Share

Bab 3 - Pacar pura-pura

“Ya itu maksudku, pekerjaan untukmu.”

Aruna mengernyit tidak mengerti dengan apa yang Valda katakan.

“Aku akan memberikanmu pekerjaan sebagai pacar pura-puraku. Bagaimana?” ujar Valda.

“Tidak ... tidak ...” Aruna tegas menolaknya.

Ia bangkit dari duduknya dan hendak pergi mendekat pada pintu.

“Tunggu ... kau akan mendapatkan bayaran yang besar. Apa kau tidak butuh uang?” tanya Valda.

Aruna menghentikan langkahnya.

“Bayaran yang besar? Apa aku ambil saja tawarannya, toh hanya pacar pura-pura saja. Kalau sekarang aku pergi, akan pergi kemana? Tidak mungkin aku pulang ke rumah dan tanpa uang bagaimana aku bisa hidup di luaran sana. Kalaupun bekerja, akan bekerja apa?” batin Aruna bergelut.

“Cepatlah berpikirnya!” cetus Valda.

Aruna berbalik badan melihat pada Valda.

“Hanya pacar pura-pura saja, kan?” tanya Aruna.

“Ya, hanya pacar pura-pura. Paling beberapa kali menghadiri acara dan jika bertemu orangtuaku setelah itu selesai ...” jelas Valda.

“Benar bayarannya besar?” tanya Aruna.

“Ya, aku tahu kau pasti butuh uang.”

“Ini hanya pacaran pura-pura dan tidak akan lama!” batin Aruna meyakinkan dirinya sendiri.

“Baiklah ... aku setuju, tapi jangan macam-macam padaku, ya ...” ujar Aruna.

Valda mengernyitkan dahinya. “Lagi pula dirimu tidak menarik sama sekali!”

Aruna mendengus kesal.

“Aku akan membayarmu seratus juta. Kau akan tinggal dimana?” tanya Valda.

“Oke seratus juta tidak masalah. Emmmh masalah tempat tinggal aku tidak tahu,” jawab Aruna.

Valda melihat sekitar seraya berkata, “kau bisa tinggal di apartemen ini, jadi saat aku butuh dirimu gampang!”

“Tinggal dengan kalian?” tanyanya menatap Valda dan Haris bergantian.

“Berdua saja. Haris punya rumah sendiri,” ujar Valda.

“Hehh ... tidak-tidak, bagaimana kalau nanti kau apa-apakan aku,” ujarnya seraya menutupi bagian dada dengan tangannya.

“Jangan terlalu percaya diri, aku tidak suka perempuan sepertimu. Tidak menarik sama sekali!" Rambut berantakan, pakaian jelek, wajahmu kusam sekali, badanmu tidak ada bagus-bagusnya!" Terdengar sangat menghina.

“Aisssh ...” Aruna mendengus. Lalu memegangi rambutnya dan mengendus tubuhnya sendiri, ia sadar sangat berantakan karena memang dari kemarin belum mandi.

“Kau bisa tidur di kamar itu.” Tunjuknya pada pintu di sebelah kanan.

Aruna melihat pada arah yang Valda tunjukkan.

“Aku akan pergi ke kantor, kau bisa diam disini ...” ujar Valda.

“Kau percaya meninggalkanku sendirian disini?” tanya Aruna.

Valda menunjuk setiap sudut, terpasang cctv yang canggih.

“Kau paham?” ucap Valda.

Aruna hanya mengangguk. Kemudian Valda berlalu pergi di ikuti oleh Haris dan ia tinggal sendirian. Masuk ke kamar yang Valda tunjukkan dan berkeliling kamar itu dengan kaki yang masih terpincang-pincang.

Pergi ke kamar mandi dan ia ingin mandi, tapi tidak ada baju ganti. Hanya ada bathrobe di dalam lemari lalu ia keluar kamar dan berkeliling di dalam apartemen itu.

Aruna menemukan tempat cuci, lalu ia ada ide. Kembali ke kamar dan melepaskan semua pakaiannya. Ia hanya mengenakan bathrobe lalu mencuci semua pakaiannya, menunggu sebentar lalu mengeringkannya.

“Dengan begini aku bisa membersihkan diri dan memakai baju bersih,” ujarnya senang.

Aruna membersihkan diri, menikmati apa yang ada.

Sementara itu ....

Defria bergegas pergi ke kantor Chand-suaminya. Ia ingin mengabarkan apa yang baru saja di ketahui tentang anaknya.

Mengatakan tidak ingin bicara apa-apa pada Chand, tapi mulutnya begitu gatal ingin bercerita.

“Pa ... Papa ...” Defria tiba-tiba masuk.

“Tumben datang kemari?” tanya Chand.

“Ada hal penting!” ia duduk dengan nafas terengah-engah karena berjalan terburu-buru.

“Ada apa? Aku sedang sibuk.”

“Putra sulungmu!” ujar Defria.

“Kenapa dia?” tanyanya penasaran.

“Tadi aku pergi ke apartemennya dan disana ada perempuan,” ungkap Defria.

“Memangnya kenapa kalau ada perempuan?”

“Valda mengatakan kalau perempuan itu pacarnya. Pasti antara mereka hubungannya sudah sangat jauh, masa pagi-pagi dia sudah ada di apartemen Valda. Pasti perempuan itu menginap ...” jelas Defria.

Chand meletakkan bolpoint-nya lalu bangkit dari duduknya dan pindah ke samping Defria.

“Valda punya pacar?”

Defria mengangguk.

“Kenapa gak Mama larang dan usir perempuan itu. Valda sudah di jodohkan dan tidak boleh punya pacar!” ujar Chand.

“Bagaimana bisa aku mengusirnya, anakmu sama keras kepalanya denganmu!” ujar Defria.

“Ini tidak bisa di diamkan!” cetus Chand.

“Pa, memangnya kapan Valda akan di nikahkan dengan anak sahabatmu? Kasihan juga Valda, dia sudah berusia tiga puluh tahun. Setiap pacaran selalu di larang,” tanya Defria.

“Itulah masalahnya. Aku masih belum bisa menemukan Harsa sekarang berada dimana. Perusahaan yang dulu, sudah bukan miliknya lagi. aku tidak tahu dia pindah kemana," jelas Chand.

“Menurutku lupakan saja perjodohan itu. Lagi pula itu terjadi lima belas tahun yang lalu. Mungkin Harsa sudah melupakannya!” ujar Defria.

“Janji tetaplah janji!”

“Hmmm ... padahal anak teman-temanku banyak yang cantik dan berpendidikan bagus. Bahkan ada yang sudah mempunyai bisnis sendiri,” ujar Defria.

Chand terlihat berpikir, apa yang Defria katakan memang ada benarnya juga. Di umurnya sekarang Valda harus sudah menikah dan mempunyai keturunan.

“Nanti kita bicarakan lagi di rumah. Sekarang pulanglah, aku sangat sibuk ...” ujar Chand.

“hahhh kebiasaan!” ketus Defria seraya melengos pergi.

Di sisi lain ....

Aruna selesai mandi, ia memeriksa pakaiannya dan belum benar-benar kering.

“Sementara aku pakai ini saja dulu, lagi pula tidak ada siapa-siapa disini.” Aruna pergi ke dapur dan membuka kulkas. Ia mencari-cari makanan. Ternyata ia merasa lapar kembali karena makanan yang Valda masak, porsinya sedikit.

“Tidak ada camilan!” gumam Aruna.

Sayuran dan buah-buahan tersedia cukup banyak di dalam kulkas. Kemudian Aruna mengambil satu buah apel mencucinya lalu duduk di kursi makan menikmati apel itu sembari mengompres kakinya yang sakit dengan air dingin.

“Hmmm ... cuman jadi pacar pura-pura, mendapatkan uang dan aku menikmati hidup enak seperti ini. Sekarang aku bebas dari ibu tiriku, saat aku mendapatkan uang dari Valda, aku akan pergi keluar kota dan memulai hidup baru yang sederhana. Aku jadi rindu mami dan papi, kalau mereka masih ada pasti hidupku akan bahagia tidak seperti ini!” gumamnya sembari menikmati apel segigit demi segigit.

Apa yang Aruna lakukan dalam pantauan Valda. Ia melihat cctv dari ponselnya.

“Dia tidak melakukan hal aneh. Sepertinya dia penurut dan gampang di arahkan, dengan begitu akan dengan mudah mengaturnya. Dia hanya pakai bathrobe, kamu pergilah dan ajak dia untuk membeli pakaian. Beli apapun yang dia butuhkan, sekalian belikan dia ponsel juga,” ujar Valda.

“Baiklah.” Angguk Haris. “Kenapa Tuan mau menjadikannya pacar pura-pura dan membayarnya? Anda tampan, banyak uang, perempuan mana yang akan menolak anda?” tanya Haris penasaran.

Ia tahu betul kalau bosnya itu punya pesona luar biasa. Jangankan puluhan perempuan, mungkin ribuan juga akan ngantri untuk menjadi pasangannya.

Kenapa Valda melakukan itu?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status