Suara sirine ambulance terdengar seiring dengan pergerakan cepat Evelyn membawa Daniel.
Evelyn menutup mulutnya dalam bekapan, menahan tangisan pilunya mendengar suara rintihan Daniel yang kesakitan.
Meski Daniel kini tengah ditangani oleh beberapa tim medis karena mengalami pendarahan dan luka yang cukup parah, sepanjang jalan Evelyn tidak berhenti merapalkan do’a, mengharapkan jika Daniel suamianya akan baik-baik saja.
“Eve..” panggil Daniel menangis ditengah sakit yang harus dia lalui.“Daniel, ini aku,” isak Evelyn mendekat dan meraih tangannya dengan penuh kehati-hatian.
Bola mata Daniel bergerak pelan, bibirnya yang pucat sedikit terbuka menarik napas dengan kesulitan. Seluruh tubuhnya sangat sakit, hingga disetiap hembusan napas yang harus diambil begitu menyiksa.
Daniel tidak menyangka.
Baru beberapa menit lalu dia merayakan kebahagiaan dengan isterinya karena mendengar kabar bahwa anak yang mereka tunggu selamaa ini telah hadir di rahim Evelyn, tapi kini dia harus melalui sebuah tragedi yang tidak terduga.
Daniel tidak dapat memahami perasaannya sekarang. Dia tidak tahu apakah harus bersedih atau takut?
Yang jelas, pria itu hanya ingin mendengar suara Evelyn dan melihat wajahnya agar bisa tenang.
Tapi, suara tangisan Evelyn terdengar diantara pendengarnnya yang berdengung.
Bola mata Daniel bergerak kesisi melihat gadis yang dicintainya kini tengah menangis, memohon agar Daniel tetap kuat.
Air mata Daniel terjatuh dari sudut matanya, pria itu menangis berusaha kuat untuk tetap tersenyum. “Aku baik-baik saja Eve. Maaf sudah membuatmu menangis,” bisik Daniel dengan napas tersendat tidak mampu membalas genggaman tangan Evelyn.
Dulu saat Daniel memutuskan ingin menikahi Evelyn, rekan sejawat mereka yang sesama dokter, sangat menentang keras.
Menurut mereka, Daniel dan Evelyn masih terlalu muda.
Larangan orang-orang didasari oleh kepedulian karena keduanya yatim piatu. Apalagi, mereka masih bekerja sebagai dokter magang di rumah sakit.
Namun, Daniel dan Evelyn tetap kukuh dengan niat mereka, tidak ada yang bisa menghentikan keduanya.
Kekhawatiran semua orang dengan pernikahan mereka dipatahkan dengan kesungguhan Daniel.
Semenjak menikah, Daniel mengambil lebih banyak pekerjaan tambahan untuk menabung dan memiliki tempat tinggal yang lebih layak. Daniel bertindak sebagai seorang suami yang tidak hanya mencintai dan menghormati isterinya, dia mampu menjaga Evelyn dalam berbagai situasi dan selalu bersikap dewasa menangani masalah.
Semua orang tahu jika Daniel dan Evelyn harus melewati banyak rintangan berat karena keduanya sebatang kara, anak yang hidup tanpa sosok orang tua dan tumbuh dipanti asuhan, keduanya harus memulai kehidupan dari nol tanpa ada bimbingan keluarga.
Meski begitu, Daniel dan Evelyn sangat bahagia dengan pernikahan mereka, keduanya selalu saling mendukung dan memiliki hubungan sehat.
Seiring dengan berjalannya waktu, Daniel dan Evelyn mampu membuat keraguan semua berubah dan percaya bahwa keputusan mereka menikah muda adalah sesuatu yang tepat.
Sementara itu, Evelyn tampak tertunduk.
Tangisannya pecah kala mendengar kata-kata Daniel yang berhasil membuat hatinya hancur. Seharusnya kini Evelyn yang menguatkan Daniel, bukan sebaliknya.
Perjalanan itu terasa lambat.
Kala ambulance akhirnya sampai di rumah sakit, ranjang yang membawa Daniel didorong keluar dan segera dibawa pergi dengan bantuan dokter yang telah menunggu.
Disusul oleh ambulance yang membawa Noah.
“Eve!” Indila berlari menghampirinya.
“Dokter, Daniel akan baik-baik saja kan?” tangis Evelyn memeluk erat Indila untuk menumpahkan seluruh kesedihan yang telah menderanya.
“Daniel akan baik-baik saja, kita harus yakin dan mendo’akannya. Kau harus kuat Eve,” bisik Indila meyakinkan.
Hanya saja, harapa Evelyn menipis.
Gadis itu kini terduduk lemas di sisi ranjang tempat Daniel berada.
Dokter mengatakan jika benturan keras yang Daniel alami telah mematahkan tulang dadanya, dan beberapa tulang patah itu telah masuk ke dalam paru-paru Daniel hingga menyebabkan kerusakan.
Lebih menyedihkannya lagi, tulang leher Daniel ikut patah dan mengalami cedera serius yang semakin membuat Daniel kesulitan bernapas dan menghambat peredaran darah ke otaknya.
Kini dokter tengah mendiskusikan operasi besar yang harus segera dipersiapkan untuk Daniel.
Evelyn mengusap sudut matanya dengan tangan gemetar, wanita itu meringis sedih tidak dapat menghentikan tangisannya melihat keadaaan Daniel yang kini terbaring tidak berdaya.
Dokter yang menangani Daniel tidak banyak berbicara mengenai keadaan Daniel karena Evelyn sendiri bisa memahami kendisinya hanya dengan melihat beberapa hasil catatan medisnya.
Masalanya, karena Evelyn tahun keadaan Daniel, kini wanita itu tidak dapat berhenti mengkhawatirkan keadaan Daniel.
Apa yang harus Evelyn lakukan sekarang? Kejadian menakutkan ini terjadi begitu saja seperti sebuah mimpi panjang yang terus menjebak dan menyiksanya.
Senyuman indah Daniel, suara tawanya yang manis, hangat pelukannya masih bisa Evelyn rasakan, namun suaminya yang telah memberikan kebahagiaan itu kini tengah terbaring tidak berdaya.
“Eve..” panggil Daniel dengan suara yang dalam nyaris tidak terdengar.
Sekali lagi Evelyn mengusap air mata yang telah membasahi pipinya. “Iya Sayang, ada apa?” jawab Evelyn segera berdiri dan mengusap wajah Daniel yang dihiasi banyak lebam dan goresan.
Bola mata Daniel bergerak pelan, sepasang matanya yang biru itu terlihat gelap dipenuhi oleh kesedihan, menceritakan duka yang harus Daniel lewati tanpa mampu dia ungkapkan melalui kata mengenai seberapa sakit tubuhnya saat ini.
“Aku mencintaimu Eve,” bisik Daniel dengan penuh perjuangan.
Hati Evelyn tercubit sakit mendengar kata yang selalu membuatnya tersenyum tersipu malu, justru kini membuatnya menangis. “Aku juga mencintaimu Daniel, bertahanlah, kita akan melewati ini semua bersama-sama. Aku akan merawatmu sampai kau kembali sembuh.”
“Eve,” bisik Daniel kembali memanggil, “tolong jaga anak kita ya, aku minta maaf.”
Evelyn menggeleng dengan berat. “Aku tidak akan memaafkanmu jika kau tidak sembuh Daniel. Kau harus sembuh untuk mendapatkan maafku,” jawab Evelyn dengan suara bergetar terdesak oleh tangisan yang sulit dia hentikan.
Daniel tersenyum lemah, memejamkan matanya, dia tidak mampu untuk berbicara lebih banyak lagi karena dadanya sangat sakit dan kesulitan bernapas.
Titttt! Suara bedside monitor terdengar nyaring membuat Evelyn menangis. "DANIEL!"
Di sisi lain, Sarah menutup mulutnya dalam bekapan kuat.Meski tengah rapat penting di perusahaan pangan Star-X, wanita itu berlari kencang kala mendapat kabar sang putra. Bahkan, wanita bertangan besi di dunia bisnis itu, masih menyembunyikan suara tangisannya di tengah kesunyian ruangan tempat putranya kini terbaring diranjang rumah sakit dengan alat-alat medis yang terpasang.Dokter mengatakan jika guncangan keras yang dialami Noah, putranya, telah membuatnya gegar otak, dan salah satu kakinya patah. “Noah, bagaimana bisa kau mengalami peristiwa ini Nak?” bisik Sarah meratapi keadaan putranya.Hati ibu mana yang tidak hancur jika putranya yang beberapa jam lalu sehat, kini terbaring tidak sadarkan diri? Sarah meninggalkan ruangan Noah begitu melihat ayah mertuanya tengah berbicara dengan dua orang polisi yang memberikan keterangan setelah memeriksa kejadian kecelakaan dan melihat hasil medis Noah.Polisi mengatakan jika dalam kasus ini, Noah sepenuhnya salah karena berkendara d
“Apa maksudmu Daniel? Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau tidak akan pergi meninggalkanku, kan?”Di sisi lain, Matteo menutup mulutnya terjebak dalam kekalutan. Pria tua itu kesulitan untuk mengiyakan permintaan Daniel. Tapi di sisi lain, keadaan yang genting ini membuatnya tidak dapat menolak. “Berjanjilah,” bisik Daniel kembali meminta. Matteo membuang napasnya dengan berat, dia kembali melihat Daniel. “Saya berjanji Tuan, saya akan menikahkan cucu saya dengan isteri Anda. Bertanggung jawab untuk menjaga dan membahagiakan mereka,” ucap Matteo menyetujui permintaan Daniel. Evelyn menggeleng keras. “Aku tidak akan menikah dengan siapapun, hanya kau yang akan menjadi suamiku selamanya! Kau bilang kau mencintaiku, tapi mengapa kau menyerahkan aku kepada orang lain? Aku mohon bertahanlah Daniel, kita akan melewati ini semua bersama-sama,” rintih Evelyn menangis penuh permohonan. Pupil mata Daniel bergetar tidak dapat menahan tangisan sedihnya. Daniel tidak mampu mengiyakan pe
“Turunkan setiap berita yang membahas kecelakaan semalam. Jangan menyisakannya sedikitpun, hapus semua wajah Noah dari seluruh media, jangan memberikan public celah untuk melihat mengetahui wajah Noah dan mengetahui lebih lanjut masalah ini,” perintah Matteo pada assistantnya. “Baik Pak,” jawab Athur. “Satu lagi, jangan biarkan siapapun menemui Noah, terutama wanita itu.” Athur mengangguk paham, orang yang dimaksud oleh Matteo adalah Milia, kekasih Noah yang telah kembali dari luar negeri beberapa hari yang lalu. Matteo sangat membenci Milia, terutama keluarnganya yang saat ini sedang mengalami kesulitan financial dan memiliki skandal penggelapan pajak. “Bagaimana dengan proses pemakaman korban?” “Sekarang tengah berlangsung.” Matteo menyandarkan bahunya pada sandaran kursi, melepas lelah yang mendera, lelaki paruh baya itu memejamkan matanya mencoba untuk tidur sejenak. Sejak semalam Matteo tidak dapat tidur, berulang kali Matteo memikirkan, keputusan terbaik apa yang harus d
Di sisi lain, jemari Noah bergerak pelan diatas permukaan ranjang, pria itu mulai mulai memberikan respon saat seorang doker memanggil namanya dan mengajak berbicara ditengah terapi yang membantu merangsang indranya. Tiga hari sudah Noah mengalami koma, kini akhirnya mulai menunjukan tanda-tanda membaik dan stabil. Matteo dan Sarah yang sejak lama menunggu diluar ruangan terlihat cemas, berharap jika Noah akan segera sadar dari komanya. Dengan penuh perjuangan dan ditunjang alat-alat medis, akhirnya Noah mulai membuka matanya. “Noah Sylvester, Anda bisa mendengar dan melihat saya?” tanya dokter. Telinga Noah berdengung sakit, bulu matanya berkedip pelan, beberapa kali penglihatannya berkabut dan membutuhkan waktu untuk memproses cahaya yang ada disekitarnya. “Noah Sylvester, Anda bisa melihat saya?” tanya dokter lagi. Noah terdiam mengabaikan dokter yang terus mengajaknya berbicara. Noah kebingungan, tidak tahu harus berbicara apa, dia tidak memahami situasi apa yang kini teng
Hembusan angin terdengar dibalik jendela, salju turun dibawah langit yang cerah.Evelyn membelit lehernya dengan syal, hari ini dia ingin berkunjung ke makam Daniel untuk meredakan kerindukan yang sudah bertumpuk didalam dada.Evelyn berharap, dengan berkunjung ke makam Daniel, dia mendapatkan sedikit kekuatan untuk bisa bangkit dan memulai hari-hari barunya dengan penuh keikhlasan. Evelyn tidak bisa selamanya duduk dalam keterpurukan dengan kondisi kehamilan yang akan membesar, merepotkan rekan kerjanya yang selalu datang setiap hari untuk memastikan kesehatan, juga merepotkan kepala panti asuhan yang selalu membawa makanan.Baru saja Evelyn membuka pintu hendak keluar, dia langsung menghadap seorang pria berpakaian formal tengah berdiri didepan pintu apartementnya. “Selamat pagi Nyonya. Saya Athur, assistant pribadi tuan Matteo, beliau ingin berbicara dengan Anda sekarang.”Evelyn mendegus kesal, nada bicara Athur terdengar seperti memerintah dibandingkan dengan meminta. “Tidak ad
Sorot mata Matteo berubah tajam mendengar penolakan Evelyn. “Apa kau lupa jika pernikahan ini adalah wasiat dari suamimu? Ini bukan semata-mata keinginanku saja.” “Saya tidak sudi menikah dengan laki-laki yang telah membunuh suami saya!” Matteo meneguk tehnya sebelum kembali melanjutkan pembicaraan. “Sekarang Noah amnesia dan dia tidak mengingat apapun yang terjadi, termasuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Ini adalah moment yang tepat untuk melangsungkan pernikahan kalian.” “Saya tidak akan menikah dengan Noah, Tuan Matteo Sylvester!” jawab Evelyn berteriak frustasi. “Persetan dengan wasiat. Saya ingin Noah bertanggung jawab dengan mendekam dipenjara, bukan menjadi menjadi suami pengganti saya! Apalagi menjadi ayah untuk anak dalam kandungan saya, saya tidak sudi!” “Nona Evelyn,” panggil Matteo dengan suara yang kian tenang, berbanding balik dengan sorot matanya yang tajam menusuk, “aku bukan seseorang yang ingkar dengan janjiku.” Gigi Evelyn mengetat, tatapan Matteo berhasil
Evelyn duduk lemas, beberapa kali dia mengatur napasnya yang semakin sesak kesulitan mengendalikan emosi didalam dada. Dia marah, benci, sekaligus malu dengan dirinya sendiri yang tidak cukup kuat untuk menuntut keadilan atas kematian suami yang dicintainya.Evelyn masih tidak habis pikir, segala hal yang dia alami saat ini masih terasa seperti mimpi panjang untuknya. Baru tiga hari dia ditinggal Daniel sampai belum sempat mengurus setiap persoalan data kependudukannya, dengan cepatnya kini Evelyn telah menjadi isteri orang lain.“Aku tidak hanya tidak mampu menuntut keadilan untukmu Daniel, aku juga telah mengkhianatimu,” lirih Evelyn dengan suara bergetar.Evelyn telah menikah dengan seorang lelaki yang sama sekali belum pernah dilihatnya. Pernikahan mereka dilakukan tanpa ada ucapan janji di altar, tanpa ada pendeta yang bersaksi, namun dengan kekuasan Matteo, pernikahan itu tercatat secara sah dalam catatan negara.Evelyn telah sah menjadi isteri Noah Sylvester.Apakah keputusanny
Keringat dingin membasahi wajah Noah, tangannya gemetar kesulitan mengendalikan kepanikan yang telah berhasil menakutinya. Beberapa kali Noah membuka buku pernikahannya sekadar memastikan keasliannya. Semakin sering Noah melihatnya, kepalanya mulai pusing dan suhu tubuhnya meningkat. Belum cukup menerima kenyaaan bahwa dia hilang ingatan dan ayahnya telah meninggal, kini Noah juga harus menghadapi kenyataan bahwa ternyata dia telah menikah, memiliki seorang iseri yang tengah mengandung. Noah mengusap wajahnya dengan kasar, pria itu berusaha keras mengingat kapan dirinya menikah? “Mengapa aku melupakan hal-hal penting yang terjadi dalam hidupku?” Noah mengerang frustasi. Apa yang harus Noah lakukan kedepannya? Dia masih terjebak dalam memorinya yang berusia tujuh belas tahun, sangat sulit untuknya menerima kenyataan bahwa kini telah menikah dan sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. *** “Mengapa Ayah tidak mendiskusikan hal ini padaku? Aku ibunya Noah! Aku juga berhak untuk
“Noah,” panggil Sarah tersenyum. Begitu melegakan melihat putranya kembali berada diruangan kerja setelah sekian lama pergi, hampir saja Sarah mengutus Lisa untuk pergi ke Macau menyusul Noah.Sarah menarik kursi dan duduk disebrang meja Noah. “Kau kemana saja selama beberapa hari terakhir ini? Handponemu juga tidak bisa dihubungi,” tanya Sarah meminta penjelasan.Noah menghela napasnya dengan berat, semakin bertambah usia, hubungannya dengan Sarah semakin memburuk. Dulu, mereka masih bisa saling mengandalkan meski terkadang sering terjadi perselisihan.Namun semenjak nenek Noah meninggal, Sarah mulai berubah, dia melampiaskan banyak hal yang belasan taun telah dia tahan. Dulu, Sarah begitu membenci sikap neneknya, anehnya setelah neneknya Noah meninggal dan mengambil alih kedudukan, Sarah mulai mengikuti jejak yang dulu dia benci.Noah tidak menginginkan hubungan yang buruk dengan ibunya, namun jika mereka terus tidak sejalan dan melenceng dari tujuan awal, apakah salah jika Noah mem
Pohon-pohon tumbuh tinggi, rindang membawa kesejukan.Jalanan setapak yang dulu sering Evelyn lewati masih tidak berubah, langkah demi langkah dia berjalan, menyusuri kesunyian yang mengantarnya menuju makam Daniel.Suara hembusan angin terdengar membelai pendengaran, dedaunan jatuh dari rantingnya menyambut kedatangan Evelyn yang telah lama pergi.Pupil mata Evelyn melebar, melihat batu nisan Daniel yang tetap berkilau bersih, beberapa bunga liar telah tumpuh diatas gundukan rumput hijau yang terawat.Evelyn menarik napasnya dalam-dalam, matanya terpejam, tangannya terangkat merasakan dinginnya udara yang menyentuh telapak tangan.Evelyn tenggelam dalam sebuah kerinduan yang mendebarkan dada, terbuai dalam kehangatan mentari yang seperti sebuah pelukan. Merasakan keberadaan Daniel yang tidak pernah pudar dalam ingatan, bisikan lembut suaranya, cinta yang tidak pernah berkurang sedikitpun, bertahta di tempat yang berbeda, terkenang dalam memori terbaiknya.Mata Evelyn kembali terbuka,
“Untuk dua hari kedepan, aku akan berada di rumah ibuku,” ucap Alex terdengar serak, kantung matanya terlihat tebal karena lelah dan kekurang waktu untuk tidur.Milia tersenyum lembut, mengusap dada Alex lalu memeluknya. “Tidak ap-apa Sayang, gunakan waktumu sebaik mungkin, ayahmu juga pasti sedang butuh hiburan.”Ibu Alex telah meninggal satu hari yang lalu, karena alasan itulah Alex harus meninggalkan rumah.Sebagai seorang menantu yang tidak diakui keberadaannya, Milia tidak dapat mendampingi Alex karena kehadiranya tidak diharapkan siapapun.Jauh didalam lubuk hati Milia, sesungguhnya justru Milia senang jika Alex sibuk mengurus keluarganya, dengan begitu dia memiliki waktu untuk merencanakan menggugurkan kandungannya.Hari ini Milia akan datang ke rumah duka bersama orang tuanya, terpisah dengan Alex, bersikap seperti pelayat biasa sampai upacara pemakaman selesai. Mengharapkan simpati dari keluarga Alex akan kebaikannya meski selama ini ibu Alex sangat membencinya.***Noah dudu
Ada sebuah diskusi penting yang terjadi saat makan siang berlangsung, membicarakan langkah yang harus diambil untuk mempersiapkan pengajuan adopsi anak dari luar negeri yang melibatkan persetujuan dua negara.Reene menawarkan untuk meminta bantuan kolega Martin yang memiliki hubungan baik dengan beberapa petinggi, begitupun bantuan Frederick secara hukum agar proses adopsi bisa berjalan dengan cepat tanpa ada pelanggaran.Diskusi panjang terjadi, bukan hanya sekadar membahas keberhasilan mengadopsi Edgar, Reene juga mempertanyakan apakah Evelyn dengan Noah mampu menjadi orang tua untuk anak itu? Apakah mereka berdua sudah siap untuk bersama-sama mengurus seorang anak?Kewajiban orang tua itu tidak hanya memberi kasih sayang, membesarkan dan memberikan perlindungan juga pendidikan. Evelyn dan Noah juga harus siap bersikap adil andai suatu hari nanti mereka memiliki anak kandung, tidak ada yang boleh berubah.Evelyn dan Noah baru rujuk satu hari yang lalu. Mereka perlu waktu untuk menat
“Justru jika kau menunda-nunda, Edgar akan semakin lama menantimu Sayang, bukankah kau ingin mengadopsinya?”Kening Evelyn mengerut samar, dia tidak pernah menceritakan kepada siapapun rencana adopsi anak, apalagi memberitahu jika anak itu bernama Edgar. Satu-satunya orang yang pernah Evelyn beritahu adalah Noah, melalui surat yang tidak pernah Evelyn ketahui siapa sebenarnya orang yang telah menerima surat itu.Akhir-akhir ini Evelyn mulai menceritakan Edgar kepada Frederick, karena Frederick seorang jaksa dia pasti lebih paham tentang hukum dan dapat meminta bantuan ke kedutaan.Sebelum pulang menyelesaikan tugasnya, Evelyn sempat berjanji kepada Edgar bahwa dia akan kembali dan berjanji untuk membawanya. Edgar sangat bahagia begitu mendengar rencana Evelyn tanpa dia tahu satu hari sebelum kepulangannya, ternyata Evelyn menerima balasan dari Noah.Evelyn sangat bimbang, dia sangat menyayangi Edgar dan benar-benar ingin membawa anak itu, namun dia takut tidak dapat menepati janjiny
Saat Evelyn datang ke kamar, Noah terlihat sibuk dengan handponenya sendiri tidak menunjukan tanda-tanda kekhawatiran apapun, diwajahnya dia cenderung seperti orang yang sedang berbahagia tanpa memiliki beban apapun.Ragu-ragu Evelyn duduk di sisi ranjang, menatapnya dengan curiga. Apa yang sebenarnya telah membuat Noah sesenang ini?Evelyn berdeham memecah keheningan. “Noah.”Noah segera menutup handponenya dan memusatkan seluruh perhatiannya pada Evelyn.Diam-diam Evelyn meremas permukaan seprai, menyalurkan kegelisahanan yang ada. “Ibuku bilang, kau harus memberikan CV-mu,” ucap Evelyn dengan hati-hati.“Baik, Sayang,” jawab Noah dengan cepat, tidak menolak, tidak pula bertanya apapun tentang apa yang dibicarakan Evelyn bersama ibunya.“Noah,” panggil Evelyn lagi.“Ya?” “Kau akan memberikan apa yang diminta ibuku?”Noah segera beranjak dan mendekat dengan senyuman cerahnya, pria itu segera duduk di sisi Evelyn. “Tentu saja, ibumu ibuku juga bukan? Aku harus patuh,” jawabnya denga
Evelyn menelan salivanya dengan kesulitan, merasakan ada sesuatu yang menegangkan, terutama saat melihat posisi Noah yang duduk tegak seperti patung budha, namun matanya bergerak pasif menatap Evelyn seperti mengisyaratkan meminta dukungan.Pandangan Evelyn kembali tertuju pada Reene. “Ibu, kapan datang?”“Sayang, duduklah,” pinta Reena menepuk kursi kosong di sisinya.Ragu-ragu Evelyn mendekat dan akhirnya duduk di sisi Reene, dilihat kembali Noah yang mulai pucat terlihat was-was.Evelyn tahu betul sifat Reene, sekalipun dia berstatus ibu tiri, Reene adalah wanita yang penuh kelembutan. Mustahil Reene memberi tekanan pada Noah.Evelyn tersenyum memaksakan, “Jadi, apa yang terjadi?” tanyanya memecah keheningan.“Ibu hanya ingin berkenalan dengan Noah, ibu dengar statusnya masih suamimu. Karena itu, Ibu harus memastikan apa kau memilih pria yang tepat, padahal ada beberapa pria yang sudah datang meminta izin untuk melamarmu, ibu pikir kau akan memilih salah satu diantara mereka,” jawa
“Kau siapa?”Kening Noah mengerut samar, justru seharusnya kini dia yang bertanya. Siapa wanita itu hingga memiliki akses masuk penthouse padahal Evelyn tinggal sendirian disini.“Anda sendiri siapa? Kenapa bisa masuk kesini?” tanya balik Noah menatap serius wanita yang berdiri dihadapannyaWanita itu memiliki wajah yang sangat familiar dalam ingatan, seolah Noah pernah mengenal dan melihat wajahnya secara berulang. Tapi Noah tidak tahu siapa dia.Wanita itu berpakaian modis dalam balutan berwarna serba putih, mengenakan kacamata hitam.Tapi siapa wanita ini?Dibalik kacamatanya, Reena menatap tajam Noah dengan penuh penilaian dari ujung kaki hingga ujung kepala. “Aku ibunya Evelyn, lantas kau siapa? Kenapa bisa ada di kediaman putriku?”Noah terperangah tidak mampu menutupi keterkejutannya, dimoment yang tidak terduga, tiba-tiba saja dia langsung berhadapan dengan ibu Evelyn.Ibu mertuanya..Seketika Noah mundur dan membungkuk sembilan puluh derajat memberi hormat kepada Reena. “Saya
Sarah terlihat cemas setelah mendengar kabar bahwa Alfred Morgan telah pulang dari Macau tanpa Noah.Sarah semakin yakin dengan dugaannya, bahwa Noah pergi ke Macau bukan sekadar untuk liburan, namun untuk alasan lain.Dan, kemungkinan terbesarnya adalah untuk mencari wanita pembawa bencana itu.Evelyn..Wanita yang Sarah kira telah mati di tempat perang. Kini sosoknya kembali membayangi pikiran Sarah, menciptakan banyak kekhawatiran karena Noah begitu gigih mencari keberadaannya seperti sesuatu yang berharga.Jika saja Sarah tahu, perasaan putranya sedalam ini kepada Evelyn, mungkin dulu Sarah akan memburunya dan menuntaskan permasalahannya agar tidak menjadi masalah dikemudian hari.Suara ketukan di pintu terdengar, Lisa muncul dibalik pintu.Lisa langsung duduk di sebrang meja kerja Sarah, terlihat cemberut kecewa.Tiga hari sudah Lisa diangkat menjadi assistant Noah Sylvester, waktunya sebagai assistant hanya berlangsung satu bulan.Sialnya, selama tiga hari ini dia sama sekali b