Share

BAB 7: Tawaran Pernikahan

Hembusan angin terdengar dibalik jendela, salju turun dibawah langit yang cerah.

Evelyn membelit lehernya dengan syal, hari ini dia ingin berkunjung ke makam Daniel untuk meredakan kerindukan yang sudah bertumpuk didalam dada.

Evelyn berharap, dengan berkunjung ke makam Daniel, dia mendapatkan sedikit kekuatan untuk bisa bangkit dan memulai hari-hari barunya dengan penuh keikhlasan.

Evelyn tidak bisa selamanya duduk dalam keterpurukan dengan kondisi kehamilan yang akan membesar, merepotkan rekan kerjanya yang selalu datang setiap hari untuk memastikan kesehatan, juga merepotkan kepala panti asuhan yang selalu membawa makanan.

Baru saja Evelyn membuka pintu hendak keluar, dia langsung menghadap seorang pria berpakaian formal tengah berdiri didepan pintu apartementnya.

“Selamat pagi Nyonya. Saya Athur, assistant pribadi tuan Matteo, beliau ingin berbicara dengan Anda sekarang.”

Evelyn mendegus kesal, nada bicara Athur terdengar seperti memerintah dibandingkan dengan meminta. “Tidak ada yang perlu kami bicarakan, jika tuan Matteo ingin membahas kecelakaan dimalam itu, kami akan membicarakannya dipengadilan nanti.”

“Jika Anda menolak berbicara, tuan Matteo akan melakukan sesuatu pada panti asuhan tempat dulu Anda tumbuh. Bukankah disana ada seorang ibu panti yang sangat Anda sayangi?” ancam Athur dengan wajah datar.

Rahang Evelyn mengetat tidak dapat menyembunyikan amarahnya mendengar ancaman tidak tahu malu assistant Matteo Sylvester. Memalukannya, Evelyn terpengaruh oleh ancaman tidak bermoral itu karena dia sadar sepenuhnya, Matteo Sylvester memiliki banyak uang yang bisa mencelakai siapapun.

***

Noah menyandarkan bahunya pada bantal, pria itu duduk termenung dalam kondisi yang masih lemah.

Dua dokter yang telah membantu memberikan banyak pengertian yang sangat sulit untuk Noah terima.

Dokter memberitahu Noah bahwa saat ini dia tengah amnesia pasca mengalami kecelakaan yang membuat otaknya terluka. Noah telah melupakan semua kejadian yang berlangsung sepuluh tahun kebelakang, karena itu kini kebingungan dan kesulitan menerima diri jika usianya sudah dua puluh tujuh tahun.

Lantas kecelakaan mengerikan apa yang telah Noah alami sampai membuatny amnesia dan kakinya patah?

Noah ingin bertanya pada orang-orang disekitarnya, namun tidak ada satupun dari mereka yang datang, termasuk ibu dan kakeknya.

Noah telah berusaha mengingat apa yang telah terjadi, namun semakin dia berusaha mengingat, kepalanya berdenyut sakit seperti tersetrum, dadanya ikut sesak kesulitan untuk bernapas.

***

Athur mengetuk pintu private room sebuah restaurant. “Tuan, Nyonya Evelyn telah datang,” ucapnya memberitahu.

“Masuklah,” sahut Matteo.

Athur menarik kesisi pintu, mempersilahkan Evelyn masuk.

Bahu Evelyn berada dalam ketegangan begitu pandangannya dengan Matteo bertemu. Insting Evelyn bisa merasakan jika pertemuan ini bukanlah sesuatu yang baik untuknya, ada kilatan bahaya yang Evelyn tangkap disorot mata Matteo.

“Silahkan duduk.” Matteo mempersilahkan.

Evelyn segera duduk, sekilas dia melirik sebuah document di sudut meja yang langsung menarik perhatiannya.

“Kau ingin makan sesuatu?” tanya Matteo tidak lagi berbicara formal seperti saat pertama bertemu.

“Jangan bertele-tele, katakan saja, apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya?” jawab Evelyn.

“Aku turut berbela sungkawa atas apa yang terjadi pada suamimu, Nona Evelyn,” ucap Matteo dengan wajah datar.

“Saya harap, saya juga bisa mengirimkan bunga bela sungkawa untuk cucu Anda,” jawab Evelyn dengan senyuman sinisnya.

Bahu Matteo menegak, pria paruh baya itu menuangkan teh hijau pada cangkir kecil dan mendorongnya untuk Evelyn.

Matteo tidak tepengaruh oleh sikap ketus dan kebencian yang Evelyn tunjukan kepadanya. Matteo memakluminya, Evelyn pasti membutuhkan waktu untuk bisa merelakan kepergian Daniel yang memiliki takdir tidak begitu beruntung.

Mau bagaimana lagi, tidak ada yang bisa mengatur kapan berakhirnya kehidupan seseorang. Bahkan jika dimalam itu Daniel berada dirumah, dan takdirnya meninggal dimalam itu, mungkin Daniel akan meninggal dengan cara serangan jantung.

“Sayangnya, Noah telah terbangun dari komanya beberapa jam yang lalu,” jawab Matteo.

Evelyn menarik napasnya dengan sesak, di bawah meja tangannya terkepal kuat menggenggam kekesalan yang sulit dikendalikan.

Evelyn kecewa. Mengapa Noah tidak meninggal juga seperti suaminya juga? Sungguh tidak adil!’

Evelyn mengambil teh yang Matteo tuangkan dan meneguknya.

“Kau harus segera menikah dengan Noah,” ucap Matteo lagi.

Uhuk!

Evelyn tersedak oleh teh yang baru sampai ditenggorokan, betapa terkejutnya dia mendengar perkataan tidak tahu malu Matteo. Makam Daniel masih belum kering, dan Evelyn masih berada dalam masa berkabung, dengan entengnya Matteo membicarakan pernikahan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun dimatanya saat berbicara.

Lagipula, untuk apa Evelyn kembali menikah? Baginya, Daniel akan selalu menjadi suaminya meski lelaki itu kini telah tiada.

Melanjutkan hidup dengan kenangan indah yang telah Daniel tinggalkan, jauh lebih baik dibandingkan harus melanjutkan kehidupannya dengan orang asing yang tidak Evelyn kenal.

Tidak ada yang dapat menebak takdir seseorang, termasuk takdir masa depan Evelyn nanti. Namun untuk saat ini dan kedepannya, dia hanya ingin menyembuhkan lukanya dan menata kembali kepingan semangat hidupnya yang telah hancur.

Demi anak dalam kandungannya..

Tubuh Evelyn menegak, menatap tajam Matteo dan berkata, “Anda sangat tidak tahu malu Tuan Matteo. Saya baru kehilangan suami tiga hari lalu karena cucu Anda, dengan mudahnya sekarang Anda membicarakan pernikahan tanpa menunjukan rasa bersalah sedikitpun atas apa yang telah terjadi. Saya tidak membutuhkan pernikahan! Saya hanya ingin melihat cucu Anda mendekam dipenjara untuk bertanggung jawab atas kesalahannya, dia harus menderita sama seperti apa sedang saya alami saat ini!” jawab Evelyn dengan tegas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status