Berawal dari Yuna yang mengidap penyakit kanker yang sudah memasuki stadium akhir. Sebelum ia meninggal, Yuna meminta Reina, sahabat yang ia percayai untuk bisa menggantikan posisinya sebagai seorang istri Ceo ternama di perusahaan Hanum. Reina yang masih melajang di usia 28 tahun memang selalu didesak oleh kedua orang tuanya untuk segera menikah. Namun meskipun ia telah didesak, Reina belum juga serius untuk memilih calon suami yang pas untuk dirinya. Meskipun, ada puluhan laki-laki yang siap mengantri untuk memperistri Reina. Dalam situasi yang menegangkan tersebut, Reina bingung harus bagaimana? Sedangkan ia merasa tidak tega melihat keadaan Yuna yang kian memburuk. Yuna memegangi kedua tangan Reina sambil memohon belas kasihan. Dengan terpaksa, Reina pun menyetujuinya meskipun ia merasa tidak ikhlas untuk melepas masa lajangnya dengan seorang duda anak dua.
View MoreDirgantara sudah mulai terbiasa dengan lingkungan baru di sekitarnya. Bahkan, sekarang ia menjadi akrab dengan beberapa rekan kerja yang laki-laki. Saat dirgantara dan yang lainnya asyik mengobrol tanpa ada angin tiba-tiba Reina datang. Hal ini membuatnya terkesima dan tak percaya! Begitupun dengan Reina yang tak kalah terkejut.“Kamu...?” Anya menunjuk dirgantara yang masih terpaku.Rosa berpura-pura batuk dan berbarengan dengan itu, Angga datang dan lalu mencairkan suasana. Ternyata, Reina datang ke kantor hanya memberikan sarapan siang untuk suaminya.“Apa? Kalian suami istri?” ucap Dirgantara tak percaya.“Benar! Reina adalah istri saya dan Reina perkenalkan dia adalah Dirgantara, karyawan baru yang berhasil mengembangkan proyek kita” ucap Rangga dengan penuh kekaguman.Mendengar hal itu Reina tersenyum. Sebuah senyuman tulus yang mampu menusuk perasaan Dirgantara saat ini. “P–permisi Pak! Saya ingin kebelakang–” ucap Dirgantara dengan terburu-buru.Tak ada yang menaruh curiga ap
Di ruang tunggu perusahaan, Dirgantara menunggu dengan tegang. Namun, ketika dia dipanggil untuk wawancara, dia mengubah ketegangan menjadi semangat. Dia memasuki ruang wawancara dengan percaya diri dan senyuman di wajahnya, "Saya pasti bisa hidup mandiri" gumamnya dalam hati. Selama wawancara, Dirgantara mengesankan Centini dengan pengetahuannya yang luas tentang teknologi dan trik-trik berbinis. pengalaman proyek yang relevan, dan keinginannya yang tulus untuk berkontribusi pada perusahaan. Dia menjawab setiap pertanyaan dengan percaya diri dan memberikan contoh konkret tentang kemampuannya. Setelah wawancara selesai, Dirgantara meninggalkan ruang wawancara dengan perasaan puas. Dia percaya bahwa dia telah memberikan yang terbaik dari dirinya dan langsung diterima! Beberapa karyawan mulai mendekatinya terutama para wanita. Mereka terpesona melihat rupa dari seorang Dirgantara. Bahkan, Rosa pun secara blak-blakan mendekatinya dan meminta nomor whatsaapnya. Hanya saja, Dirgantara men
Seiring berjalannya waktu, Reina dan Angga mulai menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Reina dengan kepolosannya dan Angga dengan kerentanannya membuka diri satu sama lain. Mereka menemukan kesamaan dalam mimpi dan aspirasi mereka, dan lambat laun, Angga mulai merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda dengan hubungan mereka.Walau awalnya ragu, Angga terkejut dengan bagaimana Reina mampu melihat kebaikan dalam dirinya bahkan ketika dia tidak bisa melihatnya sendiri. Melalui setiap cerita yang mereka bagikan, setiap senyuman yang mereka berikan, Angga mulai merasakan dirinya terhubung dengan Reina lebih dari yang pernah dia bayangkan."Apakah saya telah jatuh hati padanya?" gumam Angga dalam hatinya."Nanti malam akan aku utarakan perasaan ini. Semoga saja, Reina juga memiliki perasaan yang sama"***Di sebuah kafe yang hangat, Angga menatap mata Reina dengan penuh keyakinan. Dia berbicara dengan jujur tentang perasaannya yang tumbuh untuknya, tentang bagaimana Reina telah mengubah hidu
Reina bersembunyi dibalik pohon besar. Nafasnya terengah-engah berharap Agustina pergi menjauh. Dalam persembunyianya, Reina tidak menyangka bahwa sosok teman yang dianggap baik kini malah menjadi malaikat penyabut nyawa! Rasa kecewa, ketakutan, amarah kini beradu padu. Siapa lagi orang yang bisa Reina percayai? Saat tengah melamun, Reina dikejutkan oleh Agustina yang hampir menusuknya. Untung saja tancapan pisau itu tidak tepat sasaran. Justru malah tertancam d pohon besar yang sempat melindungi Reina dalam persembunyian."Sadar! Tindakanmu sangat berbahaya!" seru Reina, sembari melindungi diri.Agustina tertawa sesaat kemudian menangis sesenggukan. Semua ekspresi di raut wajah Agustina dengan mudah berubah. Reina tidak bisa meminta tpertolongan karena ia sadar disekeliling mereka hanya ada pepohonan besar. Kalaupun berteriak sekencang-kencangnya tidakan ada yang datang menolong. Justru hal itu akan semakin mempermudah Agustina untuk melukainya bila lengah."Apa salah saya sama kamu?
Malam ini Reina telah berpakaian kasual sesuai dengan tempat mana yang akan ia datangi. Melihat Angga tidak ada didalam rumah karena sedang lembur bekerja, hal ini membuat Reina tidak perlu lagi harus sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan oleh suaminya.TokTokTokSuara ketukan pintu terdengar dengan jelas. Reina membuka pintu dan rupanya Bik Surti telah ada didepan mata, "Eh Bik Surti, ada apa Bik?" tanya Reina."Anu Buk, ada tamu" ujar Bik Surti.Reina langsung menebak siapa yang datang ke rumah dan agar tidak ingin berlama-lama, Reina meminta Bik Surti untuk memberitahukan pada tamu untuk menungguinya sebentar. Bik Surti mengiyakan dan bergegas turun ke lantai bawah. Sesampainya di ruang tamu, Bik Surti langsung menyampaikan pesan tersebut.Terlihat, Agustina mengangguk pelan sambil matanya sesekali melirik ponsel yang ia pegang."Sambil menunggu Buk Reina, anda mau dibuatkan minuman apa?" tanya Bik Surti."Tidak perlu, Saya sudah minum jus di kafe" selaras dengan itu, Reina pun da
“Ibu Reina, Pinka mau mengajak Ibu Reina ke Australia bareng sama nenek dan Pinky. Apa ibu Reina mau ikut?” tanya Pinka.“Tidak bisa. Ibu ada urusan di Indonesia, kamu sama Pinky jangan nakal-nakal ya , sekolah yang rajin agar mama Yuna bahagia" ujar Reina.Mereka harus berpisah ke bandara. Meskipun Reina bukanlah ibu kandungnya namun tetap saja ia merasa kehilangan. Berusaha tersenyum dan melambaikan tangan ketika kedua bocah itu telah masuk. Angga juga melambaikan tangan namun lebih terlihat tenang.“Apa wanita itu dapat kamu percaya?” tanya Reina pada Angga.“Tentu, dia adalah kakak angkat ku dan menjadi orang terpercayaan” sahut Angga.Reina menunduk lalu mengangguk. Angga mengajaknya pulang seusai pesawat telah terbang. Reina mengikuti Angga dari arah belakang dengan perasaan yang masih bersedih.Sekarang, mereka hanya berdua di rumah yang sangat besar dan mewah. Pembantunya pun hanya tinggal Bik Surti saja. Sementara pak satpam memilih berhenti bekerja karena sudah sakit-sakitan
“Rosa, kenapa kau terlihat lesu seperti itu?” “Iya, Nih.... Apa ada masalah?”Begitulah beberapa pertanyaan yang Rosa dengar dari rekan kerjanya. Mereka merasa ada hal lain dengan wajah Rosa. Disamping Risa, Agustina juga mendengar namun ia memilih untuk tidak berbicara. Terlihat dari Rosa yang mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.“Kemarin malam aku insomnia. Lalu aku tidak bisa tidur dan rasanya lelah sekali” ujarnya.Dijunjung pintu, terlihat Angga dan Centini berjalan berdampingan. Sontak membuat mereka bersiap-siap untuk menyambut mereka dengan ramah. “Selamat Pagi, Pak angga”“Selamat Pagi, Buk Centini”Angga dan Centini membalas sapaan mereka dengan senyuman hangat. Lalu Angga memerintahkan mereka untuk untuk bersiap-siap karena perusahaan mereka akan didatangi oleh CEO ternama yang akan membahas hubg kerjasama dengan perusahaan Hanum. Mendengar hal itu, sontak membuat Rosa terkejut. Ia lupa membawa berkas penting dan masih berada didalam rumahnya!“Ingat, persiap
Regan, seorang pria muda yang penuh kasih, menemukan bahwa pacarnya yang tercinta telah meninggal dunia karena ulah Rosa dan Agustina. Kematian pacar Regan ini mengguncangkan hatinya dan membuatnya penuh keputusasaan. Tangannya bergetar hebat ketika menonton sebuah video panas kekasihnya. “Rosa, Agustina! Kalian harus dipenjara!!!” Regan segera mencari kontak WhatsApp dengan harap ia dapat menemukan nomor satu kedua pelakunya. Sayangnya Intan tidak menyimpan nomor WhatsApp dari keduanya, "Aku tidak boleh menyerah begitu saja, aku harus ke kantor mereka hari ini juga–”Regan menaiki sepeda motor matic yang tadi sempat ia bersihkan. Dengan terburu-buru, ia sampai tidak berpamitan kepada ibunya yang terbaring lemah diatas tempat tidur. Ya, ibunya sedang sakit lumpuh dan tidak bisa beraktivitas normal seperti sediakala. Air matanya terus berjatuhan seiruga dengan cepatnya laju kendaraan. Ia hanya ingin bertemu mereka secara mungkin.Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya sampai jug
Dirgantara yang berdiri di puncak menara tinggi, melihat ke langit yang luas. Matahari terbenam dengan cahayanya yang memancar, mengecat langit dengan warna oranye kemerahan yang memukau. Di tengah keindahan alam itu, Dirgantara memandangi sapu tangan yang diberikan oleh wanita asing yang tadi ketinggalan dirinya. Sapu tangan itu terikat erat pada tangannya, menjadi sebuah kenangan dari pertemuan yang singkat namun selalu terdapat di relung hatinya. Dalam keheningan, Dirgantara merenungkan arti dari hadiah tersebut, mencoba menghubungkan jejak-jejak takdir yang mengaitkan mereka berdua. Apakah ini pertanda dari alam ataukah hanya kebetulan belaka? Hanya waktu yang akan menjawabnya.“Sapu tangan ini? Aku akan mengembalikannya” gumam pemuda yang bernama Dirgantara.Dirgantara, merupakan putra dari pasangan pengusaha ternama. Ayahnya bernama Darwin dan Ibunya bernama Isabella. Kedua-duanya sama-sama terjun kedalam bisnis yang sudah mencetuskan banyak brand ternama. Terlahir dari keluarg
“Yuna, kamu lihat aku! Kamu harus kuat demi aku!” pinta seorang wanita muda yang terlihat begitu gelisah. Terlihat seorang wanita cantik tengah terbaring di atas tempat tidur dalam keadaan lemah dan pergelangan tangan kirinya tertancap selang infus. “Aku sudah tidak tahan lagi menahan rasa sakit di sekujur tubuhku dan rasanya umurku tidak akan lama lagi …” lirih wanita yang terbaring tersebut. “Kamu ini ngomong apa sih Yun? Aku tidak suka kamu bicara yang tidak-tidak!” seru Reina. “Reina, terimakasih karena selama ini kamu telah sabar menemani aku yang sakit-sakitan ini. Disaat temanku yang lain menghilang dan menyerah, hanya kamu saja yang masih setia berteman denganku. Reina, aku boleh minta sesuatu sama kamu?” tanya Yuna pada Reina. Reina mengangguk lalu bertanya, “Katakanlah, Yun, akan aku kabulkan,” ujar Reina sambil terisak. Yuna tersenyum, berusaha mengumpulkan tenaga untuk meraih tangan Reina di dekat dirinya. Raut wajahnya terlihat begitu serius yang membuat Reina menjad
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments