“Apa maksudmu Daniel? Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau tidak akan pergi meninggalkanku, kan?”
Di sisi lain, Matteo menutup mulutnya terjebak dalam kekalutan. Pria tua itu kesulitan untuk mengiyakan permintaan Daniel. Tapi di sisi lain, keadaan yang genting ini membuatnya tidak dapat menolak. “Berjanjilah,” bisik Daniel kembali meminta. Matteo membuang napasnya dengan berat, dia kembali melihat Daniel. “Saya berjanji Tuan, saya akan menikahkan cucu saya dengan isteri Anda. Bertanggung jawab untuk menjaga dan membahagiakan mereka,” ucap Matteo menyetujui permintaan Daniel. Evelyn menggeleng keras. “Aku tidak akan menikah dengan siapapun, hanya kau yang akan menjadi suamiku selamanya! Kau bilang kau mencintaiku, tapi mengapa kau menyerahkan aku kepada orang lain? Aku mohon bertahanlah Daniel, kita akan melewati ini semua bersama-sama,” rintih Evelyn menangis penuh permohonan. Pupil mata Daniel bergetar tidak dapat menahan tangisan sedihnya. Daniel tidak mampu mengiyakan permintaan Evelyn kali ini, meski Evelyn menangis dan memohon kepadanya. Daniel sudah tidak mampu untuk menahan sakit diseluruh tubuhnya lebih lama lagi, kesadarannya sudah mulai melayang tersesat didalam kenangan indah yang paling dia cintai untuk menutupi detik-detik yang paling menyakitkan dalam hidupnya. “Jawab aku Daniel, kau tidak tidak akan meninggalkan aku kan? Kumohon, jawab aku Daniel!” tangis Evelyn mengusap sudut mata Daniel yang telah basah. “Aku mencintaimu Eve, maafkan aku,” bisik Daniel dengan suara yang semakin tidak terdengar. Bola mata Daniel perlahan bergerak ke atas, tubuhnya berada dalam keteganan, suara irama jantung yang membantu Daniel mulai berubah. “Daniel!” panggil Evelyn mulai panik melihat irama jantung napasnya yang meningkat, dengan cepat dia menekan intercom untuk memanggil bantuan. Bibir Daniel bergerak pelan berusaha untuk tetap bernapas ditengah sesak yang dan sakit yang semakin menyiksa, sedikit demi sedikit kesadarannya terenggut. Mata Daniel bergerak mencari-cari keberadaan Evelyn yang semakin samar terlihat dan tertutup kabut, lidahnya terkunci sudah tidak mampu untuk berbicara, suara tangisan Evelyn mulai tidak terdengar menyisakan kehampaan. Dokter datang ke dalam ruangan dan segera menangani keadaan Daniel. Suara detak jantung Daniel yang sempat meningkat mulai melemah kembali. Evelyn menerobos para medis dan berusaha menggenggam tangan Daniel, memohon kepadanya untuk tetap bertahan. Tangisan Evelyn terpecah begitu suara detak jantung Daniel sudah tidak terdengar meski dokter sudah menggunakan defiblator untuk membantunya. Bibir pucat Daniel sedikit terbuka, mehembuskan sisa-sisa napas terakhirnya, dan seluruh alat yang terpasang ditubuhnya tidak lagi berfungsi. Semua orang yang berada diruangan itu terdiam terjebak dalam kesedihan yang tidak mampu mereka ungkapkan melihat rekan kerja mereka yang kini telah tiada. “Eve, maafkan aku,” ucap Edith tidak mampu melanjutkan kata-katanya untuk mengucapkan bela sungkawa pada rekan kerjanya itu. “Aku mohon selamatkan Daniel, aku tidak ingin kehilangannya, aku sangat membutuhkannya,” rintih Evelyn bersimpuh dilantai. Edith membungkuk, segera memeluk Evelyn dengan erat untuk mengucapkan permintaan maafnya dan bela sungkawa yang sangat sulit untuk dia sampaikan. Matteo yang telah menyaksikan apa yang telah terjadi melangkah keluar ruangan, dia tidak dapat menahan kesedihan yang telah mengguncang jiwanya. *** “Kita harus berbicara,” ucap Matteo pada Sarah. Sekilas Sarah melihat keadaan Evelyn yang terjatuh pingsan, wanita itu segera mengikuti mertuanya pergi menuju tempat yang lebih tenang. “Ada apa Ayah?” tanya Sarah. Matteo mengatur napasnya beberapa kali untuk bisa mendapatkan ketenangan setelah apa yang terjadi. Dilihatnya Sarah yang berdiri begitu tenang tidak memiliki sedikitpun kesedihan dan simpati dimatanya setelah menyaksikan orang yang telah meninggal karena kelalaian putranya sendiri. Matteo tidak dapat membayangkan, apa yang akan terjadi jika malam ini dia tidak ikut datang ke rumah sakit. Mungkin saja, Sarah akan memperparah keadaan dengan kesombongan dan ketidak peduliannya pada orang lain. “Ayah, ada apa?” tanya Sarah tidak sabaran. “Sebelum meninggal, pasien itu meminta sesuatu padaku dan aku sudah berjanji untuk menyanggupi permintaannya,” jawab Matteo dengan serius. “Permintaan apa?” “Noah harus menikahi isterinya yang sedang hamil. Noah harus menggantikan posisinya sebagai suami, sekaligus ayah dari anak yang tengah dikandung.” Sarah terbelalak kaget. “Apa? Itu tidak mungkin terjadi!” jawab Sarah hampir berteriak. “Aku sudah berjanji Sarah, pantang untukku mengingkari janji yang sudah diucapkan!” “Dibandingkan menikahkan dia dengan Noah, Ayah bisa memberinya uang yang cukup agar wanita itu memiliki kehidupan yang lebih layak untuk masa depan anaknya. Aku tidak terima, Noah menikah dengan wanita yang tidak kita kenal asal usulnya, apalagi harus menjadi ayah dari anak yang bukan darah dagingnya!” Tangan Matteo terkepal menggenggam amarah yang harus dia tahan, Sarah selalu saja mengaitkan apapun dengan uang. Matteo benci dengan kesombongannya, Sarah selalu sadar jika semua uang yang sering dia bangakan adalah milik Matteo. “Kau pikir wanita itu juga sudi menjadikan Noah yang telah membunuh suaminya menjadi suami pengganti sekaligus ayah pengganti anaknya? Dimana otakmu Sarah?” geram Matteo. “Jika dia tidak sudi, mengapa harus ada pernikahan?” debat Sarah tidak terima. “Noah harus bertanggung jawab atas kesalahannya, pernikahan ini juga akan menyelamatkan Noah dari tuntutan hukum. Apa kau tidak sadar jika polisi akan terus menindak lanjuti kasus jika korban menunutut? Noah bisa dipenjara puluhan tahun atas kesalahannya yang telah lalai dan menghilang nyawa!” Bibir Sarah terkatup rapat, wanita itu akhirnya bungkam tidak memiliki pilihan selain mengikuti keputusan Matteo demi keselamatan dan masa depan putranya. Apapun yang terjadi, Sarah tidak akan membiarkan Noah dipenjara!“Turunkan setiap berita yang membahas kecelakaan semalam. Jangan menyisakannya sedikitpun, hapus semua wajah Noah dari seluruh media, jangan memberikan public celah untuk melihat mengetahui wajah Noah dan mengetahui lebih lanjut masalah ini,” perintah Matteo pada assistantnya. “Baik Pak,” jawab Athur. “Satu lagi, jangan biarkan siapapun menemui Noah, terutama wanita itu.” Athur mengangguk paham, orang yang dimaksud oleh Matteo adalah Milia, kekasih Noah yang telah kembali dari luar negeri beberapa hari yang lalu. Matteo sangat membenci Milia, terutama keluarnganya yang saat ini sedang mengalami kesulitan financial dan memiliki skandal penggelapan pajak. “Bagaimana dengan proses pemakaman korban?” “Sekarang tengah berlangsung.” Matteo menyandarkan bahunya pada sandaran kursi, melepas lelah yang mendera, lelaki paruh baya itu memejamkan matanya mencoba untuk tidur sejenak. Sejak semalam Matteo tidak dapat tidur, berulang kali Matteo memikirkan, keputusan terbaik apa yan
Di sisi lain, jemari Noah bergerak pelan diatas permukaan ranjang, pria itu mulai mulai memberikan respon saat seorang doker memanggil namanya dan mengajak berbicara ditengah terapi yang membantu merangsang indranya. Tiga hari sudah Noah mengalami koma, kini akhirnya mulai menunjukan tanda-tanda membaik dan stabil. Matteo dan Sarah yang sejak lama menunggu diluar ruangan terlihat cemas, berharap jika Noah akan segera sadar dari komanya. Dengan penuh perjuangan dan ditunjang alat-alat medis, akhirnya Noah mulai membuka matanya. “Noah Sylvester, Anda bisa mendengar dan melihat saya?” tanya dokter. Telinga Noah berdengung sakit, bulu matanya berkedip pelan, beberapa kali penglihatannya berkabut dan membutuhkan waktu untuk memproses cahaya yang ada disekitarnya. “Noah Sylvester, Anda bisa melihat saya?” tanya dokter lagi. Noah terdiam mengabaikan dokter yang terus mengajaknya berbicara. Noah kebingungan, tidak tahu harus berbicara apa, dia tidak memahami situasi apa yang kini teng
Hembusan angin terdengar dibalik jendela, salju turun dibawah langit yang cerah.Evelyn membelit lehernya dengan syal, hari ini dia ingin berkunjung ke makam Daniel untuk meredakan kerindukan yang sudah bertumpuk didalam dada.Evelyn berharap, dengan berkunjung ke makam Daniel, dia mendapatkan sedikit kekuatan untuk bisa bangkit dan memulai hari-hari barunya dengan penuh keikhlasan. Evelyn tidak bisa selamanya duduk dalam keterpurukan dengan kondisi kehamilan yang akan membesar, merepotkan rekan kerjanya yang selalu datang setiap hari untuk memastikan kesehatan, juga merepotkan kepala panti asuhan yang selalu membawa makanan.Baru saja Evelyn membuka pintu hendak keluar, dia langsung menghadap seorang pria berpakaian formal tengah berdiri didepan pintu apartementnya. “Selamat pagi Nyonya. Saya Athur, assistant pribadi tuan Matteo, beliau ingin berbicara dengan Anda sekarang.”Evelyn mendegus kesal, nada bicara Athur terdengar seperti memerintah dibandingkan dengan meminta. “Tidak ad
Sorot mata Matteo berubah tajam mendengar penolakan Evelyn. “Apa kau lupa jika pernikahan ini adalah wasiat dari suamimu? Ini bukan semata-mata keinginanku saja.” “Saya tidak sudi menikah dengan laki-laki yang telah membunuh suami saya!” Matteo meneguk tehnya sebelum kembali melanjutkan pembicaraan. “Sekarang Noah amnesia dan dia tidak mengingat apapun yang terjadi, termasuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Ini adalah moment yang tepat untuk melangsungkan pernikahan kalian.” “Saya tidak akan menikah dengan Noah, Tuan Matteo Sylvester!” jawab Evelyn berteriak frustasi. “Persetan dengan wasiat. Saya ingin Noah bertanggung jawab dengan mendekam dipenjara, bukan menjadi menjadi suami pengganti saya! Apalagi menjadi ayah untuk anak dalam kandungan saya, saya tidak sudi!” “Nona Evelyn,” panggil Matteo dengan suara yang kian tenang, berbanding balik dengan sorot matanya yang tajam menusuk, “aku bukan seseorang yang ingkar dengan janjiku.” Gigi Evelyn mengetat, tatapan Matteo ber
Evelyn duduk lemas, beberapa kali dia mengatur napasnya yang semakin sesak kesulitan mengendalikan emosi didalam dada. Dia marah, benci, sekaligus malu dengan dirinya sendiri yang tidak cukup kuat untuk menuntut keadilan atas kematian suami yang dicintainya.Evelyn masih tidak habis pikir, segala hal yang dia alami saat ini masih terasa seperti mimpi panjang untuknya. Baru tiga hari dia ditinggal Daniel sampai belum sempat mengurus setiap persoalan data kependudukannya, dengan cepatnya kini Evelyn telah menjadi isteri orang lain.“Aku tidak hanya tidak mampu menuntut keadilan untukmu Daniel, aku juga telah mengkhianatimu,” lirih Evelyn dengan suara bergetar.Evelyn telah menikah dengan seorang lelaki yang sama sekali belum pernah dilihatnya. Pernikahan mereka dilakukan tanpa ada ucapan janji di altar, tanpa ada pendeta yang bersaksi, namun dengan kekuasan Matteo, pernikahan itu tercatat secara sah dalam catatan negara.Evelyn telah sah menjadi isteri Noah Sylvester.Apakah keputusanny
Keringat dingin membasahi wajah Noah, tangannya gemetar kesulitan mengendalikan kepanikan yang telah berhasil menakutinya. Beberapa kali Noah membuka buku pernikahannya sekadar memastikan keasliannya. Semakin sering Noah melihatnya, kepalanya mulai pusing dan suhu tubuhnya meningkat. Belum cukup menerima kenyaaan bahwa dia hilang ingatan dan ayahnya telah meninggal, kini Noah juga harus menghadapi kenyataan bahwa ternyata dia telah menikah, memiliki seorang iseri yang tengah mengandung. Noah mengusap wajahnya dengan kasar, pria itu berusaha keras mengingat kapan dirinya menikah? “Mengapa aku melupakan hal-hal penting yang terjadi dalam hidupku?” Noah mengerang frustasi. Apa yang harus Noah lakukan kedepannya? Dia masih terjebak dalam memorinya yang berusia tujuh belas tahun, sangat sulit untuknya menerima kenyataan bahwa kini telah menikah dan sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. *** “Mengapa Ayah tidak mendiskusikan hal ini padaku? Aku ibunya Noah! Aku juga berhak untuk
“Bagaimana perasaan Anda sekarang?” tanya dokter yang membantu memeriksa kembali keadaan Noah sebelum kepulangannya hari ini. “Saya merasa lebih baik sekarang, terima kasih atas bantuan Anda selama beberapa hari ini,” jawab Noah. “Itu sudah menjadi kewajiban saya.” Beberapa hari menjalani perawatan dan terapi, keadaan Noah berangsur membaik meski terkadang dia kesulitan tidur menjelang malam karena sakit yang menimbulkan demam. Dalam demam itu, samar-samar sebuah bayangan yang menyilaukan selalu datang begitu nyata, suara tangisan peremuan asing ikut terdengar bergema ditelinga dan menggemuruhkan dada. Setiap kali mimpi itu datang, Noah akan gelisah dan membutuhkan obat penenang. Noah sudah berusaha keras memahami arti dari mimpi sama yang datang disetiap malamnya, beberapa kali dia bertanya kepada ibu dan kakeknya mengenai kecelakaan yang dia alami. Namun, keduanya secara kompak mengatakan jika Noah mengalami kecelaan tunggal dibawah garasi perusahaan karena mobil yang dia kend
Aroma alkohol tercium kuat di sebuah private room.Beberapa orang tengah bersenang-senang ditemani wanita penghibur yang sengaja dipanggil untuk menjadi penyaji minuman. “Berhentilah menekuk wajahmu. Didunia ini, wanita bukan hanya Milia saja!” tegur seorang pria berambut pirang pada Noah.Namun, Noah masih saja meneguk alkohol sampai tandas.Entah sudah berapa gelas Noah minum hanya untuk meredakan kerisauan didalam hatinya karena Milia memutuskan hubungan dengannya begitu saja tanpa sebab, tanpa penjelasan apapun.Wajah pria itu terlihat sudah memerah dengan napas yang tidak beraturan karena mabuk.Selama ini mereka telah melakukan hubungan jarak jauh tanpa ada masalah apapun, tapi mengapa kini setelah satu hari Noah mendengar kabar kepulangan Milia dari luar negeri, tiba-tiba saja Milia menginginkan perpisahan?Noah tidak terima, Milia bertindak seolah hubungan mereka berdua seperti tidak ada artinya.“Tuan, Anda menginginkannya lagi?” tanya seorang wanita cantik yang sejak tadi