“Bagaimana keadaanmu?” “A-aku merasa sedikit lebih baik sekarang,” jawab Noah dengan suara bergetar. Evelyn duduk di sisi ranjang, wanita itu tidak memiliki kata-kata lain yang bisa dia ucapkan lagi. Masih sulit untuknya berpura-pura akrab, apalagi berpura-pura memiliki ikatan penting dengan lelaki yang sangat dibencinya. Diam-diam Noah melirik Evelyn melalui sudut matanya, melihat jari manis Evelyn yang terpasang cincin pernikahan sama dengan apa yang dia kenakan. Pandangan Noah bergerak ke atas, menatap Evelyn dengan lekat. Semakin Noah memperhatikannya, dia teringat sekelabat ingatan yang pernah terjadi. Noah berdeham memecah keterdiaman Evelyn yang tidak berbicara apapun lagi padanya. “Apa kau sudah tahu mengenai amnesia yang aku alami?” Evelyn langsung menengok, “Aku sudah tahu,” jawabnya terdengar dingin. “Apa kau marah, karena itu kau tidak datang menengokku?” tanya Noah lagi. Tangan Evelyn meremas kuat permukaan ranjang. Benar Evelyn sangat marah dan benci hingga ti
Salju turun begitu lebat, cuaca yang dingin membekukan tangan Evelyn yang kini gemetar hebat tidak dapat mengendalikan kesakitan yang menyebar diseluruh nadinya. Suara napas kasar tidak beraturan terdengar dibawah hujan salju. Evelyn menyadarkan punggungnya pada dinding, wanita terisak menangis, meratapi kesedihan yang telah menghancurkan hatinya. Betapa kejamnya Matteo Sylvester, dengan seenaknya dia mengubah potret wajah Daniel dan menggantinya dengan wajah Noah, menghancurkan arti dari setiap photo berharga Evelyn dengan lelaki yang teramat sangat dia cintai. Mengapa Matteo begitu tega melakukan ini kepadanya? Apakah belum puas baginya setelah memaksa Evelyn menikah dengan Noah, Matteo juga menginjak harga diri Evelyn dengan menodai setiap moment penting yang Evelyn abadikan bersama Daniel. Jika memang photo diperlukan untuk menguatkan kebohongan, mengapa Matteo tidak memilih potret orang lain saja? Daniel adalah pria yang baik dan penuh rasa hormat, bahkan disisa akhir hayatn
Noah duduk terpaku, menghabiskan waktunya untuk melihat potret photo pernikahannya dengan Evelyn terbingkai disebuah figura besar yang menghiasi dinding. Photo pernikahan itu terlampau sederhana untuk keluarga Sylvester yang merayakan hari penting dalam hidup mereka. Di dalam photo itu, Evelyn mengenakan gaun putih sederhana, ditangannya terdapat seikat bunga, tangan satunya lagi merangkul lengan Noah sambil menyandarkan wajahnya dibahu Noah, mereka berdua berdiri didepan sebuah taman. Anehnya, dibalik kesederhanaan potret photo itu ada sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai harganya, ada cinta yang begitu besar terpancar jelas dibalik senyuman dan mata berbinar Evelyn. Sebuah pernikahan adalah adalah moment yang sacral, sesuatu yang sangat penting karena terjadi untuk sekali seumur hidup. Seharusnya Noah mengingatnya moment berharga itu meski hanya berbentuk bayangan samar. Tapi mengapa, Noah tidak mengingatnya sedikitpun meski dia berusaha mencoba? Noah mencoba memahami seber
Noah duduk dalam ketegangan, pria itu menahan napasnya saat Evelyn mulai meloloskan pakaiannya dengan penuh kehati-hatian. Aroma shampoo dari rambut Evelyn yang terayun, suara hembusan napasnya yang lembut, lentik bulu matanya yang berkedip, lembut tangannya yang sesekali tidak sengaja menyentuh kulit telah berhasil membangkitkan semua panca indra Noah.Berbanding balik dengan Evelyn, wanita itu tidak merasakan emosi apapun didalam jiwanya saat berdekatan dan bersentuhan dengan Noah.Evelyn tidak malu, tidak pula kagum dengan semua kesempurnaan fisik Noah yang terpampang jelas didepan matanya.Dulu, saat Evelyn keluar panti asuhan di usia delapan belas tahun, dia harus berjuang bertahan hidup sambil menjalani sekolah kedokterannya. Untuk bisa bertahan, Evelyn bekerja sebagai perawat beberapa orang lansia yang mengalami Alzheimer dip anti jompo.Bagi Evelyn, menangani Noah yang kini tengah sakit bukanlah hal yang baru lagi untuknya.Evelyn sendiri tidak memiliki niatan untuk mencelakai
“Apa dulu kau sering memberiku perhatian seperti ini Eve?” tanya Noah dengan senyuman bahagianya.Deg!Sorot mata Evelyn berubah sendu, sesak dan sakit langsung menohok hatinya mendengar pertanyaan lancang Noah. Ingatan Evelyn berkelana, terbayang moment indahnya yang kini tinggal kenangan.Evelyn selalu merawat Daniel disetiap pagi, karena banyak pekerjaan sampingan yang Daniel kerjakan, Daniel sangat sulit dibangunkan akibat kelelahan, sehingga Evelyn sering menariknya ke kamar mandi dan menyuapinya makan agar mereka bisa pergi ke rumah sakit tanpa terlambat.Semasa hidup Daniel, pria itu lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berjuang mempersiapkan masa tuanya dengan Evelyn. Evelyn sangat menyesal, andai dia tahu Daniel akan pergi diusia muda, Evelyn ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya, lebih memperhatikannya, memberinya lebih banyak cinta dan kebahagiaan hingga saat-saat terakhirnya.Sekarang, segala kebahagiaan yang dulu Daniel torehkan dikehidupan Evelyn, telah m
Evelyn sedikit membuang muka menyembunyikan ketidak sukaannya yang sangat sulit untuk dia sembunyikan. Kedatangan Noah telah menghancurkan suasana hatinya yang telah kembali tenang. Noah memelintir ujung pakaiannya, pria itu tertunduk kecewa dengan perubahan wajah Evelyn. “Kau mau makan sekarang?” tanya Evelyn memecah keheningan. Dalam seperkian detik wajah suram Noah berubah cerah, pria itu mengangguk cepat, menarik mundur kursi roda dan menunggu di meja makan tanpa mengalihkan perhatiannya dari sosok Evelyn yang tengah menyiapkan makanan. “Eve, apakah di rumah ini tidak ada satupun pekerja? Setidaknya harus ada dua pelayan yang mengerjakan semuanya agar kau tidak kelelahan,” ucap Noah dengan serius. Evelyn mendengus geli, sudah dia duga, Noah Sylvester adalah tuan muda yang terbiasa dilayan. Pasti akan sulit untuknya melakukan segalanya sendiri meski itu hal-hal yang sederhana dan dasar. “Aku tidak keberatan melakukan pekerjaan rumah. Aku lebih nyaman seperti ini, dengan begitu
Noah tersenyum lembut mengenang sesuatu yang semakin jelas dalam ingatannya. “Sekarang aku ingat, dulu kita pernah bertemu saat kau menjadi peserta olimpiade internasional di sekolahku. Sepertinya, pada saat itu kau masih menjadi siswa menengah pertama.” Pupil mata Evelyn melebar tidak dapat menutupi keterkejutanya mendengar jawaban Noah yang diluar dugaan. Evelyn memang pernah mengikuti sebuah olimpiade disebuah sekolah internasional. Olimpiade itu begitu berkesan bagi Evelyn, dia bekerja keras untuk bisa lolos begitu dia tahu bahwa hadiah utama dari olimpiade adalah beasiswa kuliah di universitas bergengsi di luar negeri dengan uang saku yang berjumlah besar. Siang malam Evelyn belajar, terkadang Evelyn pergi keluar tengah malam dari panti asuhan dan belajar di taman karena lampu-lampu ruangan yang harus dimatikan untuk menghemat biaya listrik. Semua kerja keras dan tekad Evelyn membuahkan hasil, dia akhirnya berhasil mengalahkan ratusan siswa untuk bisa ikut olimpiade. Sampa
“Kau mau kemana ditengah badai salju seperti ini?” tanya Juan dengan suara yang tegas.Milia menelan salivanya dengan kesulitan, wanita itu tidak dapat menyembunyikan ketegangan diwajahnya kala kedua orang tuanya secara bersamaan melihatnya dengan tatapn mengintimidasi.Ragu-ragu Milia terus melangkah dan mendekat. “Aku memiliki janji dengan temanku untuk membicarakan pekerjaan,” jawab Milia dengan suara bergetar.“Sebaiknya adakan pertemuan di rumah saja, kau jangan keluar rumah sampai hari pernikahanmu, dan jangan pernah lagi berusaha menemui Noah,” tegur Juan.Bibir Milia menekan kuat menahan kemarahannya mendengar nama lelaki yang dicintainya kembali diungkit. Sejak kejadian dimalam itu, Milia tidak lagi bertemu dengan Noah meski dia berusaha mencari, kabar Noah simpang siur, ada yang mengatakan jika dia terlibat kecelakaan hebat, ada pula yang mengatakan jika dia pergi keluar negeri.Hari ini Milia harus kembali mencari Noah dan menjelaskan keadaannya. Berharap Noah akan mengerti
Alis Moza sedikit bergerak, wanita itu tersenyum tanpa menghina ataupun tatapan merendahkan kepercayaan diri Milia. “Jadi, Anda yang bernama Milia. Ternyata lebih cantik dan muda dari apa yang Alex ceritakan.Senyuman Milia sedikit memudar, terjebak dalam perasaan canggung karena reaksi tidak terduga Moza yang kian tenang dan justru memujinya. “Saya juga sudah sering mendengar tentang Anda dari Alex, dia begitu terbuka bercerita tentang isteri tuanya.”“Anda sudah bertemua keluarga Alex?” tanya Moza tidak mempedulikan hinaan Milia.Milia menyampirkan helaian rambutnya dibelakang telinga, dengan anggukan samar dia menjawab, “Ya, hari ini saya menemui orang tua Alex dan memeriksa gaun pernikahan, Alex sangat bersemangat meski saya meminta dia melakukannya setelah sidang perceraian Anda dengannya selesai,” jawab Milia begitu lancang dan bangga dengan tindakan memalukannya.“Benarkah? Jadi, kapan tanggal pernikahan Anda dan Alex akan diselenggarakan? Saya juga harus mempersiapkan gaun unt
“Menurutmu, mengapa aku bersedia menikah dengamu, meski status pernikahan kita disembunyikan Noah?” Noah mengerjap beberapa kali, mencerna pertanyaan Evelyn sampai akhirnya dia mendapatkan sebuah kesimpulan yang paling tepat untuk menjadi jawaban. “Apa kita kawin lari?” tebaknya dengan tatapan polos tanpa dosa.Kesedihan dimata Evelyn menghilang dalam sekejap begitu mendengar jawaban tidak masuk akal Noah Sylvester. Dalam gerakan cepat Evelyn meraih wajah Noah dan mencengkram pipinya sampai membuat bibir lelaki itu terbuka seperti seekor ikan yang terlempar ke daratan.“Apa katamu?” tanya Evelyn penuh tekanan, mengharapkan jawaban yang sedikit lebih baik dari sebelumnya.“Karena kita saling mencintai namun tidak mendapatkan restu karena perbedaan kelas social, kita kawin lari Eve, karena itu aku merahasiakanmu dari keluargaku dan semua orang,” jelas Noah semakin yakin dengan apa yang dia pikirkan.Evelyn mendengus jengkel, daya pikir Noah yang cetek ternyata tidak dapat Evelyn ajak b
Suara deringan telepon terdengar dikesunyian, membangunkan Evelyn dari tidur lelapnya diranjang apartementnya berada. Beberapa hari kekurangan tidur waktu beristirahat membuat Evelyn sangat lelah sampai dia tidak sadar waktu telah berlalu dengan cepat.Dilihatnya layar handpone, tertera nama Matteo.Evelyn menguap melihat jendela yang kini mulai gelap menandakan malam akan segara tiba, sepertinya dia akan terlambat pulang dan mengingkari janjinya kepada Noah tadi pagi. Telepon kedua dari Mattep kembali terdengar memaksa Evelyn untuk mengangkatnya.“Kenapa kau belum pulang dan meninggalkan Noah sendirian yang sedang sakit? Dia menunggumu sejak tadi,” tegur Matteo begitu pangilan diterima.Evelyn memutar bola matanya seketika tidak menutupi ketidak sukaannya. Setiap kali berbicara dengan Matteo, entah mengapa Evelyn selalu saja harus mendengarkan sederet perintah seakan hidup Evelyn saat ini berada dibawah kendali Matteo Sylvester. Apa Noah mengadu pada kakeknya hanya karena Evelyn be
Acara pesta ulang taun Mischa akhirnya dimulai. Masalah gaun yang sempat terjadi telah berlalu dengan cepat, tidak ada yang meminta Milia melepaskan gaun yang telah dia pakai karena Maori tidak ingin Evelyn mengenakan pakaian bekas lagi.Maori kembali menunjukan kasih sayangnya, melupakan apa yang telah terjadi dan berpikir jika kenangan tidak menyenangkan itu harus dia tinggalkan di kota Lapolez yang akan segera dia tinggalkan esok pagi.Maori tidak ingin memperbesar masalah lagi.Anak-anak panti sempati menampilkan tarian dan nyanyian sebelum akhirnya mereka menikmati makan malam bersama dengan penuh kehangatan.Evelyn tidak kuasa menahan senyuman bahagiannya menikmati setiap menit waktu yang berjalan menuju malam dikelilingi orang-orang terkasihnya. Anehnya, senyuman itu selalu hilang begitu saja setiap kali dia tidak sengaja melihat Milia yang kini kembali terkucilkan tanpa ada yang mengajaknya bergabung. Tatapan polos penuh ketakutan yang sering kali Evelyn lihat selama ini hila
Evelyn bergerak mundur, semakin bersembunyi dikegelapan yang memisahkan dirinya dari keramaian yang berlangsung, melihat reaksi Maori yang cukup marah, Evelyn malu dan tidak memiliki keberanian untuk meminta maaf secara langsung kepadanya sekarang.Apa yang harus Evelyn lakukan sekarang? Semua orang dewasa meragukan dirinya dan memandangnya sebagai anak yang tidak tahu rasa terima kasih.Satu-satunya orang yang bisa memperbaiki kesalah pahaman ini semuanya hanyalah Milia.Tapi Milia..Evelyn meringis tidak kuasa menahan tangisannya, meremas kuat dadanya yang sakit.Disini, ditempat ini Evelyn sendirian menanggung rasa bersalah yang teramat dalam kepada semua orang. Sementara Milia, dia berada dikeramaian tengar tertawa riang tidak sedikitpun menunjukan rasa bersalah setelah berbohong kepada Evelyn.Lebih menyakitkannya lagi, kini Milia memamerkan gaun dan sepatu yang dia pakai didepan semua orang, mengarang cerita bahwa Evelyn telah memberikannya pada Milia. Tanpa ragu Milia memperpan
“Apa kota ini tidak cocok untuk usaha baru keluargamu? Sudah beberapa kali Juan berada disini, tampaknya dia tidak menemukan satupun tempat yang cocok untuk dijadikan peternakan kuda,” tanya Chirstina.Maori tertawa renyah mendengar pertanyaan sahabatnya. “Itu sudah tidak masalah lagi untuk Juan. Juan tidak begitu kecewa, meski kami tidak menemukan tempat peternakan kuda yang cocok, secara tidak terduga justru dia menemukan anak yang sudah membuatnya jatuh cinta.”Christina ikut tertawa menyetujui pernyataan sahabatnya itu. Sudah hampir lima belas tahun Juan dan Maori menikah, Maori tidak dapat memberikan anak pada suaminya karena dulu dia pernah melakukan operasi pengangkatan rahimnya akibat kanker.Juan sempat ingin mengadopsi anak, namun dia menahan diri demi menghargai Maori yang belum bisa berdamai dengan kenyataan. Juan tidak ingin Maori berkecil hati dan berpikir bahwa rumah tangga mereka belum sempurna jika tidak ada anak.Setelah Maori berdamai dengan keadaannya dan memahami
Gemercing dari lonceng dream catcher terdengar kala angin berhembus masuk, lampu-lampu menerangi sekeliling panti asuhan tidak seperti malam-malam sebelumnya. Semua orang sedang bersuka cinta menantikan kedatangan orang yang selalu menjadi sponsor utama panti asuhan.Evelyn yang menyadari jika ini malam terakhirnya tinggal, tanpa menyia-nyiakan waktu, dia begitu bersemangat membantu siapapun yang ada disekitarnya.Matahari sore sudah tenggelam sepenuhnya, menyisakan warna kebiruan di langit berbintang.“Daniel! Aku mencarimu sejak tadi, rupanya kau disini,” panggil Evelyn diantara suara tawa manisnya, memanggil seorang anak laki-laki yang tengah duduk sendirian di depan jendela karena lelah.Daniel, dia panti asuhan lain yang diungsikan karena panti asuhan sebelumnya kebakaran, Evelyn yang sebaya dengannya menjadi teman terdekatnya.“Eve,” sapa Daniel tersenyum dengan mata berbinar, melihat penampilan Evelyn dari ujung kaki hingga kepala yang terlihat cantik meski mengenakan gaun bek
Derap langkah kaki anak-anak yang berlarian terdengar di lantai ubin, tawa bahagia mereka terdengar di lorong, membicarakan kue-kue lezat yang baru berdatangan dan akan mereka santap nanti malam.Malam ini, panti asuhan sedang membuat pesta untuk merayakan ulang tahun peminpin panti, sekaligus untuk merayakan Evelyn yang akan segera mendapatkan keluarga baru dan besok dia akan pergi dijemput, tinggal di rumah barunya.Evelyn adalah salah satu anak panti yang paling dewasa didalam panti asuhan, dia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa mendapatkan orang tua angkat.Tidak ada data siapa orang tuanya dan asal usulnya membuat beberapa orang ragu untuk mengangkatnya, orang-orang kelas menengah ke atas sangat percaya bahwa gen dari orang tua akan menurun kepada anak.Mereka khawatir Evelyn memiliki sifat jahat dari orang tua kandungnya dan dimasa depan dia akan membawa kerugain dan mempermalukan mereka.Karena alasan menyedihkan itu, Evelyn selalu berusaha menjadi anak yang baik dan
Mengapa Noah mengatakan jika tidak akan menikah sebelum menjadi CEO, padahal pada saat itu dia telah menjadi suami Evelyn? Mengapa Noah merahasiakan pernikahannya dari sahabat terdekatnya? Mustahil Noah tidak mengakui isterinya didepan sahabatnya sendiri! Apakah memang dulu Noah sejahat itu pada Evelyn? Atau justru ada alasan lain yang sebenarnya yang telah terjadi?Noah menelan salivanya dengan kesulitan, tangannya yang lemah gemetar, terkepal menggenggam segumpal kekhawatiran yang bertumpuk didada.Noah mengatur napasnya beberapa saat, mengumpulkan keberanian untuk kembali bertanya, “Alfred, apa kau mengenal Evelyn isteriku?” Alfred melihat potret photo di dinding sekali lagi, melihat dengan seksama wajah Evelyn sangat asing untuknya. “Aku tidak mengenalinya.”“Kau pernah bertemu dengannya saat kita masih sekolah menengah atas, kau pernah meminta maaf kepada Eve karena tidak sengaja menabrakkan rc airplane padanya,” jawab Noah mengingatkan.Suara decihan langsung terdengar dari