Hembusan angin terdengar dibalik jendela, salju turun dibawah langit yang cerah.
Evelyn membelit lehernya dengan syal, hari ini dia ingin berkunjung ke makam Daniel untuk meredakan kerindukan yang sudah bertumpuk didalam dada. Evelyn berharap, dengan berkunjung ke makam Daniel, dia mendapatkan sedikit kekuatan untuk bisa bangkit dan memulai hari-hari barunya dengan penuh keikhlasan. Evelyn tidak bisa selamanya duduk dalam keterpurukan dengan kondisi kehamilan yang akan membesar, merepotkan rekan kerjanya yang selalu datang setiap hari untuk memastikan kesehatan, juga merepotkan kepala panti asuhan yang selalu membawa makanan. Baru saja Evelyn membuka pintu hendak keluar, dia langsung menghadap seorang pria berpakaian formal tengah berdiri didepan pintu apartementnya. “Selamat pagi Nyonya. Saya Athur, assistant pribadi tuan Matteo, beliau ingin berbicara dengan Anda sekarang.” Evelyn mendegus kesal, nada bicara Athur terdengar seperti memerintah dibandingkan dengan meminta. “Tidak ada yang perlu kami bicarakan, jika tuan Matteo ingin membahas kecelakaan dimalam itu, kami akan membicarakannya dipengadilan nanti.” “Jika Anda menolak berbicara, tuan Matteo akan melakukan sesuatu pada panti asuhan tempat dulu Anda tumbuh. Bukankah disana ada seorang ibu panti yang sangat Anda sayangi?” ancam Athur dengan wajah datar. Rahang Evelyn mengetat tidak dapat menyembunyikan amarahnya mendengar ancaman tidak tahu malu assistant Matteo Sylvester. Memalukannya, Evelyn terpengaruh oleh ancaman tidak bermoral itu karena dia sadar sepenuhnya, Matteo Sylvester memiliki banyak uang yang bisa mencelakai siapapun. *** Noah menyandarkan bahunya pada bantal, pria itu duduk termenung dalam kondisi yang masih lemah. Dua dokter yang telah membantu memberikan banyak pengertian yang sangat sulit untuk Noah terima. Dokter memberitahu Noah bahwa saat ini dia tengah amnesia pasca mengalami kecelakaan yang membuat otaknya terluka. Noah telah melupakan semua kejadian yang berlangsung sepuluh tahun kebelakang, karena itu kini kebingungan dan kesulitan menerima diri jika usianya sudah dua puluh tujuh tahun. Lantas kecelakaan mengerikan apa yang telah Noah alami sampai membuatny amnesia dan kakinya patah? Noah ingin bertanya pada orang-orang disekitarnya, namun tidak ada satupun dari mereka yang datang, termasuk ibu dan kakeknya. Noah telah berusaha mengingat apa yang telah terjadi, namun semakin dia berusaha mengingat, kepalanya berdenyut sakit seperti tersetrum, dadanya ikut sesak kesulitan untuk bernapas. *** Athur mengetuk pintu private room sebuah restaurant. “Tuan, Nyonya Evelyn telah datang,” ucapnya memberitahu. “Masuklah,” sahut Matteo. Athur menarik kesisi pintu, mempersilahkan Evelyn masuk. Bahu Evelyn berada dalam ketegangan begitu pandangannya dengan Matteo bertemu. Insting Evelyn bisa merasakan jika pertemuan ini bukanlah sesuatu yang baik untuknya, ada kilatan bahaya yang Evelyn tangkap disorot mata Matteo. “Silahkan duduk.” Matteo mempersilahkan. Evelyn segera duduk, sekilas dia melirik sebuah document di sudut meja yang langsung menarik perhatiannya. “Kau ingin makan sesuatu?” tanya Matteo tidak lagi berbicara formal seperti saat pertama bertemu. “Jangan bertele-tele, katakan saja, apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya?” jawab Evelyn. “Aku turut berbela sungkawa atas apa yang terjadi pada suamimu, Nona Evelyn,” ucap Matteo dengan wajah datar. “Saya harap, saya juga bisa mengirimkan bunga bela sungkawa untuk cucu Anda,” jawab Evelyn dengan senyuman sinisnya. Bahu Matteo menegak, pria paruh baya itu menuangkan teh hijau pada cangkir kecil dan mendorongnya untuk Evelyn. Matteo tidak tepengaruh oleh sikap ketus dan kebencian yang Evelyn tunjukan kepadanya. Matteo memakluminya, Evelyn pasti membutuhkan waktu untuk bisa merelakan kepergian Daniel yang memiliki takdir tidak begitu beruntung. Mau bagaimana lagi, tidak ada yang bisa mengatur kapan berakhirnya kehidupan seseorang. Bahkan jika dimalam itu Daniel berada dirumah, dan takdirnya meninggal dimalam itu, mungkin Daniel akan meninggal dengan cara serangan jantung. “Sayangnya, Noah telah terbangun dari komanya beberapa jam yang lalu,” jawab Matteo. Evelyn menarik napasnya dengan sesak, di bawah meja tangannya terkepal kuat menggenggam kekesalan yang sulit dikendalikan. Evelyn kecewa. Mengapa Noah tidak meninggal juga seperti suaminya juga? Sungguh tidak adil!’ Evelyn mengambil teh yang Matteo tuangkan dan meneguknya. “Kau harus segera menikah dengan Noah,” ucap Matteo lagi. Uhuk! Evelyn tersedak oleh teh yang baru sampai ditenggorokan, betapa terkejutnya dia mendengar perkataan tidak tahu malu Matteo. Makam Daniel masih belum kering, dan Evelyn masih berada dalam masa berkabung, dengan entengnya Matteo membicarakan pernikahan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun dimatanya saat berbicara. Lagipula, untuk apa Evelyn kembali menikah? Baginya, Daniel akan selalu menjadi suaminya meski lelaki itu kini telah tiada. Melanjutkan hidup dengan kenangan indah yang telah Daniel tinggalkan, jauh lebih baik dibandingkan harus melanjutkan kehidupannya dengan orang asing yang tidak Evelyn kenal. Tidak ada yang dapat menebak takdir seseorang, termasuk takdir masa depan Evelyn nanti. Namun untuk saat ini dan kedepannya, dia hanya ingin menyembuhkan lukanya dan menata kembali kepingan semangat hidupnya yang telah hancur. Demi anak dalam kandungannya.. Tubuh Evelyn menegak, menatap tajam Matteo dan berkata, “Anda sangat tidak tahu malu Tuan Matteo. Saya baru kehilangan suami tiga hari lalu karena cucu Anda, dengan mudahnya sekarang Anda membicarakan pernikahan tanpa menunjukan rasa bersalah sedikitpun atas apa yang telah terjadi. Saya tidak membutuhkan pernikahan! Saya hanya ingin melihat cucu Anda mendekam dipenjara untuk bertanggung jawab atas kesalahannya, dia harus menderita sama seperti apa sedang saya alami saat ini!” jawab Evelyn dengan tegas.Sorot mata Matteo berubah tajam mendengar penolakan Evelyn. “Apa kau lupa jika pernikahan ini adalah wasiat dari suamimu? Ini bukan semata-mata keinginanku saja.” “Saya tidak sudi menikah dengan laki-laki yang telah membunuh suami saya!” Matteo meneguk tehnya sebelum kembali melanjutkan pembicaraan. “Sekarang Noah amnesia dan dia tidak mengingat apapun yang terjadi, termasuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Ini adalah moment yang tepat untuk melangsungkan pernikahan kalian.” “Saya tidak akan menikah dengan Noah, Tuan Matteo Sylvester!” jawab Evelyn berteriak frustasi. “Persetan dengan wasiat. Saya ingin Noah bertanggung jawab dengan mendekam dipenjara, bukan menjadi menjadi suami pengganti saya! Apalagi menjadi ayah untuk anak dalam kandungan saya, saya tidak sudi!” “Nona Evelyn,” panggil Matteo dengan suara yang kian tenang, berbanding balik dengan sorot matanya yang tajam menusuk, “aku bukan seseorang yang ingkar dengan janjiku.” Gigi Evelyn mengetat, tatapan Matteo berhasil
Evelyn duduk lemas, beberapa kali dia mengatur napasnya yang semakin sesak kesulitan mengendalikan emosi didalam dada. Dia marah, benci, sekaligus malu dengan dirinya sendiri yang tidak cukup kuat untuk menuntut keadilan atas kematian suami yang dicintainya.Evelyn masih tidak habis pikir, segala hal yang dia alami saat ini masih terasa seperti mimpi panjang untuknya. Baru tiga hari dia ditinggal Daniel sampai belum sempat mengurus setiap persoalan data kependudukannya, dengan cepatnya kini Evelyn telah menjadi isteri orang lain.“Aku tidak hanya tidak mampu menuntut keadilan untukmu Daniel, aku juga telah mengkhianatimu,” lirih Evelyn dengan suara bergetar.Evelyn telah menikah dengan seorang lelaki yang sama sekali belum pernah dilihatnya. Pernikahan mereka dilakukan tanpa ada ucapan janji di altar, tanpa ada pendeta yang bersaksi, namun dengan kekuasan Matteo, pernikahan itu tercatat secara sah dalam catatan negara.Evelyn telah sah menjadi isteri Noah Sylvester.Apakah keputusanny
Keringat dingin membasahi wajah Noah, tangannya gemetar kesulitan mengendalikan kepanikan yang telah berhasil menakutinya. Beberapa kali Noah membuka buku pernikahannya sekadar memastikan keasliannya. Semakin sering Noah melihatnya, kepalanya mulai pusing dan suhu tubuhnya meningkat. Belum cukup menerima kenyaaan bahwa dia hilang ingatan dan ayahnya telah meninggal, kini Noah juga harus menghadapi kenyataan bahwa ternyata dia telah menikah, memiliki seorang iseri yang tengah mengandung. Noah mengusap wajahnya dengan kasar, pria itu berusaha keras mengingat kapan dirinya menikah? “Mengapa aku melupakan hal-hal penting yang terjadi dalam hidupku?” Noah mengerang frustasi. Apa yang harus Noah lakukan kedepannya? Dia masih terjebak dalam memorinya yang berusia tujuh belas tahun, sangat sulit untuknya menerima kenyataan bahwa kini telah menikah dan sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. *** “Mengapa Ayah tidak mendiskusikan hal ini padaku? Aku ibunya Noah! Aku juga berhak untuk
“Bagaimana perasaan Anda sekarang?” tanya dokter yang membantu memeriksa kembali keadaan Noah sebelum kepulangannya hari ini. “Saya merasa lebih baik sekarang, terima kasih atas bantuan Anda selama beberapa hari ini,” jawab Noah. “Itu sudah menjadi kewajiban saya.” Beberapa hari menjalani perawatan dan terapi, keadaan Noah berangsur membaik meski terkadang dia kesulitan tidur menjelang malam karena sakit yang menimbulkan demam. Dalam demam itu, samar-samar sebuah bayangan yang menyilaukan selalu datang begitu nyata, suara tangisan peremuan asing ikut terdengar bergema ditelinga dan menggemuruhkan dada. Setiap kali mimpi itu datang, Noah akan gelisah dan membutuhkan obat penenang. Noah sudah berusaha keras memahami arti dari mimpi sama yang datang disetiap malamnya, beberapa kali dia bertanya kepada ibu dan kakeknya mengenai kecelakaan yang dia alami. Namun, keduanya secara kompak mengatakan jika Noah mengalami kecelaan tunggal dibawah garasi perusahaan karena mobil yang dia kend
“Bagaimana keadaanmu?” “A-aku merasa sedikit lebih baik sekarang,” jawab Noah dengan suara bergetar. Evelyn duduk di sisi ranjang, wanita itu tidak memiliki kata-kata lain yang bisa dia ucapkan lagi. Masih sulit untuknya berpura-pura akrab, apalagi berpura-pura memiliki ikatan penting dengan lelaki yang sangat dibencinya. Diam-diam Noah melirik Evelyn melalui sudut matanya, melihat jari manis Evelyn yang terpasang cincin pernikahan sama dengan apa yang dia kenakan. Pandangan Noah bergerak ke atas, menatap Evelyn dengan lekat. Semakin Noah memperhatikannya, dia teringat sekelabat ingatan yang pernah terjadi. Noah berdeham memecah keterdiaman Evelyn yang tidak berbicara apapun lagi padanya. “Apa kau sudah tahu mengenai amnesia yang aku alami?” Evelyn langsung menengok, “Aku sudah tahu,” jawabnya terdengar dingin. “Apa kau marah, karena itu kau tidak datang menengokku?” tanya Noah lagi. Tangan Evelyn meremas kuat permukaan ranjang. Benar Evelyn sangat marah dan benci hingga ti
Salju turun begitu lebat, cuaca yang dingin membekukan tangan Evelyn yang kini gemetar hebat tidak dapat mengendalikan kesakitan yang menyebar diseluruh nadinya. Suara napas kasar tidak beraturan terdengar dibawah hujan salju. Evelyn menyadarkan punggungnya pada dinding, wanita terisak menangis, meratapi kesedihan yang telah menghancurkan hatinya. Betapa kejamnya Matteo Sylvester, dengan seenaknya dia mengubah potret wajah Daniel dan menggantinya dengan wajah Noah, menghancurkan arti dari setiap photo berharga Evelyn dengan lelaki yang teramat sangat dia cintai. Mengapa Matteo begitu tega melakukan ini kepadanya? Apakah belum puas baginya setelah memaksa Evelyn menikah dengan Noah, Matteo juga menginjak harga diri Evelyn dengan menodai setiap moment penting yang Evelyn abadikan bersama Daniel. Jika memang photo diperlukan untuk menguatkan kebohongan, mengapa Matteo tidak memilih potret orang lain saja? Daniel adalah pria yang baik dan penuh rasa hormat, bahkan disisa akhir hayatn
Noah duduk terpaku, menghabiskan waktunya untuk melihat potret photo pernikahannya dengan Evelyn terbingkai disebuah figura besar yang menghiasi dinding. Photo pernikahan itu terlampau sederhana untuk keluarga Sylvester yang merayakan hari penting dalam hidup mereka. Di dalam photo itu, Evelyn mengenakan gaun putih sederhana, ditangannya terdapat seikat bunga, tangan satunya lagi merangkul lengan Noah sambil menyandarkan wajahnya dibahu Noah, mereka berdua berdiri didepan sebuah taman. Anehnya, dibalik kesederhanaan potret photo itu ada sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai harganya, ada cinta yang begitu besar terpancar jelas dibalik senyuman dan mata berbinar Evelyn. Sebuah pernikahan adalah adalah moment yang sacral, sesuatu yang sangat penting karena terjadi untuk sekali seumur hidup. Seharusnya Noah mengingatnya moment berharga itu meski hanya berbentuk bayangan samar. Tapi mengapa, Noah tidak mengingatnya sedikitpun meski dia berusaha mencoba? Noah mencoba memahami seber
Noah duduk dalam ketegangan, pria itu menahan napasnya saat Evelyn mulai meloloskan pakaiannya dengan penuh kehati-hatian. Aroma shampoo dari rambut Evelyn yang terayun, suara hembusan napasnya yang lembut, lentik bulu matanya yang berkedip, lembut tangannya yang sesekali tidak sengaja menyentuh kulit telah berhasil membangkitkan semua panca indra Noah.Berbanding balik dengan Evelyn, wanita itu tidak merasakan emosi apapun didalam jiwanya saat berdekatan dan bersentuhan dengan Noah.Evelyn tidak malu, tidak pula kagum dengan semua kesempurnaan fisik Noah yang terpampang jelas didepan matanya.Dulu, saat Evelyn keluar panti asuhan di usia delapan belas tahun, dia harus berjuang bertahan hidup sambil menjalani sekolah kedokterannya. Untuk bisa bertahan, Evelyn bekerja sebagai perawat beberapa orang lansia yang mengalami Alzheimer dip anti jompo.Bagi Evelyn, menangani Noah yang kini tengah sakit bukanlah hal yang baru lagi untuknya.Evelyn sendiri tidak memiliki niatan untuk mencelakai
Alis Moza sedikit bergerak, wanita itu tersenyum tanpa menghina ataupun tatapan merendahkan kepercayaan diri Milia. “Jadi, Anda yang bernama Milia. Ternyata lebih cantik dan muda dari apa yang Alex ceritakan.Senyuman Milia sedikit memudar, terjebak dalam perasaan canggung karena reaksi tidak terduga Moza yang kian tenang dan justru memujinya. “Saya juga sudah sering mendengar tentang Anda dari Alex, dia begitu terbuka bercerita tentang isteri tuanya.”“Anda sudah bertemua keluarga Alex?” tanya Moza tidak mempedulikan hinaan Milia.Milia menyampirkan helaian rambutnya dibelakang telinga, dengan anggukan samar dia menjawab, “Ya, hari ini saya menemui orang tua Alex dan memeriksa gaun pernikahan, Alex sangat bersemangat meski saya meminta dia melakukannya setelah sidang perceraian Anda dengannya selesai,” jawab Milia begitu lancang dan bangga dengan tindakan memalukannya.“Benarkah? Jadi, kapan tanggal pernikahan Anda dan Alex akan diselenggarakan? Saya juga harus mempersiapkan gaun unt
“Menurutmu, mengapa aku bersedia menikah dengamu, meski status pernikahan kita disembunyikan Noah?” Noah mengerjap beberapa kali, mencerna pertanyaan Evelyn sampai akhirnya dia mendapatkan sebuah kesimpulan yang paling tepat untuk menjadi jawaban. “Apa kita kawin lari?” tebaknya dengan tatapan polos tanpa dosa.Kesedihan dimata Evelyn menghilang dalam sekejap begitu mendengar jawaban tidak masuk akal Noah Sylvester. Dalam gerakan cepat Evelyn meraih wajah Noah dan mencengkram pipinya sampai membuat bibir lelaki itu terbuka seperti seekor ikan yang terlempar ke daratan.“Apa katamu?” tanya Evelyn penuh tekanan, mengharapkan jawaban yang sedikit lebih baik dari sebelumnya.“Karena kita saling mencintai namun tidak mendapatkan restu karena perbedaan kelas social, kita kawin lari Eve, karena itu aku merahasiakanmu dari keluargaku dan semua orang,” jelas Noah semakin yakin dengan apa yang dia pikirkan.Evelyn mendengus jengkel, daya pikir Noah yang cetek ternyata tidak dapat Evelyn ajak b
Suara deringan telepon terdengar dikesunyian, membangunkan Evelyn dari tidur lelapnya diranjang apartementnya berada. Beberapa hari kekurangan tidur waktu beristirahat membuat Evelyn sangat lelah sampai dia tidak sadar waktu telah berlalu dengan cepat.Dilihatnya layar handpone, tertera nama Matteo.Evelyn menguap melihat jendela yang kini mulai gelap menandakan malam akan segara tiba, sepertinya dia akan terlambat pulang dan mengingkari janjinya kepada Noah tadi pagi. Telepon kedua dari Mattep kembali terdengar memaksa Evelyn untuk mengangkatnya.“Kenapa kau belum pulang dan meninggalkan Noah sendirian yang sedang sakit? Dia menunggumu sejak tadi,” tegur Matteo begitu pangilan diterima.Evelyn memutar bola matanya seketika tidak menutupi ketidak sukaannya. Setiap kali berbicara dengan Matteo, entah mengapa Evelyn selalu saja harus mendengarkan sederet perintah seakan hidup Evelyn saat ini berada dibawah kendali Matteo Sylvester. Apa Noah mengadu pada kakeknya hanya karena Evelyn be
Acara pesta ulang taun Mischa akhirnya dimulai. Masalah gaun yang sempat terjadi telah berlalu dengan cepat, tidak ada yang meminta Milia melepaskan gaun yang telah dia pakai karena Maori tidak ingin Evelyn mengenakan pakaian bekas lagi.Maori kembali menunjukan kasih sayangnya, melupakan apa yang telah terjadi dan berpikir jika kenangan tidak menyenangkan itu harus dia tinggalkan di kota Lapolez yang akan segera dia tinggalkan esok pagi.Maori tidak ingin memperbesar masalah lagi.Anak-anak panti sempati menampilkan tarian dan nyanyian sebelum akhirnya mereka menikmati makan malam bersama dengan penuh kehangatan.Evelyn tidak kuasa menahan senyuman bahagiannya menikmati setiap menit waktu yang berjalan menuju malam dikelilingi orang-orang terkasihnya. Anehnya, senyuman itu selalu hilang begitu saja setiap kali dia tidak sengaja melihat Milia yang kini kembali terkucilkan tanpa ada yang mengajaknya bergabung. Tatapan polos penuh ketakutan yang sering kali Evelyn lihat selama ini hila
Evelyn bergerak mundur, semakin bersembunyi dikegelapan yang memisahkan dirinya dari keramaian yang berlangsung, melihat reaksi Maori yang cukup marah, Evelyn malu dan tidak memiliki keberanian untuk meminta maaf secara langsung kepadanya sekarang.Apa yang harus Evelyn lakukan sekarang? Semua orang dewasa meragukan dirinya dan memandangnya sebagai anak yang tidak tahu rasa terima kasih.Satu-satunya orang yang bisa memperbaiki kesalah pahaman ini semuanya hanyalah Milia.Tapi Milia..Evelyn meringis tidak kuasa menahan tangisannya, meremas kuat dadanya yang sakit.Disini, ditempat ini Evelyn sendirian menanggung rasa bersalah yang teramat dalam kepada semua orang. Sementara Milia, dia berada dikeramaian tengar tertawa riang tidak sedikitpun menunjukan rasa bersalah setelah berbohong kepada Evelyn.Lebih menyakitkannya lagi, kini Milia memamerkan gaun dan sepatu yang dia pakai didepan semua orang, mengarang cerita bahwa Evelyn telah memberikannya pada Milia. Tanpa ragu Milia memperpan
“Apa kota ini tidak cocok untuk usaha baru keluargamu? Sudah beberapa kali Juan berada disini, tampaknya dia tidak menemukan satupun tempat yang cocok untuk dijadikan peternakan kuda,” tanya Chirstina.Maori tertawa renyah mendengar pertanyaan sahabatnya. “Itu sudah tidak masalah lagi untuk Juan. Juan tidak begitu kecewa, meski kami tidak menemukan tempat peternakan kuda yang cocok, secara tidak terduga justru dia menemukan anak yang sudah membuatnya jatuh cinta.”Christina ikut tertawa menyetujui pernyataan sahabatnya itu. Sudah hampir lima belas tahun Juan dan Maori menikah, Maori tidak dapat memberikan anak pada suaminya karena dulu dia pernah melakukan operasi pengangkatan rahimnya akibat kanker.Juan sempat ingin mengadopsi anak, namun dia menahan diri demi menghargai Maori yang belum bisa berdamai dengan kenyataan. Juan tidak ingin Maori berkecil hati dan berpikir bahwa rumah tangga mereka belum sempurna jika tidak ada anak.Setelah Maori berdamai dengan keadaannya dan memahami
Gemercing dari lonceng dream catcher terdengar kala angin berhembus masuk, lampu-lampu menerangi sekeliling panti asuhan tidak seperti malam-malam sebelumnya. Semua orang sedang bersuka cinta menantikan kedatangan orang yang selalu menjadi sponsor utama panti asuhan.Evelyn yang menyadari jika ini malam terakhirnya tinggal, tanpa menyia-nyiakan waktu, dia begitu bersemangat membantu siapapun yang ada disekitarnya.Matahari sore sudah tenggelam sepenuhnya, menyisakan warna kebiruan di langit berbintang.“Daniel! Aku mencarimu sejak tadi, rupanya kau disini,” panggil Evelyn diantara suara tawa manisnya, memanggil seorang anak laki-laki yang tengah duduk sendirian di depan jendela karena lelah.Daniel, dia panti asuhan lain yang diungsikan karena panti asuhan sebelumnya kebakaran, Evelyn yang sebaya dengannya menjadi teman terdekatnya.“Eve,” sapa Daniel tersenyum dengan mata berbinar, melihat penampilan Evelyn dari ujung kaki hingga kepala yang terlihat cantik meski mengenakan gaun bek
Derap langkah kaki anak-anak yang berlarian terdengar di lantai ubin, tawa bahagia mereka terdengar di lorong, membicarakan kue-kue lezat yang baru berdatangan dan akan mereka santap nanti malam.Malam ini, panti asuhan sedang membuat pesta untuk merayakan ulang tahun peminpin panti, sekaligus untuk merayakan Evelyn yang akan segera mendapatkan keluarga baru dan besok dia akan pergi dijemput, tinggal di rumah barunya.Evelyn adalah salah satu anak panti yang paling dewasa didalam panti asuhan, dia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa mendapatkan orang tua angkat.Tidak ada data siapa orang tuanya dan asal usulnya membuat beberapa orang ragu untuk mengangkatnya, orang-orang kelas menengah ke atas sangat percaya bahwa gen dari orang tua akan menurun kepada anak.Mereka khawatir Evelyn memiliki sifat jahat dari orang tua kandungnya dan dimasa depan dia akan membawa kerugain dan mempermalukan mereka.Karena alasan menyedihkan itu, Evelyn selalu berusaha menjadi anak yang baik dan
Mengapa Noah mengatakan jika tidak akan menikah sebelum menjadi CEO, padahal pada saat itu dia telah menjadi suami Evelyn? Mengapa Noah merahasiakan pernikahannya dari sahabat terdekatnya? Mustahil Noah tidak mengakui isterinya didepan sahabatnya sendiri! Apakah memang dulu Noah sejahat itu pada Evelyn? Atau justru ada alasan lain yang sebenarnya yang telah terjadi?Noah menelan salivanya dengan kesulitan, tangannya yang lemah gemetar, terkepal menggenggam segumpal kekhawatiran yang bertumpuk didada.Noah mengatur napasnya beberapa saat, mengumpulkan keberanian untuk kembali bertanya, “Alfred, apa kau mengenal Evelyn isteriku?” Alfred melihat potret photo di dinding sekali lagi, melihat dengan seksama wajah Evelyn sangat asing untuknya. “Aku tidak mengenalinya.”“Kau pernah bertemu dengannya saat kita masih sekolah menengah atas, kau pernah meminta maaf kepada Eve karena tidak sengaja menabrakkan rc airplane padanya,” jawab Noah mengingatkan.Suara decihan langsung terdengar dari