Share

BAB 8: Sepakat

Sorot mata Matteo berubah tajam mendengar penolakan Evelyn. “Apa kau lupa jika pernikahan ini adalah wasiat dari suamimu? Ini bukan semata-mata keinginanku saja.”

“Saya tidak sudi menikah dengan laki-laki yang telah membunuh suami saya!”

Matteo meneguk tehnya sebelum kembali melanjutkan pembicaraan. “Sekarang Noah amnesia dan dia tidak mengingat apapun yang terjadi, termasuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Ini adalah moment yang tepat untuk melangsungkan pernikahan kalian.”

“Saya tidak akan menikah dengan Noah, Tuan Matteo Sylvester!” jawab Evelyn berteriak frustasi. “Persetan dengan wasiat. Saya ingin Noah bertanggung jawab dengan mendekam dipenjara, bukan menjadi menjadi suami pengganti saya! Apalagi menjadi ayah untuk anak dalam kandungan saya, saya tidak sudi!”

“Nona Evelyn,” panggil Matteo dengan suara yang kian tenang, berbanding balik dengan sorot matanya yang tajam menusuk, “aku bukan seseorang yang ingkar dengan janjiku.”

Gigi Evelyn mengetat, tatapan Matteo berhasil mengintimidasinya untuk bungkam ditengah kemarahannya yang meledak-ledak.

“Jika kau tetap tidak mau menikah dengan Noah dan yakin dengan tekadmu untuk menjebloskannya kedalam penjara, silahkan saja.” Matteo menuangkan teh hijau ke gelas Evelyn sudah kosong.

“Jika kau berhasil menjebloskan cucuku ke penjara dan mengganggu reputasi bisnisku. Aku juga tidak akan segan menghancurkan hidupmu dan bayimu hingga Noah kembali bebas dari dalam penjara. Jika Noah dihukum seumur hidupnya, aku juga akan menyiksa kehidupanmu sampai kau mati.”

Evelyn menelan salivanya dengan kesulitan, wajahnya berubah pucat, ancaman Matteo berhasil mengintimidasi dan mengguncang seluruh keberanian yang ada didalam dirinya.

Evelyn tahu bahwa saat ini dia berada di pihak yang benar, namun dia juga tahu dengan siapa kini berurusan.

Evelyn tidak memiliki siapapun lagi sekarang, dia hanya memiliki anak yang masih berada dalam kandungannya yang harus dijaga. Sementara keluarga Sylvester sangat berpengaruh di negaranya, mudah bagi mereka untuk memporak porandakan kehidupannya Evelyn.

Apa yang harus Evelyn lakukan sekarang?

“Saya tidak akan menuntut cucu Anda masuk ke dalam penjara, mari kita berdamai saja dan melanjutkan kehidupan masing-masing. Saya akan membicarakannya ke kepolisian bahwa kita berdamai,” ucap Evelyn dengan napas tersengal berusaha untuk mengikhlaskan masalah yang terjadi demi keselamatan dirinya sendiri.

“Itu tidak bisa. Kau harus tetap menikah dengan Noah, sebagai imbalannya, aku akan memberikan empat persen saham perusahaan pada anakmu,” jawab Matteo dengan serius.

“Tuan Matteo!”

“Menikah dengan Noah atau kau hidup tidak tenang,” ancam Matteo tidak main-main, “ini bukan hanya sekadar memenuhi janjiku pada suamimu, ini juga tentang bisnis. Tugasmu hanya menjaga rahasia Noah yang sedang lupa ingatan dan menjadi isteri yang sempurna untuknya. Setelah kalian menikah, aku akan memperlakukanmu dengan baik Nona Evelyn, jangan khawatir.”

“Mengapa Anda memaksa saya seperti ini? Saya bukan seseorang yang membahayakan keluarga Anda meski saya sangat benci setengah mati,,” ucap Evelyn dengan suara bergetar menahan tangisan kesalnya.

“Justru karena kau tidak berbahaya, tidak memiliki latar belakang, tidak ada keluarga, tidak memiliki ambisi, dan kau seorang dokter yang bisa merawat Noah. Kau pantas aku ajak kerjasama. Saling membutuhkan dan saling memanfaatkan bukanlah hal buruk dalam bisnis nona Evelyn.”

“Turunkan saja egomu Nona Evelyn, pikirkan masa depan anakmu. Jika kau menerima tawaran ini, hanya dengan empat persen saham yang aku berikan, kau akan menjadi seorang miliarder, semua hutang dan tunggakanmu dapat terlunasi, dan masa depan anakmu sudah terjamin, bahkan kau tidak perlu lagi bekerja jika nanti bercerai dengan Noah.”

“Saya tidak mau!” jawab Evelyn dengan penuh tekanan.

“Sepertinya aku perlu membuatmu dipecat terlebih dahulu dari rumah sakit dan menjadikanmu gelandangan agar kau memberikan jawaban yang aku inginkan,” ucap Matteo seraya mengambil handponenya.

Tangan Evelyn gemetar, kembali terguncang oleh ancaman Matteo.

Harga diri Evelyn begitu terinjak jika dia menerima tawaran Matteo, namun akal sehatnya telah sadar, dibandingkan hidup dalam penindasan lebih lanjut dari keluarga Sylvester yang tidak tahu malu, mungkin Evelyn harus tunduk pada permintaan Matteo.

Evelyn harus menyingkirkan harga dirinya, memanifulasi perasaan benci dan amarahnya pada Matteo dan Noah Sylvester, demi keselamatan dan masa depan anak dalam kandungannya.

“Baik, saya akan menerima tawaran Anda, Tuan Matteo,” jawab Evelyn dengan suara bergetar.

Sudut bibir Matteo sedikit terangkat mengukir senyuman puasnya, akhirnya satu masalah bisa dia atasi meski dilakukan dengan cara yang sedikit tidak bermoral.

“Bagus, aku akan mengirimkan document perjanjian setelah urusan pernikahan kau dan Noah selesai hari ini.”

Evelyn tercekat kaget. “A-apa? Menikah hari ini?”

“Ya, kita segera selesaikan semua urusannya hari ini.”

***

“Ibu,” panggil Noah melihat kedatangan Sarah yang akhirnya memiliki kesempatan untuk menjenguk.

Dengan terburu-buru Sarah memeluk Noah, wanita itu menangis penuh kelegaan. Betapa bersyukurnya Sarah dapat kembali memeluk putranya setelah beberapa hari terjebak dalam keputus asaan menunggu Noah bangun dari koma.

“Noah, ibu sangat mengkhawatirkanmu,” isak Sarah mengusap hati-hati punggung putranya.

Pelukan Noah mengurai. “Diman Ayah? Kenapa tidak datang?”

Sarah menangkup wajah Noah, wanita itu meringis sedih melihat sorot mata putranya yang dipenuhi oleh harapan, memantikan kedatangan ayahnya. “Noah, ayahmu sudah meninggal sejak empat tahun yang lalu.”

Noah menggeleng menahan tangisan. Orang yang pertama Noah ingat saat bangun dari koma adalah ayahnya, bayangan ayahnya begitu nyata, mustahil jika ternyata ayahnya telah tiada.

“Ibu jangan bercanda,” jawab Noah gemetar.

“Tidak Noah, ayahmu telah meninggal empat tahun lalu.”

Noah meremas permukaan ranjang, Noah tidak dapat menahan tangisan yang sudah lama dia tahan. “Apa yang telah terjadi padaku sebenarnya Bu? Apa yang membuatku sampai seperti ini?”

“Kau mengalami kecelakaan yang cukup parah Noah,” jawab Sarah penuh kehati-hatian.

“Aku tidak melukai siapapun kan Bu?”

Sarah menggeleng dengan berat, dokter sudah berpesan, jika untuk sementara waktu Noah tidak boleh mendapatkan guncangan dan tekanan pikiran karena itu akan berpengaruh pada kondisi gegar otaknya.

“Kau tidak melukai siapapun Noah,” jawab Sarah berdusta.

Noah menarik napasnya dalam-dalam, merasakan sesuatu yang mengganjal didalam dada. Jawaban ibunya masih tidak cukup membuat hatinya lega karena sepanjang Noah mengalami koma, dia terus didatangi oleh gemuruh suara jerit tangisan seorang perempuan.

Suara perempuan itu terdengar asing di telinganya.

Lantas siapa pemilik suara itu?

Suara itu tidak mungkin hanya sekadar kebetulan.

Dengan lemah Noah menyandarkan kembali punggungnya.

Pria itu diam terpaku, matanya terlihat kosong memandang keluar, dia tengah tersesat dan sedang berusaha mencari-cari memori ingatannya yang telah hilang. "Siapa?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Moga keputusan yang tepat ya Eve. Sejauh ini sepertinya Noah bukan pria yang baik, jadi mungkin bisa jadi suami yang baik pula. Tapi hidup gak akan semudah itu kan, apalagi jika nanti ingatannya pulih. Belum lagi ada Sarah, dan aku yakin, nanti Milia juga bakal bikin ulah.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status