Share

BAB 2: Tidak Menyangka

Suara sirine ambulance terdengar seiring dengan pergerakan cepat Evelyn membawa Daniel.

Evelyn menutup mulutnya dalam bekapan, menahan tangisan pilunya mendengar suara rintihan Daniel yang kesakitan.

Meski Daniel kini tengah ditangani oleh beberapa tim medis karena mengalami pendarahan dan luka yang cukup parah, sepanjang jalan Evelyn tidak berhenti merapalkan do’a, mengharapkan jika Daniel suamianya akan baik-baik saja.

“Eve..” panggil Daniel menangis ditengah sakit yang harus dia lalui.

“Daniel, ini aku,” isak Evelyn mendekat dan meraih tangannya dengan penuh kehati-hatian.

Bola mata Daniel bergerak pelan, bibirnya yang pucat sedikit terbuka menarik napas dengan kesulitan. Seluruh tubuhnya sangat sakit, hingga disetiap hembusan napas yang harus diambil begitu menyiksa.

Daniel tidak menyangka.

Baru beberapa menit lalu dia merayakan kebahagiaan dengan isterinya karena mendengar kabar bahwa anak yang mereka tunggu selamaa ini telah hadir di rahim Evelyn, tapi kini dia harus melalui sebuah tragedi yang tidak terduga.

Daniel tidak dapat memahami perasaannya sekarang. Dia tidak tahu apakah harus bersedih atau takut?

Yang jelas, pria itu  hanya ingin mendengar suara Evelyn dan melihat wajahnya agar bisa tenang.

Tapi, suara tangisan Evelyn terdengar diantara pendengarnnya yang berdengung.

Bola mata Daniel bergerak kesisi melihat gadis yang dicintainya kini tengah menangis, memohon agar Daniel tetap kuat.

Air mata Daniel terjatuh dari sudut matanya, pria itu menangis berusaha kuat untuk tetap tersenyum. “Aku baik-baik saja Eve. Maaf sudah membuatmu menangis,” bisik Daniel dengan napas tersendat tidak mampu membalas genggaman tangan Evelyn.

Dulu saat Daniel memutuskan ingin menikahi Evelyn, rekan sejawat mereka yang sesama dokter, sangat menentang keras.

Menurut mereka, Daniel dan Evelyn masih terlalu muda.

Larangan orang-orang didasari oleh kepedulian karena keduanya yatim piatu. Apalagi, mereka masih bekerja sebagai dokter magang di rumah sakit.

Namun, Daniel dan Evelyn tetap kukuh dengan niat mereka, tidak ada yang bisa menghentikan keduanya.

Kekhawatiran semua orang dengan pernikahan mereka dipatahkan dengan kesungguhan Daniel.

Semenjak menikah, Daniel mengambil lebih banyak pekerjaan tambahan untuk menabung dan memiliki tempat tinggal yang lebih layak. Daniel bertindak sebagai seorang suami yang tidak hanya mencintai dan menghormati isterinya, dia mampu menjaga Evelyn dalam berbagai situasi dan selalu bersikap dewasa menangani masalah.

Semua orang tahu jika Daniel dan Evelyn harus melewati banyak rintangan berat karena keduanya sebatang kara, anak yang hidup tanpa sosok orang tua dan tumbuh dipanti asuhan, keduanya harus memulai kehidupan dari nol tanpa ada bimbingan keluarga.

Meski begitu, Daniel dan Evelyn sangat bahagia dengan pernikahan mereka, keduanya selalu saling mendukung dan memiliki hubungan sehat.

Seiring dengan berjalannya waktu, Daniel dan Evelyn mampu membuat keraguan semua berubah dan percaya bahwa keputusan mereka menikah muda adalah sesuatu yang tepat.

Sementara itu, Evelyn tampak tertunduk.

Tangisannya pecah kala mendengar kata-kata Daniel yang berhasil membuat hatinya hancur. Seharusnya kini Evelyn yang menguatkan Daniel, bukan sebaliknya.

Perjalanan itu terasa lambat.

Kala ambulance akhirnya sampai di rumah sakit, ranjang yang membawa Daniel didorong keluar dan segera dibawa pergi dengan bantuan dokter yang telah menunggu.

Disusul oleh ambulance yang membawa Noah.

“Eve!” Indila berlari menghampirinya.

“Dokter, Daniel akan baik-baik saja kan?” tangis Evelyn memeluk erat Indila untuk menumpahkan seluruh kesedihan yang telah menderanya.

“Daniel akan baik-baik saja, kita harus yakin dan mendo’akannya. Kau harus kuat Eve,” bisik Indila meyakinkan.

Hanya saja, harapa Evelyn menipis.

Gadis itu kini terduduk lemas di sisi ranjang tempat Daniel berada.

Dokter mengatakan jika benturan keras yang Daniel alami telah mematahkan tulang dadanya, dan beberapa tulang patah itu telah masuk ke dalam paru-paru Daniel hingga menyebabkan kerusakan.

Lebih menyedihkannya lagi, tulang leher Daniel ikut patah dan mengalami cedera serius yang semakin membuat Daniel kesulitan bernapas dan menghambat peredaran darah ke otaknya.

Kini dokter tengah mendiskusikan operasi besar yang harus segera dipersiapkan untuk Daniel.

Evelyn mengusap sudut matanya dengan tangan gemetar, wanita itu meringis sedih tidak dapat menghentikan tangisannya melihat keadaaan Daniel yang kini terbaring tidak berdaya.

Dokter yang menangani Daniel tidak banyak berbicara mengenai keadaan Daniel karena Evelyn sendiri bisa memahami kendisinya hanya dengan melihat beberapa hasil catatan medisnya.

Masalanya, karena Evelyn tahun keadaan Daniel, kini wanita itu tidak dapat berhenti mengkhawatirkan keadaan Daniel.

Apa yang harus Evelyn lakukan sekarang? Kejadian menakutkan ini terjadi begitu saja seperti sebuah mimpi panjang yang terus menjebak dan menyiksanya.

Senyuman indah Daniel, suara tawanya yang manis, hangat pelukannya masih bisa Evelyn rasakan, namun suaminya yang telah memberikan kebahagiaan itu kini tengah terbaring tidak berdaya.

“Eve..” panggil Daniel dengan suara yang dalam nyaris tidak terdengar.

Sekali lagi Evelyn mengusap air mata yang telah membasahi pipinya. “Iya Sayang, ada apa?” jawab Evelyn segera berdiri dan mengusap wajah Daniel yang dihiasi banyak lebam dan goresan.

Bola mata Daniel bergerak pelan, sepasang matanya yang biru itu terlihat gelap dipenuhi oleh kesedihan, menceritakan duka yang harus Daniel lewati tanpa mampu dia ungkapkan melalui kata mengenai seberapa sakit tubuhnya saat ini.

“Aku mencintaimu Eve,” bisik Daniel dengan penuh perjuangan.

Hati Evelyn tercubit sakit mendengar kata yang selalu membuatnya tersenyum tersipu malu, justru kini membuatnya menangis. “Aku juga mencintaimu Daniel, bertahanlah, kita akan melewati ini semua bersama-sama. Aku akan merawatmu sampai kau kembali sembuh.”

“Eve,” bisik Daniel kembali memanggil, “tolong jaga anak kita ya, aku minta maaf.”

Evelyn menggeleng dengan berat. “Aku tidak akan memaafkanmu jika kau tidak sembuh Daniel. Kau harus sembuh untuk mendapatkan maafku,” jawab Evelyn dengan suara bergetar terdesak oleh tangisan yang sulit dia hentikan.

Daniel tersenyum lemah, memejamkan matanya, dia tidak mampu untuk berbicara lebih banyak lagi karena dadanya sangat sakit dan kesulitan bernapas.

Titttt!

Suara bedside monitor terdengar nyaring membuat Evelyn menangis. "DANIEL!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Baru bab 2 udah dibikin mewek, huaaa ToT
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status