Sorot mata Matteo berubah tajam mendengar penolakan Evelyn. “Apa kau lupa jika pernikahan ini adalah wasiat dari suamimu? Ini bukan semata-mata keinginanku saja.”
“Saya tidak sudi menikah dengan laki-laki yang telah membunuh suami saya!” Matteo meneguk tehnya sebelum kembali melanjutkan pembicaraan. “Sekarang Noah amnesia dan dia tidak mengingat apapun yang terjadi, termasuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Ini adalah moment yang tepat untuk melangsungkan pernikahan kalian.” “Saya tidak akan menikah dengan Noah, Tuan Matteo Sylvester!” jawab Evelyn berteriak frustasi. “Persetan dengan wasiat. Saya ingin Noah bertanggung jawab dengan mendekam dipenjara, bukan menjadi menjadi suami pengganti saya! Apalagi menjadi ayah untuk anak dalam kandungan saya, saya tidak sudi!” “Nona Evelyn,” panggil Matteo dengan suara yang kian tenang, berbanding balik dengan sorot matanya yang tajam menusuk, “aku bukan seseorang yang ingkar dengan janjiku.” Gigi Evelyn mengetat, tatapan Matteo berhasil mengintimidasinya untuk bungkam ditengah kemarahannya yang meledak-ledak. “Jika kau tetap tidak mau menikah dengan Noah dan yakin dengan tekadmu untuk menjebloskannya kedalam penjara, silahkan saja.” Matteo menuangkan teh hijau ke gelas Evelyn sudah kosong. “Jika kau berhasil menjebloskan cucuku ke penjara dan mengganggu reputasi bisnisku. Aku juga tidak akan segan menghancurkan hidupmu dan bayimu hingga Noah kembali bebas dari dalam penjara. Jika Noah dihukum seumur hidupnya, aku juga akan menyiksa kehidupanmu sampai kau mati.” Evelyn menelan salivanya dengan kesulitan, wajahnya berubah pucat, ancaman Matteo berhasil mengintimidasi dan mengguncang seluruh keberanian yang ada didalam dirinya. Evelyn tahu bahwa saat ini dia berada di pihak yang benar, namun dia juga tahu dengan siapa kini berurusan. Evelyn tidak memiliki siapapun lagi sekarang, dia hanya memiliki anak yang masih berada dalam kandungannya yang harus dijaga. Sementara keluarga Sylvester sangat berpengaruh di negaranya, mudah bagi mereka untuk memporak porandakan kehidupannya Evelyn. Apa yang harus Evelyn lakukan sekarang? “Saya tidak akan menuntut cucu Anda masuk ke dalam penjara, mari kita berdamai saja dan melanjutkan kehidupan masing-masing. Saya akan membicarakannya ke kepolisian bahwa kita berdamai,” ucap Evelyn dengan napas tersengal berusaha untuk mengikhlaskan masalah yang terjadi demi keselamatan dirinya sendiri. “Itu tidak bisa. Kau harus tetap menikah dengan Noah, sebagai imbalannya, aku akan memberikan empat persen saham perusahaan pada anakmu,” jawab Matteo dengan serius. “Tuan Matteo!” “Menikah dengan Noah atau kau hidup tidak tenang,” ancam Matteo tidak main-main, “ini bukan hanya sekadar memenuhi janjiku pada suamimu, ini juga tentang bisnis. Tugasmu hanya menjaga rahasia Noah yang sedang lupa ingatan dan menjadi isteri yang sempurna untuknya. Setelah kalian menikah, aku akan memperlakukanmu dengan baik Nona Evelyn, jangan khawatir.” “Mengapa Anda memaksa saya seperti ini? Saya bukan seseorang yang membahayakan keluarga Anda meski saya sangat benci setengah mati,,” ucap Evelyn dengan suara bergetar menahan tangisan kesalnya. “Justru karena kau tidak berbahaya, tidak memiliki latar belakang, tidak ada keluarga, tidak memiliki ambisi, dan kau seorang dokter yang bisa merawat Noah. Kau pantas aku ajak kerjasama. Saling membutuhkan dan saling memanfaatkan bukanlah hal buruk dalam bisnis nona Evelyn.” “Turunkan saja egomu Nona Evelyn, pikirkan masa depan anakmu. Jika kau menerima tawaran ini, hanya dengan empat persen saham yang aku berikan, kau akan menjadi seorang miliarder, semua hutang dan tunggakanmu dapat terlunasi, dan masa depan anakmu sudah terjamin, bahkan kau tidak perlu lagi bekerja jika nanti bercerai dengan Noah.” “Saya tidak mau!” jawab Evelyn dengan penuh tekanan. “Sepertinya aku perlu membuatmu dipecat terlebih dahulu dari rumah sakit dan menjadikanmu gelandangan agar kau memberikan jawaban yang aku inginkan,” ucap Matteo seraya mengambil handponenya. Tangan Evelyn gemetar, kembali terguncang oleh ancaman Matteo. Harga diri Evelyn begitu terinjak jika dia menerima tawaran Matteo, namun akal sehatnya telah sadar, dibandingkan hidup dalam penindasan lebih lanjut dari keluarga Sylvester yang tidak tahu malu, mungkin Evelyn harus tunduk pada permintaan Matteo. Evelyn harus menyingkirkan harga dirinya, memanifulasi perasaan benci dan amarahnya pada Matteo dan Noah Sylvester, demi keselamatan dan masa depan anak dalam kandungannya. “Baik, saya akan menerima tawaran Anda, Tuan Matteo,” jawab Evelyn dengan suara bergetar. Sudut bibir Matteo sedikit terangkat mengukir senyuman puasnya, akhirnya satu masalah bisa dia atasi meski dilakukan dengan cara yang sedikit tidak bermoral. “Bagus, aku akan mengirimkan document perjanjian setelah urusan pernikahan kau dan Noah selesai hari ini.” Evelyn tercekat kaget. “A-apa? Menikah hari ini?” “Ya, kita segera selesaikan semua urusannya hari ini.” *** “Ibu,” panggil Noah melihat kedatangan Sarah yang akhirnya memiliki kesempatan untuk menjenguk. Dengan terburu-buru Sarah memeluk Noah, wanita itu menangis penuh kelegaan. Betapa bersyukurnya Sarah dapat kembali memeluk putranya setelah beberapa hari terjebak dalam keputus asaan menunggu Noah bangun dari koma. “Noah, ibu sangat mengkhawatirkanmu,” isak Sarah mengusap hati-hati punggung putranya. Pelukan Noah mengurai. “Diman Ayah? Kenapa tidak datang?” Sarah menangkup wajah Noah, wanita itu meringis sedih melihat sorot mata putranya yang dipenuhi oleh harapan, memantikan kedatangan ayahnya. “Noah, ayahmu sudah meninggal sejak empat tahun yang lalu.” Noah menggeleng menahan tangisan. Orang yang pertama Noah ingat saat bangun dari koma adalah ayahnya, bayangan ayahnya begitu nyata, mustahil jika ternyata ayahnya telah tiada. “Ibu jangan bercanda,” jawab Noah gemetar. “Tidak Noah, ayahmu telah meninggal empat tahun lalu.” Noah meremas permukaan ranjang, Noah tidak dapat menahan tangisan yang sudah lama dia tahan. “Apa yang telah terjadi padaku sebenarnya Bu? Apa yang membuatku sampai seperti ini?” “Kau mengalami kecelakaan yang cukup parah Noah,” jawab Sarah penuh kehati-hatian. “Aku tidak melukai siapapun kan Bu?” Sarah menggeleng dengan berat, dokter sudah berpesan, jika untuk sementara waktu Noah tidak boleh mendapatkan guncangan dan tekanan pikiran karena itu akan berpengaruh pada kondisi gegar otaknya. “Kau tidak melukai siapapun Noah,” jawab Sarah berdusta. Noah menarik napasnya dalam-dalam, merasakan sesuatu yang mengganjal didalam dada. Jawaban ibunya masih tidak cukup membuat hatinya lega karena sepanjang Noah mengalami koma, dia terus didatangi oleh gemuruh suara jerit tangisan seorang perempuan. Suara perempuan itu terdengar asing di telinganya. Lantas siapa pemilik suara itu?Suara itu tidak mungkin hanya sekadar kebetulan.
Dengan lemah Noah menyandarkan kembali punggungnya. Pria itu diam terpaku, matanya terlihat kosong memandang keluar, dia tengah tersesat dan sedang berusaha mencari-cari memori ingatannya yang telah hilang. "Siapa?"Evelyn duduk lemas, beberapa kali dia mengatur napasnya yang semakin sesak kesulitan mengendalikan emosi didalam dada. Dia marah, benci, sekaligus malu dengan dirinya sendiri yang tidak cukup kuat untuk menuntut keadilan atas kematian suami yang dicintainya.Evelyn masih tidak habis pikir, segala hal yang dia alami saat ini masih terasa seperti mimpi panjang untuknya. Baru tiga hari dia ditinggal Daniel sampai belum sempat mengurus setiap persoalan data kependudukannya, dengan cepatnya kini Evelyn telah menjadi isteri orang lain.“Aku tidak hanya tidak mampu menuntut keadilan untukmu Daniel, aku juga telah mengkhianatimu,” lirih Evelyn dengan suara bergetar.Evelyn telah menikah dengan seorang lelaki yang sama sekali belum pernah dilihatnya. Pernikahan mereka dilakukan tanpa ada ucapan janji di altar, tanpa ada pendeta yang bersaksi, namun dengan kekuasan Matteo, pernikahan itu tercatat secara sah dalam catatan negara.Evelyn telah sah menjadi isteri Noah Sylvester.Apakah keputusanny
Keringat dingin membasahi wajah Noah, tangannya gemetar kesulitan mengendalikan kepanikan yang telah berhasil menakutinya. Beberapa kali Noah membuka buku pernikahannya sekadar memastikan keasliannya. Semakin sering Noah melihatnya, kepalanya mulai pusing dan suhu tubuhnya meningkat. Belum cukup menerima kenyaaan bahwa dia hilang ingatan dan ayahnya telah meninggal, kini Noah juga harus menghadapi kenyataan bahwa ternyata dia telah menikah, memiliki seorang iseri yang tengah mengandung. Noah mengusap wajahnya dengan kasar, pria itu berusaha keras mengingat kapan dirinya menikah? “Mengapa aku melupakan hal-hal penting yang terjadi dalam hidupku?” Noah mengerang frustasi. Apa yang harus Noah lakukan kedepannya? Dia masih terjebak dalam memorinya yang berusia tujuh belas tahun, sangat sulit untuknya menerima kenyataan bahwa kini telah menikah dan sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. *** “Mengapa Ayah tidak mendiskusikan hal ini padaku? Aku ibunya Noah! Aku juga berhak untuk
“Bagaimana perasaan Anda sekarang?” tanya dokter yang membantu memeriksa kembali keadaan Noah sebelum kepulangannya hari ini. “Saya merasa lebih baik sekarang, terima kasih atas bantuan Anda selama beberapa hari ini,” jawab Noah. “Itu sudah menjadi kewajiban saya.” Beberapa hari menjalani perawatan dan terapi, keadaan Noah berangsur membaik meski terkadang dia kesulitan tidur menjelang malam karena sakit yang menimbulkan demam. Dalam demam itu, samar-samar sebuah bayangan yang menyilaukan selalu datang begitu nyata, suara tangisan peremuan asing ikut terdengar bergema ditelinga dan menggemuruhkan dada. Setiap kali mimpi itu datang, Noah akan gelisah dan membutuhkan obat penenang. Noah sudah berusaha keras memahami arti dari mimpi sama yang datang disetiap malamnya, beberapa kali dia bertanya kepada ibu dan kakeknya mengenai kecelakaan yang dia alami. Namun, keduanya secara kompak mengatakan jika Noah mengalami kecelaan tunggal dibawah garasi perusahaan karena mobil yang dia kend
Aroma alkohol tercium kuat di sebuah private room.Beberapa orang tengah bersenang-senang ditemani wanita penghibur yang sengaja dipanggil untuk menjadi penyaji minuman. “Berhentilah menekuk wajahmu. Didunia ini, wanita bukan hanya Milia saja!” tegur seorang pria berambut pirang pada Noah.Namun, Noah masih saja meneguk alkohol sampai tandas.Entah sudah berapa gelas Noah minum hanya untuk meredakan kerisauan didalam hatinya karena Milia memutuskan hubungan dengannya begitu saja tanpa sebab, tanpa penjelasan apapun.Wajah pria itu terlihat sudah memerah dengan napas yang tidak beraturan karena mabuk.Selama ini mereka telah melakukan hubungan jarak jauh tanpa ada masalah apapun, tapi mengapa kini setelah satu hari Noah mendengar kabar kepulangan Milia dari luar negeri, tiba-tiba saja Milia menginginkan perpisahan?Noah tidak terima, Milia bertindak seolah hubungan mereka berdua seperti tidak ada artinya.“Tuan, Anda menginginkannya lagi?” tanya seorang wanita cantik yang sejak tadi
Suara sirine ambulance terdengar seiring dengan pergerakan cepat Evelyn membawa Daniel.Evelyn menutup mulutnya dalam bekapan, menahan tangisan pilunya mendengar suara rintihan Daniel yang kesakitan.Meski Daniel kini tengah ditangani oleh beberapa tim medis karena mengalami pendarahan dan luka yang cukup parah, sepanjang jalan Evelyn tidak berhenti merapalkan do’a, mengharapkan jika Daniel suamianya akan baik-baik saja. “Eve..” panggil Daniel menangis ditengah sakit yang harus dia lalui.“Daniel, ini aku,” isak Evelyn mendekat dan meraih tangannya dengan penuh kehati-hatian.Bola mata Daniel bergerak pelan, bibirnya yang pucat sedikit terbuka menarik napas dengan kesulitan. Seluruh tubuhnya sangat sakit, hingga disetiap hembusan napas yang harus diambil begitu menyiksa.Daniel tidak menyangka.Baru beberapa menit lalu dia merayakan kebahagiaan dengan isterinya karena mendengar kabar bahwa anak yang mereka tunggu selamaa ini telah hadir di rahim Evelyn, tapi kini dia harus melalui s
Di sisi lain, Sarah menutup mulutnya dalam bekapan kuat.Meski tengah rapat penting di perusahaan pangan Star-X, wanita itu berlari kencang kala mendapat kabar sang putra. Bahkan, wanita bertangan besi di dunia bisnis itu, masih menyembunyikan suara tangisannya di tengah kesunyian ruangan tempat putranya kini terbaring diranjang rumah sakit dengan alat-alat medis yang terpasang.Dokter mengatakan jika guncangan keras yang dialami Noah, putranya, telah membuatnya gegar otak, dan salah satu kakinya patah. “Noah, bagaimana bisa kau mengalami peristiwa ini Nak?” bisik Sarah meratapi keadaan putranya.Hati ibu mana yang tidak hancur jika putranya yang beberapa jam lalu sehat, kini terbaring tidak sadarkan diri? Sarah meninggalkan ruangan Noah begitu melihat ayah mertuanya tengah berbicara dengan dua orang polisi yang memberikan keterangan setelah memeriksa kejadian kecelakaan dan melihat hasil medis Noah.Polisi mengatakan jika dalam kasus ini, Noah sepenuhnya salah karena berkendara d
“Apa maksudmu Daniel? Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau tidak akan pergi meninggalkanku, kan?”Di sisi lain, Matteo menutup mulutnya terjebak dalam kekalutan. Pria tua itu kesulitan untuk mengiyakan permintaan Daniel. Tapi di sisi lain, keadaan yang genting ini membuatnya tidak dapat menolak. “Berjanjilah,” bisik Daniel kembali meminta. Matteo membuang napasnya dengan berat, dia kembali melihat Daniel. “Saya berjanji Tuan, saya akan menikahkan cucu saya dengan isteri Anda. Bertanggung jawab untuk menjaga dan membahagiakan mereka,” ucap Matteo menyetujui permintaan Daniel. Evelyn menggeleng keras. “Aku tidak akan menikah dengan siapapun, hanya kau yang akan menjadi suamiku selamanya! Kau bilang kau mencintaiku, tapi mengapa kau menyerahkan aku kepada orang lain? Aku mohon bertahanlah Daniel, kita akan melewati ini semua bersama-sama,” rintih Evelyn menangis penuh permohonan. Pupil mata Daniel bergetar tidak dapat menahan tangisan sedihnya. Daniel tidak mampu mengiyakan pe
“Turunkan setiap berita yang membahas kecelakaan semalam. Jangan menyisakannya sedikitpun, hapus semua wajah Noah dari seluruh media, jangan memberikan public celah untuk melihat mengetahui wajah Noah dan mengetahui lebih lanjut masalah ini,” perintah Matteo pada assistantnya. “Baik Pak,” jawab Athur. “Satu lagi, jangan biarkan siapapun menemui Noah, terutama wanita itu.” Athur mengangguk paham, orang yang dimaksud oleh Matteo adalah Milia, kekasih Noah yang telah kembali dari luar negeri beberapa hari yang lalu. Matteo sangat membenci Milia, terutama keluarnganya yang saat ini sedang mengalami kesulitan financial dan memiliki skandal penggelapan pajak. “Bagaimana dengan proses pemakaman korban?” “Sekarang tengah berlangsung.” Matteo menyandarkan bahunya pada sandaran kursi, melepas lelah yang mendera, lelaki paruh baya itu memejamkan matanya mencoba untuk tidur sejenak. Sejak semalam Matteo tidak dapat tidur, berulang kali Matteo memikirkan, keputusan terbaik apa yan