Share

Air Mata di Ujung Surat

Namun sebelum ia bisa melanjutkan, Ibu Anisa yang menyadari arah pembicaraan Adrian segera menyentuh lengannya. Ia menggenggam tangan Adrian dengan erat dan menggelengkan kepala pelan. Matanya menatap Adrian dengan peringatan halus, seolah berkata bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan hal tersebut.

Adrian terdiam sejenak, pandangannya bertemu dengan mata ibu mertuanya yang penuh kekhawatiran. Dia mengerti maksud isyarat itu. Saat ini, Anisa masih terlalu lemah, baik fisik maupun emosional. Mengatakan hal ini sekarang hanya akan memperparah kondisinya.

"Mas... ada apa?" tanya Anisa, suaranya penuh kecurigaan dan rasa ingin tahu. "Apa yang ingin kamu katakan?"

Adrian menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan ketegangan di dalam dirinya. “Nanti saja, Anisa. Setelah kamu pulih. Ini tidak sepenting kesehatanmu sekarang,” jawab Adrian, berusaha sebaik mungkin terdengar tenang meskipun hatinya bergejolak.

Anisa mengerutkan kening, merasa curiga. Dia bisa merasakan bahwa a
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status