Aroma alkohol tercium kuat di sebuah private room.
Beberapa orang tengah bersenang-senang ditemani wanita penghibur yang sengaja dipanggil untuk menjadi penyaji minuman.
“Berhentilah menekuk wajahmu. Didunia ini, wanita bukan hanya Milia saja!” tegur seorang pria berambut pirang pada Noah.Namun, Noah masih saja meneguk alkohol sampai tandas.
Entah sudah berapa gelas Noah minum hanya untuk meredakan kerisauan didalam hatinya karena Milia memutuskan hubungan dengannya begitu saja tanpa sebab, tanpa penjelasan apapun.
Wajah pria itu terlihat sudah memerah dengan napas yang tidak beraturan karena mabuk.
Selama ini mereka telah melakukan hubungan jarak jauh tanpa ada masalah apapun, tapi mengapa kini setelah satu hari Noah mendengar kabar kepulangan Milia dari luar negeri, tiba-tiba saja Milia menginginkan perpisahan?
Noah tidak terima, Milia bertindak seolah hubungan mereka berdua seperti tidak ada artinya.
“Tuan, Anda menginginkannya lagi?” tanya seorang wanita cantik yang sejak tadi menemani Noah.
Sekali lagi Noah meneguk anggurnya, lalu beranjak pergi tanpa berbicara sepatah katapun pada teman-temannya yang bertanya.
Noah tidak bisa seperti ini, dia tidak bisa patah hati sendirian dan terus bertanya-tanya tentang apa kesalahanya hingga Milia memperlakukan Noah seenaknya.
Kaki Noah bergerak cepat, melangkah lebar melewati lorong.
Suara helaan napas terdengar, dengan kasar dia menarik menarik dasinya dan melepas satu kancing kemeja untuk melancarkan pernapasan yang mulai sesak dan panas.
Suara tawa seorang wanita terdengar begitu familiar berhasil memelan langkahnya. Pria itu berbalik melihat ke sebuah lorong, dia berjalan dengan hati-hati hanya untuk memastikan jika dia tidak salah.
Langkah pria itu terhenti di sudut ruangan melihat seorang wanita cantik tengah berdiri di sisi jendela dengan seorang lelaki paruh baya, mereka berdua terlihat bermesraan dan tidak segan berbagi ciuman selayaknya pasangan yang sedang dimabuk cinta.
Noah terpaku, menarik napasnya dalam-dalam merasakan ada sesuatu yang begitu sakit menusuk dadanya, seluruh permukaan kulitnya meremang begitu perih, menyaksikan wanita yang dia cintai, wanita yang sudah lama tidak dia temui dan memutuskan hubungan mereka secara sepihak, kini tengah bermesraan dengan laki-laki paruh baya yang lebih pantas menjadi ayahnya.
Sepanjang hari ini Noah merenung, terus memikirkan apa kesalahannya, namun Milia sudah tidak dapat dihubungi seakan Noah tidak layak untuk mendapatkan penjelasan apapun.
Milia mencampakannya, membuat Noah menjadi lelaki yang terlihat menyedihkan yang meratapi cinta yang bertepuk sebelah, padahal Noah hanya ingin mendengar alasan mengapa Milia mengakhiri hubungan mereka berdua.
Tangan Noah terkepal kuat. Apakah ini jawaban dari apa yang Noah pertanyakan seharian ini?
Millia meninggalkannya demi lelaki tua bangka itu?
Milia dan lelaki tua itu masuk ke dalam private room tanpa menyadari sedang diperhatikan Noah.
“Ini tidak mungkin, tidak mungkin Milia meninggalkan aku hanya untuk orang seperti itu,” dengus Noah menggeleng tidak percaya, berpikir bahwa apa yang telah dilihatnya hanya halusinasi karena mabuk.
Tapi, bagaimana jika apa yang telah Noah lihat itu ternyata benar? Bukankah Noah harus memastikannya sekarang?
Dengan langkah yang berat Noah mendekati pintu dan mengetuknya beberapa kali, tidak membutuhkan waktu lama untuk dia menunggu, pintu itu segera terbuka.
Seorang pria tua membukakan pintu dalam keadaan pakaian yang kusut dan napas tersengal, ada noda lipstick di sisi pipinya.
“Anda mencari siapa?” tanya pria tua itu,
tersenyum canggung dengan wajah menengadah melihat Noah yang menjulang tinggi.Belum sempat Noah menjawab, Milia muncul dibalik pintu dan bergelayut manja pada lengan lelaki tua itu.
Namun, senyuman cerah Milia hilang di detik itu juga begitu dia tahu tamu kekasihnya adalah Noah.
“Noah?” panggil Milia nyaris tidak terdengar.
Pupil mata Noah gemetar, pia itu mendengus kesal tidak dapat menutupi kekecewaan dan perasaan terhinanya. Ternyata apa yang dia lihat saat ini bukanlah sebuah halusinasi semata.
Milia mengakhiri hubungan mereka berdua demi pria tua bangka yang tidak ada apa-apanya dengan Noah.
Noah mengalihkan pandangannya, kembali tertuju pada lelaki tua itu dan memandangnya dengan tatapan menghina. “Sudah berapa lama kalian bersama?” tanya Noah dengan penuh tekanan.
“Baru satu bulan.”
“Kau memiliki isteri?” tanya Noah lagi.
Pria tua itu melihat kepenjuru arah dengan gelisah tidak dapat menghindari kepanikannya mendengar pertanyaan Noah. “Apa kau utusan isteriku?”
Tanpa bertanya apapun lagi, Noah langsung berbalik pergi. Sudah tidak gunanya lagi untuk dia meminta penjelasan, semuanya sudah jelas, Milia telah berselingkuh dan menjadi simpanan seorang pria tua.
“Noah tunggu!” teriak Milia berlari mengejar, “tunggu aku Noah!”
Milia menarik lengan Noah dan berusaha menghentikannya. “Noah dengarkan aku dulu!”
Noah berbalik, dengan kasar dia menepis tangan Milia, sorot matanya begitu tajam dipenuhi oleh amarah. “Jangan menyentuhku, menjijikan.”
Napas Milia tertahan didada, dia cukup terkejut mendengarkan kata-kata kasar yang Noah lontarkan kepadanya. “Dengarkan aku dulu Noah.”
“Dengarkan apa? Mendengarkan kisah tentang wanita jalang yang telah berhasil membuang waktu berhargaku? Kau pikir aku butuh penjelasanmu lagi setelah apa yang aku lihat barusan? Aku tidak membutuhkannya,” jawab Noah dengan sinis.
“Noah aku tahu aku salah, tapi dengarkan penjelasanku sebentar saja,” bisik Milia berusaha membujuk Noah.
“Jika kau tahu salah, maka tidak ada yang perlu dijelaskan,” jawab Noah.
“Noah maafkan aku,” bisik Milia dengan suara bergetar.
Rahang Noah mengeras, dengan kasar dia mendorong bahu Milia ke dinding dan mencengkram lehernya sampai wanita itu merintih kesakitan.
Permintaan maaf Milia tidak mampu meredakan amarah Noah, justru wanita itu telah menginjak harga dirinya seolah Noah lelaki menyedihkan yang telah dicampakan.
“Aku tidak butuh permintaan maaf darimu sialan. Pergilah dengan lelaki tua bangka itu, dan aku akan menjadi orang pertama yang mengirimkan bunga untuk merayakan hubungan menjijikan kalian.”
Noah melepaskan cengkramannya dengan dorongan sampai Milia terhuyung jatuh.
“Jangan pernah muncul lagi dihadapanku, kau sudah tidak ada artinya apa-apa lagi untukku sekarang.” Noah berbalik pergi mengabaikan teriakan Milia yang memanggil dan masih berusaha mengejarnya.
Pria itu semakin mempercepat langkahnya, membawa senggenggam penghinaan yang telah Milia berikan padanya malam ini!
Hanya saja, Noah memacu kendaraannya dengan cepat melewati batas kecepatan di jalan--mengabaikan pandangannya yang sedikit mengabur karena pengaruh alcohol.
Gejolak amarah membuat dadanya panas, saat ini Noah membutuhkan sesuatu untuk dijadikan pelampiasan agar amarahnya reda.
Dibandingkan sedih karena patah hati, Noah marah karena harga dirinya terinjak-injak oleh sebuah pengkhianatan yang begitu memalukan dan sangat sulit untuk diterima oleh akal sehatnya.
Noah tidak terima, selain Milia telah berselingkuh darinya demi lelaki tua bangka buruk rupa, Milia juga menjadi orang yang telah mengakhiri hubungan diantara mereka, meminta maaf seolah Noah lelaki menyedihkan yang sedang dikasihani.
Seharusnya Noah yang mengakhiri hubungan mereka berdua! Seharusnya Noah jadi orang pertama yang membuang wanita pelacur itu!
Sia-sia sudah satu tahun waktu yang Noah luangkan demi Milia.
Apa kekurangannya? Noah memiliki segalanya yang dibutuhkan Milia, termasuk membantu kariernya sebagai seorang desainer di sebuah perusahaan brand terkenal di luar negeri.
Noah juga selalu membela Milia meski kakeknya tidak merestui hubungan mereka berdua.
Tapi mengapa dari sekian banyak lelaki yang ada didunia ini, mengapa Noah harus dikalahkan oleh seorang lelaki tua yang bisa mati hanya dengan satu pukulan?
Bugh!
Noah memukul kemudi dengan kencang, melampiaskan amarah yang semakin bergejolak.
Sakit kepala mulai terasa, mengaburkan pandangannya. Alih-alih memelankan laju kendaraannya, Noah semakin melajukannya dengan kencang.
Pupil mata Noah melebar, diambang kesadarannya pria itu melihat seorang pria tengah berjalan di penyebrangan. Mobil yang melaju kencang tidak sempat dia hentikan, menabrak pria itu dengan kencang sampai suara decitan dan teriakan orang disekitar terdengar.
Cit!
Brak!
Tubuh seseorang menghantam mobilnya sampai memececahkan kaca jendela, Noah menutupi wajahnya dengan kedua tangan untuk menghindar dari serpihan kaca.
Orang asing itu terlembar ke atap dan jatuh, sementara mobil Noah terus melaju tidak terkendali sampai menabrak terotoar.
Tubuh Noah terguncang keras, terbawa oleh mobil yang terlempar dan terbalik.
Telinga dan kepala Noah berdenging sakit, dalam keadaan pintu mobil yang terlepas, samar-samar Noah melihat lelaki yang telah ditabraknya kini terbaring dihampiri oleh seorang perempuan muda yang meraung kencang memanggil namanya.
Dingin dari darah yang bercucuran mulai membasahi tubuh.
Noah tidak memiliki tenaga untuk bergera dan bersuara.
Perlahan dia memejamkan matanya dan kehilangan kesadarannya.
Namun sebelum kegelapan melingkupinya, Noah samar-samar melihat seorang wanita menangis dan berteriak, "Daniel!"
Suara sirine ambulance terdengar seiring dengan pergerakan cepat Evelyn membawa Daniel.Evelyn menutup mulutnya dalam bekapan, menahan tangisan pilunya mendengar suara rintihan Daniel yang kesakitan.Meski Daniel kini tengah ditangani oleh beberapa tim medis karena mengalami pendarahan dan luka yang cukup parah, sepanjang jalan Evelyn tidak berhenti merapalkan do’a, mengharapkan jika Daniel suamianya akan baik-baik saja. “Eve..” panggil Daniel menangis ditengah sakit yang harus dia lalui.“Daniel, ini aku,” isak Evelyn mendekat dan meraih tangannya dengan penuh kehati-hatian.Bola mata Daniel bergerak pelan, bibirnya yang pucat sedikit terbuka menarik napas dengan kesulitan. Seluruh tubuhnya sangat sakit, hingga disetiap hembusan napas yang harus diambil begitu menyiksa.Daniel tidak menyangka.Baru beberapa menit lalu dia merayakan kebahagiaan dengan isterinya karena mendengar kabar bahwa anak yang mereka tunggu selamaa ini telah hadir di rahim Evelyn, tapi kini dia harus melalui s
Di sisi lain, Sarah menutup mulutnya dalam bekapan kuat.Meski tengah rapat penting di perusahaan pangan Star-X, wanita itu berlari kencang kala mendapat kabar sang putra. Bahkan, wanita bertangan besi di dunia bisnis itu, masih menyembunyikan suara tangisannya di tengah kesunyian ruangan tempat putranya kini terbaring diranjang rumah sakit dengan alat-alat medis yang terpasang.Dokter mengatakan jika guncangan keras yang dialami Noah, putranya, telah membuatnya gegar otak, dan salah satu kakinya patah. “Noah, bagaimana bisa kau mengalami peristiwa ini Nak?” bisik Sarah meratapi keadaan putranya.Hati ibu mana yang tidak hancur jika putranya yang beberapa jam lalu sehat, kini terbaring tidak sadarkan diri? Sarah meninggalkan ruangan Noah begitu melihat ayah mertuanya tengah berbicara dengan dua orang polisi yang memberikan keterangan setelah memeriksa kejadian kecelakaan dan melihat hasil medis Noah.Polisi mengatakan jika dalam kasus ini, Noah sepenuhnya salah karena berkendara d
“Apa maksudmu Daniel? Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau tidak akan pergi meninggalkanku, kan?”Di sisi lain, Matteo menutup mulutnya terjebak dalam kekalutan. Pria tua itu kesulitan untuk mengiyakan permintaan Daniel. Tapi di sisi lain, keadaan yang genting ini membuatnya tidak dapat menolak. “Berjanjilah,” bisik Daniel kembali meminta. Matteo membuang napasnya dengan berat, dia kembali melihat Daniel. “Saya berjanji Tuan, saya akan menikahkan cucu saya dengan isteri Anda. Bertanggung jawab untuk menjaga dan membahagiakan mereka,” ucap Matteo menyetujui permintaan Daniel. Evelyn menggeleng keras. “Aku tidak akan menikah dengan siapapun, hanya kau yang akan menjadi suamiku selamanya! Kau bilang kau mencintaiku, tapi mengapa kau menyerahkan aku kepada orang lain? Aku mohon bertahanlah Daniel, kita akan melewati ini semua bersama-sama,” rintih Evelyn menangis penuh permohonan. Pupil mata Daniel bergetar tidak dapat menahan tangisan sedihnya. Daniel tidak mampu mengiyakan pe
“Turunkan setiap berita yang membahas kecelakaan semalam. Jangan menyisakannya sedikitpun, hapus semua wajah Noah dari seluruh media, jangan memberikan public celah untuk melihat mengetahui wajah Noah dan mengetahui lebih lanjut masalah ini,” perintah Matteo pada assistantnya. “Baik Pak,” jawab Athur. “Satu lagi, jangan biarkan siapapun menemui Noah, terutama wanita itu.” Athur mengangguk paham, orang yang dimaksud oleh Matteo adalah Milia, kekasih Noah yang telah kembali dari luar negeri beberapa hari yang lalu. Matteo sangat membenci Milia, terutama keluarnganya yang saat ini sedang mengalami kesulitan financial dan memiliki skandal penggelapan pajak. “Bagaimana dengan proses pemakaman korban?” “Sekarang tengah berlangsung.” Matteo menyandarkan bahunya pada sandaran kursi, melepas lelah yang mendera, lelaki paruh baya itu memejamkan matanya mencoba untuk tidur sejenak. Sejak semalam Matteo tidak dapat tidur, berulang kali Matteo memikirkan, keputusan terbaik apa yang harus d
Di sisi lain, jemari Noah bergerak pelan diatas permukaan ranjang, pria itu mulai mulai memberikan respon saat seorang doker memanggil namanya dan mengajak berbicara ditengah terapi yang membantu merangsang indranya. Tiga hari sudah Noah mengalami koma, kini akhirnya mulai menunjukan tanda-tanda membaik dan stabil. Matteo dan Sarah yang sejak lama menunggu diluar ruangan terlihat cemas, berharap jika Noah akan segera sadar dari komanya. Dengan penuh perjuangan dan ditunjang alat-alat medis, akhirnya Noah mulai membuka matanya. “Noah Sylvester, Anda bisa mendengar dan melihat saya?” tanya dokter. Telinga Noah berdengung sakit, bulu matanya berkedip pelan, beberapa kali penglihatannya berkabut dan membutuhkan waktu untuk memproses cahaya yang ada disekitarnya. “Noah Sylvester, Anda bisa melihat saya?” tanya dokter lagi. Noah terdiam mengabaikan dokter yang terus mengajaknya berbicara. Noah kebingungan, tidak tahu harus berbicara apa, dia tidak memahami situasi apa yang kini teng
Hembusan angin terdengar dibalik jendela, salju turun dibawah langit yang cerah.Evelyn membelit lehernya dengan syal, hari ini dia ingin berkunjung ke makam Daniel untuk meredakan kerindukan yang sudah bertumpuk didalam dada.Evelyn berharap, dengan berkunjung ke makam Daniel, dia mendapatkan sedikit kekuatan untuk bisa bangkit dan memulai hari-hari barunya dengan penuh keikhlasan. Evelyn tidak bisa selamanya duduk dalam keterpurukan dengan kondisi kehamilan yang akan membesar, merepotkan rekan kerjanya yang selalu datang setiap hari untuk memastikan kesehatan, juga merepotkan kepala panti asuhan yang selalu membawa makanan.Baru saja Evelyn membuka pintu hendak keluar, dia langsung menghadap seorang pria berpakaian formal tengah berdiri didepan pintu apartementnya. “Selamat pagi Nyonya. Saya Athur, assistant pribadi tuan Matteo, beliau ingin berbicara dengan Anda sekarang.”Evelyn mendegus kesal, nada bicara Athur terdengar seperti memerintah dibandingkan dengan meminta. “Tidak ad
Sorot mata Matteo berubah tajam mendengar penolakan Evelyn. “Apa kau lupa jika pernikahan ini adalah wasiat dari suamimu? Ini bukan semata-mata keinginanku saja.” “Saya tidak sudi menikah dengan laki-laki yang telah membunuh suami saya!” Matteo meneguk tehnya sebelum kembali melanjutkan pembicaraan. “Sekarang Noah amnesia dan dia tidak mengingat apapun yang terjadi, termasuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Ini adalah moment yang tepat untuk melangsungkan pernikahan kalian.” “Saya tidak akan menikah dengan Noah, Tuan Matteo Sylvester!” jawab Evelyn berteriak frustasi. “Persetan dengan wasiat. Saya ingin Noah bertanggung jawab dengan mendekam dipenjara, bukan menjadi menjadi suami pengganti saya! Apalagi menjadi ayah untuk anak dalam kandungan saya, saya tidak sudi!” “Nona Evelyn,” panggil Matteo dengan suara yang kian tenang, berbanding balik dengan sorot matanya yang tajam menusuk, “aku bukan seseorang yang ingkar dengan janjiku.” Gigi Evelyn mengetat, tatapan Matteo berhasil
Evelyn duduk lemas, beberapa kali dia mengatur napasnya yang semakin sesak kesulitan mengendalikan emosi didalam dada. Dia marah, benci, sekaligus malu dengan dirinya sendiri yang tidak cukup kuat untuk menuntut keadilan atas kematian suami yang dicintainya.Evelyn masih tidak habis pikir, segala hal yang dia alami saat ini masih terasa seperti mimpi panjang untuknya. Baru tiga hari dia ditinggal Daniel sampai belum sempat mengurus setiap persoalan data kependudukannya, dengan cepatnya kini Evelyn telah menjadi isteri orang lain.“Aku tidak hanya tidak mampu menuntut keadilan untukmu Daniel, aku juga telah mengkhianatimu,” lirih Evelyn dengan suara bergetar.Evelyn telah menikah dengan seorang lelaki yang sama sekali belum pernah dilihatnya. Pernikahan mereka dilakukan tanpa ada ucapan janji di altar, tanpa ada pendeta yang bersaksi, namun dengan kekuasan Matteo, pernikahan itu tercatat secara sah dalam catatan negara.Evelyn telah sah menjadi isteri Noah Sylvester.Apakah keputusanny
“Katakan saja, aku harus membayar berapa untuk tahu keberadaan Eve.” Mante meminta sekadar hanya untuk menguji keseriusan Noah, dia tidak mungkin menukarkan informasi keluarga orang-orangnya dengan uang yang tidak seberapa. Mante cukup banyak tahu hal-hal yang berhubungan dengan Evelyn karena kini mereka sudah cukup dekat, Evelyn sudah mulai menikmati kehidupannya yang sekarang setelah jatuh dalam keterpurukan. Lantas apa layak lelaki di hadapannya mengetahui keberadaan Evelyn? “Kenapa kau diam saja?” tanya Noah tidak sabaran. “Berikan kartu identitasmu,” pinta Mante. Tanpa ragu-ragu Noah mengeluarkan dompetnya dan membiarkan Mante memotret kartu identitasnya. Biasanya, orang-orang kelas atas selalu menyamarkan nama asli mereka dari public dan identitas penting mereka untuk menjaga keamanan, karena itu Mante membutuhkannya sebagai jaminan. “Eve ada di Macau, dia sedang sibuk mempersiapkan pernikahan.” “Apa!” Noah yang berteriak menyelak marah, matanya melotot dan dengan kasar di
“Kenapa kau membawaku ke tempat sialan seperti ini?” omel Alfred mengikuti langkah Noah.“Memangnya aku harus membawamu kemana? Apa harus ke tempat perang agar kau melihat banyak pesawat tempur yang lewat?” tanya balik Noah dengan sinis.Alfred bersedekap kesal, mengikuti langkah Noah melewati antrian menuju tempat pacuan kuda. Mereka pergi ke salah satu kursi vip dan duduk di sana.Alfred tidak begitu suka dengan kebisingan yang tidak menenangkan, namun dia tahu saat ini Noah sedang membutuhkan sedikit hiburan. Entah mau sampai kapan Noah murung seperti ini terus, bergulat dengan pikirannya sendiri dan pertanyaan-pertanyaan tidak ada gunanya karena Evelyn belum kembali tidak memberinya kabar.Noah tidak belajar pada pada apa yang terjadi pada Alfred, jika menghabiskan seluruh cinta hanya pada satu orang wanita, mereka akan runtuh ketika ditinggalkan.Saat acara pacuan kuda dimulai, kursi-kursi kosong mulai diisi oleh tamu undangan, menariknya disalah satu kursi didekat Noah, dia me
Sarah menatap layarnya handpone dengan kesal, dia sudah mendengar kabar bahwa Noah telah pulang dari perjalanan bisnisnya beberapa hari yang lalu, namun sampai sekarang Sarah tidak pernah melihat Noah.Sejak perpisahannya dengan Evelyn, segalanya telah berubah.Termasuk hubungan Sarah dan Noah sudah tidak sebaik dulu lagi.Noah telah menjaga jarak sejauh mungkin, tidak pernah lagi membicarakan hal pribadi apapun lagi dengan Sarah kecuali kepentingan bisnis. Sarah telah berusaha memperbaiki hubungan mereka berdua, namun semuanya tidak lagi sama, Noah tetap dingin sekalipun dia tetap menunaikan tugasnya untuk menjaga nama baik dan kehormatan keluarga. Sudah beberapa kali, diam-diam Sarah telah mencoba mendatang beberapa perempuan untuk menggoda Noah, setidaknya untuk bisa mengisi kekosongnnya, sayangnya Noah telah berbeda, dia tidak lagi menerima kehadiran perempuan meski sekadar untuk pengobat bosannya.Sarah tidak tahu, seperti apa sebenarnya akhir dari hubungan Noah dan Evelyn, saat
Terik sinar matahari menyentuh kulit, air kanal biru jernih dilewati banyak gondola yang hilir mudik di depannya.Noah duduk termenung sambil memutar-mutar cincin pernikahan yang tidak pernah terlepas dijarinya.Suara musik terdengar disuatu tempat, para pejalan kaki yang sedang berbincang menemani keterdiamannya yang tidak melakukan apapun selain duduk di salah satu penjuru kota Venesia ditemani segelas vermouth.Noah sengaja datang ke Venesia setelah melakukan perjalanan bisnis di Roma selama satu minggu terakhir.Baru satu hari Noah berada di kota indah terapung ini, menghabiskan waktunya untuk berjalan melewati setiap sudut bangunan tanpa dia mengerti mengapa harus melakukannya.Menyaksikan banyak pasangan yang sedang menikmati waktu indah mereka, berbanding balik dengan Noah yang menjadikan Venesia sebagai pelarian sementara dari sebuah kekecewaan yang sulit dia utarakan.Sudah enam belas bulan lamanya dia dan Evelyn tidak saling berhubungan, waktu yang direncanakan hanya satu t
Gerimis turun membasahi payung-payung hitam, semua orang berdiri dalam keheningan menyedihkan karena harus mengantar kepergian seseorang ke tempat peristirahatan terakhirnya.Beberapa prajurit berjajar rapi, melakukan proses upacara pemakaman secara militer.Tubuh Evelyn terlihat gemetar memegang erat payungnya, dia meringis dengan derai air mata yang terus berjatuhan, tidak kuasa untuk melihat peti jenazah ayahnya yang kini harus dikuburkan.Tidak lebih dari satu bulan dia menikmati kebahagiaan dari artinya keluarganya, menerima kasih sayang dari yang disebut orang tua, dikelilingi kehangatan yang membuatnya begitu nyaman dan merasa berharga.Semua itu kini harus pupus…Evelyn kembali harus menerima takdirnya. Takdir ditinggalkan oleh orang-orang yang Evelyn anggap penting dalam hidupnya.Semua meninggalkannya dengan kematian.Tuhan mengambilnya seakan Evelyn tidak berhak memiliki satupun diantara mereka, Daniel, bayinya, dan sekarang ayahnya.Saat pertama kali datang dan bertemu Mar
“Angkat wajahmu.”Suara dingin Dominiq Stalyn yang memerintah membekukan tubuh Evelyn, ketakutan semakin menekan dirinya untuk tidak melakukan apa yang diperintahkan.Tangan Evelyn terkepal di sisi, menggenggam kuat pakaiannya untuk menyalurkan kegelisahan. Evelyn sudah siap, jika dia mendengar sedikit saja penghinaan yang terlontar dari mulut pria tua itu, Evelyn tidak akan ragu untuk langsung angkat kaki meninggalkan tempat dan mengurungkan niatnya bertemu Martin.“Nak,” panggil Dominiq mendekat, ujung telunjuknya mendorong keatas dagu Evelyn agar wajahnya yang tersembunyi diperlihatkan.Dengan berat Evelyn akhirnya mengangkat wajahnya dan berpandangan dengan Dominiq. Kesan pertama yang Evelyn rasakan, sama persis seperti saat bertemu Frederick untuk pertama kalinya, perasaan saling terikat.Irish mata yang biru jernih itu saling memandang untuk beberapa saat, ketegangan yang sempat menjebak sedikit terpecah kala wajah tegas dan dingin Dominiq mulai mengukir senyuman, tangannya ya
Frederick keluar ruangan interogasi, meninggalkan seorang wanita yang tengah menangis tersedu-sedu setelah dicecar penuh tekanan tanpa diberi waktu beristirahat, tekanan yang dibuat Frederick berhasil membuatnya menyerah histeris mengakui perbuatannya.Frederick melenggang dengan langkah tegas meninggalkan kantor kejaksaan. Tempat dimana dia membangun kariernya sebagai salah satu jaksa yang paling disegani hingga ditakuti beberapa penjahat kotor yang terlibat dalam masalah.Tidak banyak orang yang tahu, Frederick memiliki peranan penting dalam kelompok mafia dan dia tahu banyak catatan criminal para pejabat hingga orang-orang penting lainnya melalui informasi rahasia kelompoknya. Dengan begitu, sangat mudah untuk Frederick menumbangkan mereka tanpa sisa.Hari ini, Frederick telah menyelesaikan tugasnya untuk hari ini. Sudah waktunya untuk dia pulang.Di depan kantor kejaksaan, Frederick berdiri di pinggiran jalan, matanya yang tajam seperti elang itu meneliti setiap kendaraan lewat.
“Katakan saja Eve, aku berjanji akan menyanggupinya.”Keyakinan dan semangat berkobar dimata Noah seolah dia siap memenuhi apapun syarat yang akan diminta Evelyn selama mereka berdua tidak bercerai. Evelyn meremas permukaan pakaiannya dibawah meja, terdiam dalam beberapa saat untuk mempertimbangkan apa yang akan disampaikan didetik-detik terakhir. Evelyn mengatur napasnya beberapa saat sebelum akhirnya berbicara, “Jika kau tidak ingin bercerai denganku, maka kau harus berjanji, jangan pernah muncul dihadapanku selama satu tahun kedepan, jangan pernah mencoba menghubungiku ataupun mencaritahu keberadaanku. Kita harus hidup di jalan masing-masing karena selama satu tahun itu, aku akan belajar bangkit dengan caraku sendiri dan kau renungkan perasaanmu, siapa tahu cinta yang kau yakini, pernikahan yang ingin kau pertahankan hanya perasaan sesaat dan kau berubah pikiran ingin bercerai karena menemukan pengganti yang sebanding denganmu.”Binar dimata Noah meredup, wajahnya yang sempat c
Noah membaringkan tubuhnya di sofa yang tidak jauh lebih panjang dari kakinya, meski tidak nyaman hanya itu tempat yang bisa dia jadikan tidur untuk malam ini. Evelyn tidak lagi muncul sejak masuk ke dalam kamar, dia benar-benar mengabaikan keberadaan Noah dan menganggapnya seperti furniture ruangan.Noah tidak kecewa, selama dia masih bisa melihat Evelyn disekitarnya, semuanya akan baik-baik saja.Suara detak jarum jam terdengar, waktu sudah menunjukan pukul dua malam.Noah tidak kunjung tidur, dia gelisah setiap kali melihat ke sekeliling dan memandangi setiap hal yang berhubungan dengan Evelyn Daniel. Rumah yang menjadi tempat mereka bernaung selama ini.Semakin Noah sadar seberapa besar cinta dan kebahagiaan yang Evelyn dapat dari Daniel, dia semakin merasa berdosa telah memisahkan mereka berdua.Tidak tahu dirinya Noah, meski dia merasa berdosa akan perbuatannya, sisi dirinya yang serakah dan jahat tetap merasakan kebahagiaan karena wanita yang menjadi isterinya adalah Evelyn. No