Di sisi lain, jemari Noah bergerak pelan diatas permukaan ranjang, pria itu mulai mulai memberikan respon saat seorang doker memanggil namanya dan mengajak berbicara ditengah terapi yang membantu merangsang indranya.
Tiga hari sudah Noah mengalami koma, kini akhirnya mulai menunjukan tanda-tanda membaik dan stabil. Matteo dan Sarah yang sejak lama menunggu diluar ruangan terlihat cemas, berharap jika Noah akan segera sadar dari komanya. Dengan penuh perjuangan dan ditunjang alat-alat medis, akhirnya Noah mulai membuka matanya. “Noah Sylvester, Anda bisa mendengar dan melihat saya?” tanya dokter. Telinga Noah berdengung sakit, bulu matanya berkedip pelan, beberapa kali penglihatannya berkabut dan membutuhkan waktu untuk memproses cahaya yang ada disekitarnya. “Noah Sylvester, Anda bisa melihat saya?” tanya dokter lagi. Noah terdiam mengabaikan dokter yang terus mengajaknya berbicara. Noah kebingungan, tidak tahu harus berbicara apa, dia tidak memahami situasi apa yang kini tengah terjadi padanya. Gemuruh yang mengganggu perlahan menghilang, Noah akhirnya mendengar suara dokter yang mengajak berbicara. Noah mengerang lemah, merasakan perih dan kering dikerongkongan. Ada sesak yang memenuhi dada, mendorongnya untuk menangisi guncangan perasaan sedih yang tidak dipahami. Apa yang sebenarnya telah terjadi? Semakin Noah berusaha mengingat, kepalanya berdenyut sangat sakit. Sekelebat bayangan wajah ayahnya muncul diingatan, ayahnya tengah duduk diatas papan seluncur dan memanggil Noah dengan senyuman lebar karena ombak yang sudah lama dinantikan akhirnya datang. “Noah, Anda mendengar ucapan saya?” tanya dokter lagi, terus menunggu dengan sabar kapan Noah akan merespon. Mata Noah bergerak pelan, memfokuskan dirinya pada dokter yang terus mengajaknya berbicara untuk memastikan kemampuan pendengaran dan penglihatan Noah normal. “Dimana ayah saya?” tanya Noah degan suara serak dan terbata. Dokter langsung tersenyum ramah begitu Noah mulai berbicara. “Panggilkan ayah pasien, dia ingin bertemu.” “Baik Dokter,” jawab sang perawat berlari keluar ruangan untuk menemui Matteo dan Sarah yang sudah lama menunggu. “Bagaimana keadaan cucu saya?” tanya Matteo tidak sabaran. “Pasien telah sadar dan sudah bisa diajak berbicara.” Matteo langsung mengusap dadanya memanjatkan syukur, setelah beberapa hari menanti dengan perasaan campur aduk, kini akhirnya Noah telah kembali sadar. “Sekarang pasien ingin bertemu dengan ayahnya, bisa Anda memanggilnya?” tanya perawat. Kening Sarah mengeryit kebingungan. “Apa maksud Anda? Ayah Noah telah meninggal sejak enam tahun yang lalu.” Perawat itu tersentak kaget. “Maaf jika saya lancang Nyonya, apa ada orang lain yang mungkin sudah pasien anggap sebagai ayahnya sendiri?” tanya perawat dengan penuh kehati-hatian. Sarah menggeleng. “Tidak ada. Satu-satunya lelaki yang Noah orang tuakan adalah kakeknya.” Perawat itu mengangguk menyembunyikan kekhawatiran diwajahnya, dia segera masuk kembali kedalam ruangan dan menyamaikannya kepada dokter. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Sarah kembali dibuat cemas. *** Tiga jam telah berlalu, hasil pemeriksaan medis Noah akhirnya telah keluar. Segala kecemasan yang mengganggu Matteo dan Sarah akhirnya mendapatkan jawaban. Dokter mengatakan jika Noah mengalami amnesia dan trauma pasca kecelakaan yang membuatnya melupakan segala peristiwa yang terjadi dalam waktu sepuluh tahun terakhir. Noah berpikir bahwa bahwa saat ini dia masih berada ditahun 2013, masih menjadi seorang mahasiswa, ingatan terakhir Noah adalah pergi surfimg bersama ayahnya di Jeffreys Bays, Afrika Selatan. Kondisi Noah semakin membuat Matteo khawatir. Tidak hanya pihak kepolisian yang mungkin akan menganggap hilang ingatan Noah sebagai manifulasi catatan medis untuk mengurangi hukuman, kritikan public akan semakin keras jika kasus berlanjut, ditambah lagi posisi Noah yang rentan dimanfaatkan banyak musuh bisnis Matteo jika mereka tahu Noah hilang ingatan. Masalah ini tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi. Tidak ada cara lain, satu-satunya cara untuk menutupi kasus ini adalah menepati janji Matteo, yaitu menikahkan Evelyn dengan Noah. Matteo mengusap wajahnya dengan kasar, dilihatnya Sarah yang baru keluar dari ruangan dokter. Sarah tampak lesu, matanya sembab karena terlalu banyak menangis. Sampai saat ini Sarah maupun Matteo tidak diizinkan untuk menemui Noah. “Sarah, jaga Noah dan jangan berbicara apapun mengenai kecelakaan yang terjadi padanya, jangan biarkan orang asing menemuinya, terutama Simon dan Milia. Aku akan mengurus masalah ini secepatnya,” perintah Matteo sebelum pergi bersama assistantnya. Sarah mengangguk pasrah, tidak dapat melawan perintah mertuanya karena saat ini dia tidak memiliki banyak kemampuan untuk membantu mengatasi masalah putranya. Sarah melangkah gontai, pergi ke ruangan Noah dirawat dan memperhatikan keadaannya melalui balik jendela. Saat ini Noah masih kebingungan pasca koma, dokter tengah membantu mengembalikan keterampilan dasarnya dalam berbicara menggerakan anggota tubuhnya yang lain, mengingatkan dia akan wajah dirinya sendiri melalui cermin. Sarah meringis sedih mencengkram siku tangannya. Sangat menyakitkan melihat keadaan putranya dalam keadaan seperti ini. Kini dia tidak hanya harus berjuang untuk sembuh, Noah juga harus berjuang mengahadapi tuntutan hukum yang sangat berat.Sarah tidak pernah membayangkan jika hal buruk seperti akan terjadi pada putranya. Segalanya telah terjadi diluar kendali, diluar rencana hidup Noah yang sudah diatur akan selamanya berjalan sempurna.
Hembusan angin terdengar dibalik jendela, salju turun dibawah langit yang cerah.Evelyn membelit lehernya dengan syal, hari ini dia ingin berkunjung ke makam Daniel untuk meredakan kerindukan yang sudah bertumpuk didalam dada.Evelyn berharap, dengan berkunjung ke makam Daniel, dia mendapatkan sedikit kekuatan untuk bisa bangkit dan memulai hari-hari barunya dengan penuh keikhlasan. Evelyn tidak bisa selamanya duduk dalam keterpurukan dengan kondisi kehamilan yang akan membesar, merepotkan rekan kerjanya yang selalu datang setiap hari untuk memastikan kesehatan, juga merepotkan kepala panti asuhan yang selalu membawa makanan.Baru saja Evelyn membuka pintu hendak keluar, dia langsung menghadap seorang pria berpakaian formal tengah berdiri didepan pintu apartementnya. “Selamat pagi Nyonya. Saya Athur, assistant pribadi tuan Matteo, beliau ingin berbicara dengan Anda sekarang.”Evelyn mendegus kesal, nada bicara Athur terdengar seperti memerintah dibandingkan dengan meminta. “Tidak ad
Sorot mata Matteo berubah tajam mendengar penolakan Evelyn. “Apa kau lupa jika pernikahan ini adalah wasiat dari suamimu? Ini bukan semata-mata keinginanku saja.” “Saya tidak sudi menikah dengan laki-laki yang telah membunuh suami saya!” Matteo meneguk tehnya sebelum kembali melanjutkan pembicaraan. “Sekarang Noah amnesia dan dia tidak mengingat apapun yang terjadi, termasuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Ini adalah moment yang tepat untuk melangsungkan pernikahan kalian.” “Saya tidak akan menikah dengan Noah, Tuan Matteo Sylvester!” jawab Evelyn berteriak frustasi. “Persetan dengan wasiat. Saya ingin Noah bertanggung jawab dengan mendekam dipenjara, bukan menjadi menjadi suami pengganti saya! Apalagi menjadi ayah untuk anak dalam kandungan saya, saya tidak sudi!” “Nona Evelyn,” panggil Matteo dengan suara yang kian tenang, berbanding balik dengan sorot matanya yang tajam menusuk, “aku bukan seseorang yang ingkar dengan janjiku.” Gigi Evelyn mengetat, tatapan Matteo ber
Evelyn duduk lemas, beberapa kali dia mengatur napasnya yang semakin sesak kesulitan mengendalikan emosi didalam dada. Dia marah, benci, sekaligus malu dengan dirinya sendiri yang tidak cukup kuat untuk menuntut keadilan atas kematian suami yang dicintainya.Evelyn masih tidak habis pikir, segala hal yang dia alami saat ini masih terasa seperti mimpi panjang untuknya. Baru tiga hari dia ditinggal Daniel sampai belum sempat mengurus setiap persoalan data kependudukannya, dengan cepatnya kini Evelyn telah menjadi isteri orang lain.“Aku tidak hanya tidak mampu menuntut keadilan untukmu Daniel, aku juga telah mengkhianatimu,” lirih Evelyn dengan suara bergetar.Evelyn telah menikah dengan seorang lelaki yang sama sekali belum pernah dilihatnya. Pernikahan mereka dilakukan tanpa ada ucapan janji di altar, tanpa ada pendeta yang bersaksi, namun dengan kekuasan Matteo, pernikahan itu tercatat secara sah dalam catatan negara.Evelyn telah sah menjadi isteri Noah Sylvester.Apakah keputusanny
Keringat dingin membasahi wajah Noah, tangannya gemetar kesulitan mengendalikan kepanikan yang telah berhasil menakutinya. Beberapa kali Noah membuka buku pernikahannya sekadar memastikan keasliannya. Semakin sering Noah melihatnya, kepalanya mulai pusing dan suhu tubuhnya meningkat. Belum cukup menerima kenyaaan bahwa dia hilang ingatan dan ayahnya telah meninggal, kini Noah juga harus menghadapi kenyataan bahwa ternyata dia telah menikah, memiliki seorang iseri yang tengah mengandung. Noah mengusap wajahnya dengan kasar, pria itu berusaha keras mengingat kapan dirinya menikah? “Mengapa aku melupakan hal-hal penting yang terjadi dalam hidupku?” Noah mengerang frustasi. Apa yang harus Noah lakukan kedepannya? Dia masih terjebak dalam memorinya yang berusia tujuh belas tahun, sangat sulit untuknya menerima kenyataan bahwa kini telah menikah dan sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. *** “Mengapa Ayah tidak mendiskusikan hal ini padaku? Aku ibunya Noah! Aku juga berhak untuk
“Bagaimana perasaan Anda sekarang?” tanya dokter yang membantu memeriksa kembali keadaan Noah sebelum kepulangannya hari ini. “Saya merasa lebih baik sekarang, terima kasih atas bantuan Anda selama beberapa hari ini,” jawab Noah. “Itu sudah menjadi kewajiban saya.” Beberapa hari menjalani perawatan dan terapi, keadaan Noah berangsur membaik meski terkadang dia kesulitan tidur menjelang malam karena sakit yang menimbulkan demam. Dalam demam itu, samar-samar sebuah bayangan yang menyilaukan selalu datang begitu nyata, suara tangisan peremuan asing ikut terdengar bergema ditelinga dan menggemuruhkan dada. Setiap kali mimpi itu datang, Noah akan gelisah dan membutuhkan obat penenang. Noah sudah berusaha keras memahami arti dari mimpi sama yang datang disetiap malamnya, beberapa kali dia bertanya kepada ibu dan kakeknya mengenai kecelakaan yang dia alami. Namun, keduanya secara kompak mengatakan jika Noah mengalami kecelaan tunggal dibawah garasi perusahaan karena mobil yang dia kend
Aroma alkohol tercium kuat di sebuah private room.Beberapa orang tengah bersenang-senang ditemani wanita penghibur yang sengaja dipanggil untuk menjadi penyaji minuman. “Berhentilah menekuk wajahmu. Didunia ini, wanita bukan hanya Milia saja!” tegur seorang pria berambut pirang pada Noah.Namun, Noah masih saja meneguk alkohol sampai tandas.Entah sudah berapa gelas Noah minum hanya untuk meredakan kerisauan didalam hatinya karena Milia memutuskan hubungan dengannya begitu saja tanpa sebab, tanpa penjelasan apapun.Wajah pria itu terlihat sudah memerah dengan napas yang tidak beraturan karena mabuk.Selama ini mereka telah melakukan hubungan jarak jauh tanpa ada masalah apapun, tapi mengapa kini setelah satu hari Noah mendengar kabar kepulangan Milia dari luar negeri, tiba-tiba saja Milia menginginkan perpisahan?Noah tidak terima, Milia bertindak seolah hubungan mereka berdua seperti tidak ada artinya.“Tuan, Anda menginginkannya lagi?” tanya seorang wanita cantik yang sejak tadi
Suara sirine ambulance terdengar seiring dengan pergerakan cepat Evelyn membawa Daniel.Evelyn menutup mulutnya dalam bekapan, menahan tangisan pilunya mendengar suara rintihan Daniel yang kesakitan.Meski Daniel kini tengah ditangani oleh beberapa tim medis karena mengalami pendarahan dan luka yang cukup parah, sepanjang jalan Evelyn tidak berhenti merapalkan do’a, mengharapkan jika Daniel suamianya akan baik-baik saja. “Eve..” panggil Daniel menangis ditengah sakit yang harus dia lalui.“Daniel, ini aku,” isak Evelyn mendekat dan meraih tangannya dengan penuh kehati-hatian.Bola mata Daniel bergerak pelan, bibirnya yang pucat sedikit terbuka menarik napas dengan kesulitan. Seluruh tubuhnya sangat sakit, hingga disetiap hembusan napas yang harus diambil begitu menyiksa.Daniel tidak menyangka.Baru beberapa menit lalu dia merayakan kebahagiaan dengan isterinya karena mendengar kabar bahwa anak yang mereka tunggu selamaa ini telah hadir di rahim Evelyn, tapi kini dia harus melalui s
Di sisi lain, Sarah menutup mulutnya dalam bekapan kuat.Meski tengah rapat penting di perusahaan pangan Star-X, wanita itu berlari kencang kala mendapat kabar sang putra. Bahkan, wanita bertangan besi di dunia bisnis itu, masih menyembunyikan suara tangisannya di tengah kesunyian ruangan tempat putranya kini terbaring diranjang rumah sakit dengan alat-alat medis yang terpasang.Dokter mengatakan jika guncangan keras yang dialami Noah, putranya, telah membuatnya gegar otak, dan salah satu kakinya patah. “Noah, bagaimana bisa kau mengalami peristiwa ini Nak?” bisik Sarah meratapi keadaan putranya.Hati ibu mana yang tidak hancur jika putranya yang beberapa jam lalu sehat, kini terbaring tidak sadarkan diri? Sarah meninggalkan ruangan Noah begitu melihat ayah mertuanya tengah berbicara dengan dua orang polisi yang memberikan keterangan setelah memeriksa kejadian kecelakaan dan melihat hasil medis Noah.Polisi mengatakan jika dalam kasus ini, Noah sepenuhnya salah karena berkendara d