Share

Bab 7 - Permintaan Chand yang mengejutkan

Valda membawa pakaian begitu banyaknya dan memberikan semua itu pada Aruna sampai menutupi wajahnya. Tubuhnya yang mungil kesulitan memegangi pakaian sebanyak itu dan Aruna hampir saja terjatuh untung Valda menahannya.

“Kau lemah sekali!” ujar Valda seraya mengambil sebagian pakaiannya.

“Kau dengan tiba-tiba memberikan pakaian sebanyak ini padaku, Aissshhh ...” Aruna mendelik.

Valda memasukkan pakaian-pakaian itu ke dalam ruang ganti dan Aruna masuk.

Ia mencoba setiap pakaian itu. Dress-dress seksi yang Valda pilihkan untuknya. Bahu yang terbuka lebar bahkan sampai belahan dadanya terlihat dengan panjang di atas lutut.

“Pakaian apa ini?” gumam Aruna. Ia keluar dan memperlihatkannya pada Valda sembari menutupi dadanya yang terbuka membuatnya tidak nyaman.

“Itu tidak cocok untukmu!” cetus Valda.

Aruna kembali masuk dengan kesal dan mengganti dengan pakaian lainnya. Keluar masuk dengan pakaian gonta ganti dan Valda selalu mengatakan tidak cocok.

“Aku sudah mencoba semua bajunya dan kau bilang semuanya tidak cocok. Aku capek iiih ...” keluh Aruna dengan wajah cemberut.

Valda kembali berkeliling dan mendapatkan mini dress berwarna hitam bagian bahu tertutup.

“Ini coba lagi!” Valda menyodorkannya.

“Ini yang terakhir, aku tidak mau mencoba baju lagi!” Aruna mengambilnya dengan ketus.

Menunggu beberapa saat dan akhirnya Aruna keluar.

Dress cantik membalut tubuhnya yang ramping. Terlihat pas dan cantik tidak berlebihan, tapi tidak sederhana juga.

Valda bangkit dari duduknya dan tersenyum tipis.

“Ya ini lumayan!”

“Lumayan ... lumayan ...” gerutu Aruna kesal.

“Sekarang kita pergi untuk menemui orang tuaku,” ujar Valda.

“Acara apa?” tanya Aruna. Ia mengikuti langkah Valda yang pergi menemui pemilik butik.

“Acara makan malam saja, nanti kau jangan lupa mengaku jadi pacarku dan bersikap manislah!” jawab Valda.

“Oke ... aku akan bekerja dengan baik!” ucap Aruna.

Setelah pamit pada pemilik butik, mereka pergi ke restoran yang sudah Chand kabarkan. Disana sudah ada Haris yang menunggu mereka.

“Kau amati dari sana, saat aku membutuhkanmu akan mudah memanggil.” Tunjuk Valda pada meja di ujung kanan.

Haris mengangguk dan berlalu pergi.

“Apa kau selalu pergi kemana pun bersama Haris?” tanya Aruna.

“Tentu saja, dia asisten pribadiku!” jawab Valda.

“Termasuk persoalan pribadi?” tanya Aruna.

“Tidak perlu banyak tanya. Nanti kau bisa mengatakan kalau dirimu anak pengusaha besar dan orang tuamu mengurus bisnis di luar negeri,” ujar Valda.

“Aku tidak mau berbohong! Jawab jujur saja ...” ucap Aruna menolak.

“Katakan saja sesuai perintahku! Mereka datang ...” ujar Valda.

Chand dan Defria tiba dengan heran karena melihat Valda datang bersama Aruna. Padahal Mereka mengundang relasi Chand dan membawa putrinya.

“Kau apa-apaan membawa perempuan ini?” tegur Defria.

“Valda ... kau mau cari masalah?” timpal Chand.

Aruna hendak mencium tangan orang tua Valda, tapi mereka mengabaikannya. Ia menarik tangannya kembali dan menyapanya dengan sopan membungkukkan badannya.

“Selamat malam, om, Tante ...” ucapnya.

Seperti bukan pura-pura, di abaikan rasanya tidak enak.

“Papa Mama jangan seperti itu pada Aruna!” ujar Valda.

“Kau tahu malam ini akan ada pertemuan dengan paman Alex dan putrinya dan kau malah membawa perempuan ini?” ungkap Chand seraya menunjuk Aruna.

Aruna mendengar apa yang mereka bicarakan.

“Oh Valda membawaku kemari untuk menolak perjodohan. Hmmm dasar!” batin Aruna.

“Aku sudah mengatakan berkali-kali tidak mau di jodohkan. Aku punya pacar, Aruna ...” jelas Valda.

“Kau ini benar-benar! Lihatlah, Pama Alex tiba dengan putrinya ...” ujar Chand lalu ia pergi menyambutnya.

Valda duduk di samping Aruna dan menggenggam tangannya agar meyakinkan semua orang.

Aruna melihat tangannya lalu menatap Valda. Perasaannya menjadi aneh dan tangannya terasa dingin.

Suasana menjadi canggung, semua orang sudah duduk setelah saling menyapa.

Alex sudah memfokuskan diri pada Valda dan Aruna yang begitu dekat. Itu membuatnya bertanya-tanya.

“Apakah ini ada yang salah? Kau mengatakan akan menjodohkan anak kita, tapi anakmu punya perempuan lain. Bagaimana ini?” ujarnya.

“Sebelumnya maafkan aku, ini di luar apa yang aku harapkan—“ Chand tidak bisa bicara banyak.

“Haaa ... ini penghinaan bagiku!” ucap Alex.

“Tunggu, bukan maksud kami seperti itu. Ya, kami akui kami yang salah, tapi mohon maafkan kami ...” timpal Defria.

Walaupun perjodohan tidak terjadi, hubungan relasi baik tidak boleh putus begitu saja.

“Dia sudah ada perempuan lain, memangnya aku perempuan apa, pa. Ayo pergi! Untuk apa disini memalukan.” Anak perempuan Alex melengos pergi meninggalkan meja.

“Aku tidak terima putriku di permalukan seperti ini. Hubungan bisnis kita berakhir sampai disini, perusahaanku tidak akan pernah mengambil kain dari pabrikmu lagi! Nanti akan aku kirimkan berkas pembatalan kerja samanya,” pungkas Alex seraya berlalu pergi.

Chand bangkit dari duduknya mengejar Alex.

“Lihatlah apa yang kamu lakukan!” ujar Defria pada Valda.

“Kenapa Mama menyalahkanku?” ujar Valda.

“Gara-gara kamu menolak perjodohan tadi, pak Alex membatalkan kerja samanya. Pasti Papa akan marah padamu!” jelas Defria.

Aruna merasa bersalah, tapi melihat Valda dia tidak terlihat berdosa. Tetap santai dan datar dengan sedikit senyuman tersungging di bibirnya.

“Aku sudah banyak mendatangkan client dan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar. Kehilangan satu relasi akan aku ganti puluhan relasi lainnya!” sombong Valda.

“Kau ini benar-benar keras kepala sama dengan Papamu!” cetus Defria merengut.

Aruna hanya diam menyimak mereka bicara dan menggelengkan kepala melihat Valda yang bersikap sombong.

Defria mendelik pada Aruna tidak menyapanya sama sekali. Aruna melempar senyuman pun di abaikannya.

Valda melihat itu dan menggenggam erat tangan Aruna. Ia bersikap seperti kekasih sungguhan pada umumnya.

“Santai saja!” bisik Valda.

Aruna mengangguk dan tersenyum.

Tidak lama kemudian, Chand kembali dengan wajah maramnya. Valda tahu kalau Papanya itu sangat marah.

“Ini semua gara-gara dirimu! Alex pergi dan membatalkan kerja sama yang sudah terjalin dari lama,” ujarnya.

“Satu relasi hilang akan aku datangkan puluhan relasi lainnya!” cetus Valda santai.

Chand hanya diam, memang tidak dapat di pungkiri kalau Valda mampu melakukan itu. Banyak relasi yang datang karena Valda.

“Sudahlah, jangan jodoh-jodohkanku dengan siapapun lagi. Aku sudah punya pacar dan Aruna orang yang aku cintai!” jelas Valda seraya mengeratkan genggamannya.

Aruna hanya diam menunduk. Merasa tidak enak, tapi ini harus ia lakukan.

“Kau selalu mengatakan tidak percaya cinta? Sejak kapan kau berubah?” ujar Chand.

Valda menatap Aruna dengan tersenyum seraya berkata, “semenjak aku bertemu dengan Aruna. Aku percaya lagi dengan cinta dan aku sangat mencintainya!”

Aruna baru pertama kali ini menyaksikan seorang pria mengatakan hal seperti ini secara langsung kepadanya. Hatinya jadi bergetar dan tangannya terasa dingin. Ia terbawa perasaan.

“Memang dia siapa? Anak siapa? Bisa-bisanya seorang Valda luluh,” cetus Chand.

“Dia—“ Valda bicara terjeda karena Aruna menarik tangannya.

“Saya bukan siapa-siapa, hanya orang biasa dan kedua orang tuaku sudah meninggal,” cetus Aruna jujur.

Valda mengernyitkan dahinya menatap Aruna karena ia tidak mengatakan apa yang di suruhnya.

“Kau anak yatim piatu?” tanya Chand.

Aruna mengangguk.

Chand menatap Valda penuh amarah. “Bisa-bisanya kau memilih perempuan seperti ini? Apa kau tidak berpikir panjang?” cercanya.

Valda melepaskan nafas berat, ia kesal pada Aruna karena tidak bicara sesuai apa yang di katakannya. Akan tetapi, dirinya harus membela Aruna di hadapan Chan dan Defria.

“Itulah cinta, tidak pandang kasta atau rupa. Pokoknya aku tidak ingin di jodoh-jodohkan lagi dengan siapa pun dan untuk kali ini Papa tidak bisa memisahkan kami!” jelas Valda.

“Om, Tante, maaf karena diriku kalian bertengkar dengan Valda. Ya, aku sadar mungkin diriku tidaklah setara dengan kalian. Tetapi cinta kita sudah bersatu, aku harap kalian mengerti.” Aruna mengikuti dramanya.

Defria mendelik dan tidak ingin bicara dengan Aruna begitu pun Chand yang mengabaikannya.

“Valda ... kau harus mendengarkan Papa. Atau—“

“Atau apa?” Valda memotong pembicaraan Chand. “Papa mau mengancamku mencelakai Aruna atau akan mencoretku dari daftar warisan? Atau menendang ku dari perusahaan? Silahkan!” sambungnya santai.

Chand hanya terdiam, ia tidak mungkin melakukan itu. Menendang Valda sama saja menghancurkan perusahaannya sendiri. Banyak perusahaan pesaing yang iri karena adanya Valda.

“Aku tidak mau di jodoh-jodohkan lagi!” tegasnya.

Valda bersikap santai, ia tahu kalau dirinya adalah aset berharga bagi perusahaan. Chand tidak akan mungkin menendangnya. Kalau pun itu terjadi, ia tidak akan kesusahan atau menjadi gelandangan.

Dari pengalamannya terdahulu selalu di ancam akan di tendang, ia mulai membangun bisnis sendiri. Dari mulai tempat gym, penyewaan lapangan olahraga dan penyewaan gedung serbaguna.

Chand mengatur nafasnya. “Kalau begitu kalian secepatnya menikah!” cetusnya.

Itu membuat Valda dan Aruna terkejut. Valda tidak berpikir kalau Chand akan putus asa seperti itu dan memintanya menikah dengan Aruna. Mereka saling melihat dan itu tidak ada dalam skenario.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status