Share

Suami yang kukira cupu ternyata suhu.
Suami yang kukira cupu ternyata suhu.
Penulis: Bunga Peony

1. Bukti dari ipar.

“Ada apa, Mbak? Kenapa Mbak ngajak aku ngobrol di sini. Di sini banyak nyamuk Mbak. Kenapa tidak di dalam saja?” tanyaku dengan dahi yang berkerut karena bingung.

Aku yang sedang duduk di ruang TV tiba-tiba di panggil dan diajak Kakak iparku ini ke arah taman belakang yang sunyi.

Diantara semua tempat, entah kenapa dia mengajakku duduk di taman belakang dekat kolam renang.

Raut wajah istri kakak iparku ini tampak begitu aneh. Kedua tangannya saling bertaut dan meremas. Matanya liar menatap ke kiri dan ke kanan seakan takut pada sesuatu atau mungkin lebih tepatnya pada seseorang, mungkin.

Vina panduwinata, nama yang indah tersemat di dirinya. Katanya, orang tuanya dulu sangat suka dengan penyanyi tersebut. Berharap anaknya bisa mengikuti jejak sang idola.

“Ada yang ingin Mbak sampaikan sama kamu, El. Tapi kamu harus percaya sama Mbak. Mbak gak akan mungkin membohongimu. Mbak mohon untuk sekali ini saja, kamu harus percaya sama Mbak sebelum semuanya terlambat,” bisiknya pelan.

Seperti takut kedengaran dengan orang. Padahal siapa juga yang akan mendengar percakapan kami sekarang. Jika tempat kami duduk saja sudah sangat jauh dan mojok dari kerumunan. Aku jadi semakin heran.

“Memangnya ada apa Mbak. Katakan saja!”

Mbak Vina mengeluarkan ponsel dari saku roknya dengan ragu-ragu. Menekan-nekan layar benda pipih itu lalu menyodorkannya padaku.

Mataku membulat dengan sempurna. Merasa tak puas dan tak ingin salah melihat, takut penglihatanku yang kurang baik. Aku merampas benda pipih itu. Menerangkan layar dan melihatnya secara dekat.

Degh.

Jantung ini seakan berhenti berdetak dan teremas sakit. Satu tanganku menutup mulut dan satu tangan lagi memegang ponsel itu dengan erat

Andai aku tak sadar jika benda pipih seharga 2 juta yang kupegang ini, di dapatkan Mbak Vina dengan susah payah, mungkin sudah aku jatuhkan ke lantai dan menginjaknya.

“Apa maksud semua ini, Mbak? Mbak dapat dari mana foto ini?” tanyaku dengan cukup lantang setelah yakin dengan apa yang aku lihat. Rahangku mengeras seraya menatapnya tajam.

Foto Mas Galuh sedang duduk dengan seorang wanita seksi. Bukan hanya duduk, tapi mereka saling berciuman mesra layaknya sepasang kekasih yang sedang memadu asmara. Membuat darahku mendidih melihatnya.

Aku tak dapat melihat dengan jelas wajah wanita itu, karena wajahnya sedikit tertutup dengan rambut dan wajahnya sedikit miring, hingga menampilkan wajah Mas Galuh dengan jelas.

Apalagi foto ini diambil dari samping. Namun tautan bibir mereka berdua dan rangkulan mesra Mas Galuh di pinggang wanita itu, sudah menjelaskan keintiman yang akan mereka lakukan selanjutnya.

Hatiku sangat meradang, reflek kuusap perutku yang masih rata. Aku baru saja berbahagia dengan kabar kehadiran anak yang sudah aku tunggu selama tiga tahun pernikahan kami. Kini kebahagiaanku rusak dengan sebuah foto yang mengoyak hati.

“Ssttt, jangan keras-keras ngomongnya, El. Nanti kedengaran mereka yang di dalam!”

Mbak Vina terlihat panik. Satu jari ia letakkan di depan bibir sebagai kode padaku.

“Jawab pertanyaanku Mbak, apa maksud dari foto ini. Apa ini asli? Mbak dapat dari mana?” cecarku menekan seluruh kata yang keluar dari mulutku.

Amarahku mulai membara sampai ke ubun-ubun. Hati istri mana yang tak sakit melihat suaminya bercumbu mesra dengan wanita lain. Walau hanya dalam selembar foto. Namun hanya sejenak, karena sedetik kemudian otakku mulai berpikir. Aku menyakinkan diri jika foto yang aku lihat ini bukanlah foto asli.

Zaman yang begitu canggih seperti ini tentunya sangat mudah untuk mengubah sebuah foto menjadi wajah orang yang diinginkan. Untung saja aku bukan tipe wanita yang mengedepankan emosi daripada logika.

Mana mungkin suamiku yang selalu bersikap baik dan tak pernah melakukan tindakan apa pun yang mencurigakan. Tiba-tiba selingkuh di belakangku seperti ini. Aku tak dapat mempercayai semua bukti ini. Bisa saja ini hanya rekayasa. Yah ... aku yakin seraya menggelengkan kepalaku pelan.

“El, aku tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan secara detail semuanya padamu. Mbak tidak bermaksud merusak rumah tanggamu. Ataupun menyakiti perasaanmu. Tapi Mbak kasihan padamu ditipu mentah-mentah seperti ini. Terkadang seseorang bisa tampak begitu baik padamu, karena apa yang kamu miliki saat ini. Orang terdekat pun bisa berubah menjadi belati tajam yang menusukmu dari belakang. Jangan mau menjadi wanita bodoh yang mudah diperdaya, El!”

“Nggak! Aku nggak percaya semua ini. Isi semua pasti foto editan, kan! Aku salah apa sih, Mbak, sama kamu?! Sampai-sampai kamu harus repot-repot begini untuk membuat rumah tangga aku berantakan. Oh … aku tahu, kamu pasti iri, kan! Karena Mama lebih sayang padaku ketimbang kamu,” tukasku padanya cepat.

Aku bukan wanita yang gampang dihasut hanya karena selembar foto begitu saja.

Mbak Vina terkesiap, dia tampak terkejut dengan apa yang aku katakan. Mungkin dia tak menyangka aku akan merespon seperti ini. Apa dia berharap aku akan marah-marah sambil menangis histeris serta memaki suamiku karena merasa disakiti dan di tipu?

Lagian apa yang aku katakan pun memang benar begitu kenyataannya. Mama mertua lebih sayang padaku. Buktinya, setiap aku berkunjung ke rumah ini, aku tak pernah diperlakukan layaknya babu seperti Mbak Vina.

Mbak Vina kini terkekeh. “Aku sudah menebak kamu akan merespons seperti ini, hanya saja ku tak mengira selain bodoh ternyata kamu juga naif ya, El. Aku berniat baik padamu, tapi kamu justru menuduhku. Sekarang terserah padamulah, mau percaya syukur. Nggak juga tak masalah, toh … hidup itu juga kamu yang jalani!”

“Aku yakin Mas Galuh tak seperti itu. Mas Galuh selalu bersikap baik dan lembut padaku. Kalau Mas Ridho mungkin aku percaya, buktinya dia selalu diam saja saat Mama memperlakukan kamu tak manusiawi. Mas Ridho seakan tampak tak ada sayangnya samamu Mbak. Mungkin yang harus curiga dan hati-hati disini tuh kamu, Mbak!” balasku.

Aku menjelaskan argumenku tentang rumah tangganya yang tampak aneh dimataku.

“kamu—”

“Vina! Dimana kamu, kesini sebentar!” sebuah panggilan langsung memotong ucapannya.

Tubuh Mbak Vina menegang, kedua tangannya saling meremat dengan keringat dingin yang muncul di dahi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status