Share

Bab 9. Musibah

Hari demi hari berlalu Nabilah dan Robin semakin dekat, tentu hanya sebagai teman saja. Mereka sudah mulai terbuka satu sama lain. Mulai dari hobi sampai kehidupan pribadi.

"Masa sih Abang belum punya pacar?" tanya Nabilah pada suatu malam.

"Iya benar, tapi kalau teman dekat ada. Seperti Sita yang kamu lihat di kampung Rantau. Dia kerja di pengepul juga jadi admin," jawab Robin apa adanya.

Nabilah kembali bertanya, "Kalau ada perempuan yang diam-diam suka sama Abang bagaimana?" Sebenarnya ia ingin mencari tahu siapa wanita yang datang menemuinya tempo hari.

"Ya nggak apa-apa, tapi kayaknya nggak mungkin deh. Siapa yang mau sama Abang sudah miskin, jelek dan masa depan pun suram," jawab Robin merendah. "Jangan-jangan Bilah suka ya sama Abang?" tanya pria itu yang membuat istrinya tampak tercengang.

Nabilah menjawab dengan jujur, "Iya, Bilah kagum sama Bang Robin yang suka berbagi dan bisa dekat sama anak-anak. Jarang sekali seorang preman bisa seperti itu."

"Jadi Nabilah cuma kagum sama Abang?" tanya Robin yang dijawab anggukkan kecil oleh Nabilah. "Kalau kriteria calon suami Nabilah seperti apa?" Ia kembali bertanya.

"Pria itu tidak mesti kaya atau tampan, tapi harus bisa menjaga tutur kata, emosi, terutama salatnya." Nabilah memberikan jawaban sederhana, tetapi bermakna dalam.

Robin tampak mengangguk mendengar jawaban dari Nabilah. "Misal ada seorang preman, tapi dia rajin salat. Nabilah mau menerimanya sebagai suami?"

"Kenapa nggak, tapi itu hanya keinginan saja karena jodoh yang sesungguhnya sudah ditentukan oleh Allah. Siapa dan bagaimana pun pria itu, Bilah akan menerimanya dengan ikhlas," jawab Nabilah kembali.

"Abang doakan Bilah dapat suami yang baik, tampan, kaya dan soleh!" ujar Robin menimpali.

Nabilah tertawa kecil seraya berkata, "Aaminn, tapi jaman sekarang Cinderella mana ada. Oh ya Abang asli orang mana sih sebenarnya dan masih punya keluarga nggak?" tanya gadis itu penasaran.

Robin tahu Nabilah sedang mencoba mengenal dirinya lebih jauh lagi. Ia kemudian menjawab dengan jujur, "Abang asli orang Surabaya, tapi sudah lama merantau ke Jakarta. Orang tua masih ada, kalau Bilah mau kenal sama mereka. Berarti harus mau jadi istri beneran Abang."

"Eh ...." Nabilah tampak terkejut mendengarnya.

"Becanda, tidur yuk kamu sudah ngantuk kan!" ajak Robin yang dijawab anggukan oleh Nabilah.

Malam kian merambat jauh dan waktu telah menunjukan pukul satu dini hari. Di mana orang-orang sedang tidur dengan nyenyak, Nabilah sudah terjaga. Ia memang sudah terbiasa melakukan salat tahajud. Baru saja selesai melakukan salat sunah itu, tiba-tiba Robin keluar dengan wajah yang tegang.

"Bilah, ayo kita ke rumah Bapak!" ajak Robin yang membuat Nabilah terkejut.

Dengan panik Nabilah bertanya, "Ada apa Bang?"

"Pengepul kebakaran, sepertinya Abang akan lama di kampung rantau. Kamu lebih baik di rumah Bapak dulu ya!" jawab Robin yang dijawab anggukan oleh Nabilah.

Setelah mengunci semua pintu, Robin dan Nabilah menuju ke rumah Pak Jamal.

Sementara itu di kampung Rantau, api berkobar cukup besar. Melahap apa pun yang ada di tempat pengepul. Banyaknya barang-barang yang mudah terbakar membuat si Jago merah kian perkasa. Untungnya tidak merambat ke rumah warga di sekitarnya karena sekeliling tempat itu sudah di pagar oleh seng. Entah berapa kerugian yang harus ditanggung oleh pemilik pengepul itu.

Namun, para warga yang tinggal disekitar tempat itu langsung menyelamatkan diri sambil membawa harta benda mereka. Padahal sudah bertahun-tahun belum pernah ada kejadian seperti ini.

Sementara itu pemadam kebakaran yang dihubungi kesulitan untuk menjangkau wilayah itu karena kecilnya jalan dan berada jauh dari jalan raya. Bahkan ketika Robin sampai di tempat kejadian, api itu belum juga ada yang memadamkan.

"Semua habis," ujar Tigor ketika Robin sampai. "Aku dan beberapa orang yang sedang tidur tiba-tiba bangun dan kaget melihat api sudah besar," ujarnya menceritakan.

"Kecil kemungkinan kebakaran ini karena korsleting listrik. Pasti ada yang sengaja membakarnya," tebak Robin sambil memandangi kobaran api.

Tigor memberikan pendapatnya, "Aku juga berpikir seperti itu jahat sekali, apa mereka tidak mikir berapa orang yang menggantungkan rezekinya di tempat ini."

"Hemm, aku yakin sekali pelaku ada hubungannya dengan Nabilah. Ternyata orang itu menyerangku terlebih dahulu," batin Robin berdasarkan feelingnya.

"Bagaimana bisa mendapatkan duit, kalau semua omset kita habis?" ujar Tigor dengan lemas.

"Itu urusanku, kau pantau saja terus kasus ini. Nanti kalau api sudah padam, selidik sumbernya. Semoga kita mendapatkan petunjuk!" seru Robin yang akan turun tangan langsung mengusut kebakaran ini.

Tiba-tiba Supri datang sambil naik motor menyusul Robin. Ia kemudian memberitahu, "Bang Robin, kontrakan Abang dirusak sekelompok orang. Warga tidak ada yang tahu siapa pelakunya!"

"Sial," umpat Robin yang segera meninggalkan tempat itu. Ia tidak menyangka akan mendapatkan serangan tak terduga dari dua arah sekaligus.

BERSAMBUNG

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status