikanmu juga,” kata Doli lagi.“Kebaikan apaan? Yang ada

Bab terbaru

  • Suamiku Jadul   Diperebutkan Tiga Lelaki Tampan

    PoV NiaAku tak bisa menahan tawa saat tak sengaja mendengar Butet ditembak Sandy, aku justru jadi teringat saat-saat seusia Butet. Bedanya dulu, aku klepek-klepek, sementara Butet tetap pada pendiriannya tidak pacaran. Aku harus bersyukur punya anak gadis seperti ini.Umar lagi, dia menggunakan orang tua angkatnya yang Kapolres itu untuk menunang Butet. Bang Parlindungan bisa menolaknya dengan tegas. Ada apa ini, dalam dua hari, Butet dua kali ditembak langsung."Mak, gara-gara mamak calon wakil bupati, hidupku juga berubah," kata Butet di suatu siang. Saat itu kami lagi makan siang bersama di kantor desa."Kok gitu, Tet?""Gitulah, Mak, tiba-tiba banyak penjilat, bahkan guruku tiba-tiba baik, aku seperti diistimewakan, bahkan ada guru yang bilang, belum pernah ada anak pejabat yang sekolah di situ, dia berharap mamak menang supaya ada anak pejabat sekolah di situ," kata Butet."Ini baik atau buruk, Tet,?" "Entahlah, Mak, baiknya , gak ada yang berani bully aku, Mak, buruknya, banya

  • Suamiku Jadul   Musim Kawin

    PoV ButetKulirik Bang Sandy, dia menunduk sambil mempermainkan kancing bajunya. Dia sepertinya tak berani mengangkat wajah, atau dia sudah patah hati lagi. Harus kuakui perjuangannya, akan tetapi sudah komitmen pada diri sendiri, tidak akan pacaran."Terbuat dari apa hatimu, Butet? aku sungguh-sungguh mengatakan cinta, Kamu malah bilang itu kabar buruk, Ya, Allah, kuatkan hambamu ini," kata Bang Sandy. "Maaf, Bang, kenapa tiba-tiba ngomong cinta? kan sudah kubilang aku tidak pacaran,""Makin lama kupendam, hatiku justru makin tersiksa, Butet, terus makin lama sepertinya akan lebih sulit untuk mengatakan cinta.""Hmmm,""Panah cintaku sudah kutembakkan dari busurnya, langsung mengarah ke jantung hatimu, akan tetapi kamu mematahkannya, tidak apa-apa Butet, setidaknya aku lega, akhirnya panah cinta bisa kutembakkan, sudah lelah memegangnya selama ini," kata Sandy."Abang ngomong apa, sih?" tanyaku."Butet, tolonglah jangan permainkan hatiku, jika kamu menolak, walaupun kecewa, kuterima

  • Suamiku Jadul   Kabar Buruk?

    PoV ButetSemenjak mamak resmi' jadi bakal calon wakil bupati. Aku justru jadi terkenal, bahkan guru sekolah pun tiba-tiba baik sekali. Seperti saat itu, aku terlambat masuk kelas karena lagi makan bakso. Ini salah tukang baksos itu, pesananku lama datang. Pas datang lonceng tanda masuk kelas sudah berbunyi. Sayanglah baksoku, akhirnya kumakan juga, biarlah terlambat sekali ini.Guru yang satu ini terkenal galak, mengajar bidang studi Bahasa Inggris, akan tetapi saat aku masuk kelas, beliau tidak marah. Justru tersenyum melihatku."Silahkan duduk, Tet," kata ibu tersebut. Tentu saja aku heran.Saat pulang dari sekolah, ibu guru itu malah menawarkan tumpangan untuk pulang. Karena memang ayah gak bisa datang menjemput, aku mau saja, langsung naik motor matic ibu tersebut."Jika makmu jadi wakil bupati, jangan lupa sama ibu ya," kata ibu tersebut saat aku turun di kantor desa."Iya, Bu," jawabku. Ternyata ada mau ibu ini, aku jadi membayangkan kelak jika mamak jadi pejabat akan ban

  • Suamiku Jadul   Ucok Selalu Bersalah?

    PoV UcokMamak akhirnya datang melihatku, aku sangat senang sekali, rindu ini akhirnya bisa terobati. Bang Torkis juga ikut, dia jadi pembelaku saat mamak lagi-lagi menyalahkanku. Pesan Ayah jika untuk gaya hidup, anggap saja ayahmu paling miskin' benar-benar kuterapkan, mulai motor sampai bangun rumah bertingkat pun aku tidak meminta sama orang tua. Harus kubuktikan pada dunia, aku bisa mandiri.Malam itu ada musyawarah di masjid, agendanya adalah pembentukan BKM masjid tersebut yang sudah lama vakum. Aku yang jadi panitia pelaksana. Dua hari ini aku sudah mendatangi setiap rumah di lingkungan ini, memberikan undangan untuk musyawarah. Di lingkungan ini ternyata kesadaran orang memakmurkan mesjid sangat rendah. Dari seratusan orang yang diundang, yang datang hanya kira-kira tiga puluhan orang. Padahal undangan itu ditandatangani ketua RW daerah ini.Dalam musyawarah itu tidak ada yang bersedia jadi pengurus masjid, sementara pengurus yang lama sudah pindah. Aku juga akhirnya yan

  • Suamiku Jadul   Ambisi Ucok

    PoV NiaTernyata tim sukses sudah mempersiapkan semua, begitu aku iyakan, baliho sudah berdiri di pintu gerbang desa kami, juga di simpang. Bupati ini benar-benar serius. "Go, go, Nia, Membangun dari Desa," begitu tulisan di baliho raksasa, fotoku dan foto bupati terpangpang besar. Go, go itu sendiri artinya dalam bahasa Mandailing adalah kuat. Aku hanya duduk manis di rumah, semua dikerjakan tim sukses, dan seluruh dana ditanggung bupati. Katanya dia menghabiskan kebun sawit dua ratus hektar untuk daftar bupati ini.Hari itu Sandy datang berkunjung ke rumah, aku tentu heran, Butet sedang tidak ada di rumah, katanya dia ada ekstra kulikuler di sekolah."Butet belum pulang," kataku sambil mempersilahkan masuk."Aku datang mau bertemu Tante dan Om," jawab Sandy."Ada apa?" tanya Bang Parlin."Jangan terkejut ya, Om, Tante, kata Sandy serata mengeluarkan laptopnya,""Ada apa sih, Sandy, buat deg-degan aja," kataku."Ini, Tante, sebenarnya ini sudah dua Minggu lalu kejadiannya, tapi Uc

  • Suamiku Jadul   Jalan Berliku Menuju Sukses

    "Maju lo, kalau berani!" kataku lagi. Entah kenapa aku merasa tertantang jika bertemu orang seperti ini. Darah mudaku terasa bergolak. Satu temannya mengambil sesuatu dari mobil, satu lagi maju. Kami beradu pukulan beberapa kali, dua pukulanku membuat pria itu terpojok di dinding ruko orang. Ada yang aneh di sini, kalau di kampung ada keributan, orang-orang akan keluar rumah. Di sini, orang-orang justru menutup pintu, ruko yang di samping tadi masih terbuka pintunya kini sudah tutup.Akhirnya ada juga pengendara motor yang berhenti, akan tetapi mereka bukan membantu atau melerai, akan tetapi justru merekam. Aku makin emosi, darah mudaku makin mendidih, beberapa kali pukulanku mendarat di perut pria tersebut, akan tetapi tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul mendarat di kepalaku, aku memegang kepala, terasa dingin, ternyata darah sudah mengucur. Dua orang itu lalu pergi meninggalkanku, sebelum mereka pergi, bahuku masih sempat kena pukulan. Aku ambil HP, menghubungi Bang Bangbang,

  • Suamiku Jadul   Salsabila Dapat Hidayah?

    PoV UcokBang Bambang benar, ternyata uang kami kurang untuk bangun kamar mandi tersebut, belum selesai dananya sudah habis. Jika kamar mandi tetap yang satu itu, kamar yang baru selesai akan sulit untuk dikontrakkan. Karena kamar mandi yang lain tempat. "Begini saja, Ucok, upah saya gak usah dikasih dulu, semua uangnya belikan bahan, upahku belakanganya saja," usul dari Bang Bambang. Selama ini aku memang menggajinya harian. Kata orang gaji di kota ini dua ratus ribu perhari, segitu lah dia kugaji."Gak bisa begitu, Bang, ada hadis yang artinya, Bayarlah upah pekerja itu sebelum keringatnya kering," kataku."Wah, salut sama Kamu, Cok, masih muda tau agama dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari."Berapa lagi kira-kira butuhnya, Bang?" tanyaku pada Bang Bambang."Kira-kira lima belas jutaan lagi, Cok, baru leluasa," kata Bang Bambang.Padahal, sekali telepon ke orang tua, pasti diberikan, akan tetapi aku ingin mandiri, berdiri di atas kami sendiri, tanpa menyusahkan orang tua

  • Suamiku Jadul   Go, Go, Nia

    Hari Minggu adalah hari merdeka bagiku, sehabis salat subuh aku bisa tiduran lagi, karena Butet tidak sekolah, dia yang urus Cantik pagi hari. Bangun jam delapan pagi sudah ada sarapan yang dimasak Bang Parlin.Selesai sarapan, ada telepon dari Pak Bupati."Assalamualaikum, Bu Kades," salam bupati dari seberang sana," "Waalaikum salam,""Saya tahu, besok waktu terakhir batasan waktu ibu berpikir itu, tapi kok saya tidak sabaran ya," kata bupati itu lagi."Besok saja saya kasih kepastian, Pak,""Hari ini saja, saya undang ibu dan keluarga makan siang di Lopo Saba," kata bupati itu lagi. Lopo Saba adalah salah satu restoran yang baru buka di daerah kami, warung lesehan yang berada di pinggir sawah, menunya masakan khas Mandailing. "Baik, Pak, kami datang," jawabku."Saya berharap, jika nanti sudah ada jawaban kepastian, karena kita harus gerak cepat, kita butuh puluhan ribu tanda tangan untuk persyaratan mendaftar ke KPU," kata bapak itu lagi."Baik, Pak,""Bang, Butet!" aku berteriak

  • Suamiku Jadul   Naik Haji Atau Naik Jabatan

    Aku benar-benar khawatir sekali dengan anakku itu, dugaanku kemarin dia menelepon mau mengadu, akan tetapi tak mau menyusahkan orang tua. Aku ambil HP, coba hubungi Ucok, akan tetapi tak tersambung, HP -nya bahkan tidak aktif. Aku jadi makin khawatir, tak bisa kubayangkan anakku di tahanan polisi.Butet datang, begitu datang dia langsung ikut menonton video tersebut."Butet, Mamak mau ke Jakarta, kalian di sini duku ya?" kataku pada Butet."Cantik?""Mamak bawa,""Mamak baru sehat,""Abangmu dapat masalah, Tet,"Sementara Butet terus memperhatikan video itu."Mak, bukankah ini Annisa?" kata Butet."Nggaklah, Annisa berjilbab panjang, rambutnya gak mungkin pirang," mataku kemudian."Ini Annisa, Mak," kata Butet serata memperbesar foto screenshot."Iyakah?" "Aku yakin ini Annisa, Ayah telepon dulu Pak Ali Akhir," kata Butet.Tepat dugaanku, wanita cantik adalah kelemahan anakku ini, dia pasti sudah dirayu Annisa dan mengajaknya ke tempat hiburan malam."Assalamualaikum, Pak," terdenga

DMCA.com Protection Status