Share

Bab 8b. Berdua Denganmu

"Biasa, pada minta traktir es potong," jawab Robin menatap Nabilah, "Oh, iya. Bagaimana perut kamu masih sakit, kalau dibuat jalan kuat nggak? Abang lupa bawa motor."

"Cuma mules dikit kok, nggak apa-apa kalau buat jalan," jawab Nabilah sambil mengangguk.

Mereka kemudian jalan beriringan sambil bercakap-cakap.

"Kalau boleh tahu kenapa Bang Robin suka jalan kaki?" tanya Nabilah penasaran.

"Pak RT mempercayakan keamanan kampung ini sama Abang. Dengan jalan kaki Abang bisa melihat situasi dan kondisi warga serta lingkungan setiap hari!" jawab Robin sambil memberikan alasannya.

Nabilah kembali bertanya, "Keamanan kampung Rantau juga Abang yang pegang?"

"Nggak, Abang cuma jaga pengepul saja." Robin memberikan jawaban apa adanya.

"Terus kenapa para preman waktu itu takut sama Abang?" Nabilah terus mencari tahu.

"Di sana siapa yang terkuat dia akan disegani. Kebetulan mereka belum ada yang bisa mengalahkan Abang," jawab Robin kembali.

Tiba-tiba pembicaraan mereka terhenti ketika mendengar anak kecil menangis. Robin langsung mencari sumber suara dan menemukan seorang bocah laki-laki berusia empat tahun sedang sesenggukan di pinggir jalan.

"Kenapa?" tanya Robin sambil menyeka air mata bocah itu.

Dengan polos bocah itu pun menjawab, "Mau jajan."

"Sudah makan?" tanya Robin yang dijawab anggukan oleh anak itu. Ia kemudian menggendong bocah itu dan membawanya ke warung. "Kamu mau jajan apa?"

"Susu kotak sama biskuit coklat," jawab anak itu dengan mata yang berbinar. Setelah mendapatkan jajanan bocah itu langsung berlari pulang.

Sementara itu Nabilah tampak tersenyum melihat Robin yang sangat dekat dengan anak-anak.

"Nabilah juga mau jajan atau ingin makan apa hari ini?" tanya Robin sambil mendekati istrinya.

"Nggak mau jajan, tapi makan soto ayam kayaknya enak Bang," jawab Nabilah sambil berjalan.

Robin langsung menyetujui usul Nabilah dan mengajak, "Ya sudah, di depan ada jual soto ayam enak kita makan di sana yuk!"

Setelah sampai di warung penjual soto, mereka kemudian memesan dua porsi dan minumnya es kelapa muda. Tidak lama kemudian dua soto ayam sudah tersedia. Robin dengan lahap menyantapnya, tetapi tidak dengan Nabilah.

"Bang, kok soto Nabilah rasanya aneh. Kira-kira kurang apa ya? Cobain deh!" Nabilah bertanya sambil mengarahkan sendok ke mulut Robin.

Robin mencicipi dan berkata, "Kurang jeruk nipisnya sama garam sedikit!"

Nabilah segera menambahkan kedua bahan itu. Sehingga soto ayamnya terasa jadi lebih lezat. "Bang, bagaimana mulai sekarang kita berteman. Jadi kalau nanti kita berpisah, masih tetap berkawan," usul gadis itu yang ingin menjalin hubungan baik dengan Robin.

"Abang setuju, jadi kita nggak perlu merasa sungkan menjalani pernikahan ini bukan?" sahut Robin yang dijawab anggukan oleh Nabilah.

"Sebagai teman boleh nggak Bilah tahu. Kenapa Bang Robin brewokan, soalnya preman-preman di kampung Rantau tidak ada yang seperti Abang?"

Robin langsung memberikan jawaban, "Karena kalau nggak brewokan nanti semua gadis kampung Rantau sama Santri pada jatuh cinta sama Abang, terutama Neng Bilah!"

"Mana ada," jawab Nabilah dengan pipi yang bersemu merah. Jujur ia penasaran sekali dengan tampang Robin yang polos tanpa brewok.

Robin pun tersenyum melihat sikap Nabilah yang jadi salah tingkah. Menurutnya gadis itu terlihat lebih cantik ketika sedang malu.

Sementara itu di tempat lain, seseorang tampak geram melihat sebuah foto-foto yang baru di terimanya. Di mana terlihat Nabilah sedang berjalan berdua sama Robin. Sampai mereka makan dan menyuapi.

"Kurang ajar, kalau begini terus lama-lama mereka bisa jatuh cinta. Aku akan semakin sulit untuk memisahkan keduanya," gumam orang itu dengan tatapan tidak suka.

Orang itu kemudian berpikir keras untuk menyusun sebuah rencana. Akhirnya ia tersenyum karena menemukan sebuah ide!

"Aku tahu bagaimana membuat mereka secepatnya berpisah," gumamnya sambil menyeringai penuh kelicikan.

BERSAMBUNG

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status